Sejarah Alkitab Indonesia

Alkitab Leydekker

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Baris 2: Baris 2:
{{Kanan|{{Indonesia}}}}</noinclude>
{{Kanan|{{Indonesia}}}}</noinclude>
-
[http://sabda.net/modul_sabda.php#ldkr Download]
+
[http://sabda.net/modul_sabda.php#alkitab_indonesia Download] | [http://alkitab.mobi/ldkdr/ Baca Online]
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"

Revisi per 13:59, 11 Juli 2011

Sejarah Alkitab Bahasa Indonesia

Sejarah dari versi-versi Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia di Indonesia.

Sejarah Alkitab Bahasa Daerah
Biografi Penerjemah Alkitab
Lembaga-lembaga Alkitab



Download | Baca Online

Keterangan Tabel
Versi
Id
PL
PB
Porsi
Oleh
Organisasi
Bahasa
Ejaan
e-Text
Alkitab Leydekker
LEY
Tahun 1733 (Latin), 1758 (Jawi), *1821 (Revisi)
Tahun 1731 (Latin), *1817 (Revisi)
-
M. Leydekker, P. van der Vorm. *Robert Hutchings, dkk (Revisi)
N.I. *BFBS (Revisi)
Melayu Tinggi
Xtra Lama
Tidak ada
Kutipan ayat:

Perbandingan ayat

Matius 6:9-13 (Doa Bapa Kami)

Mat. 6:9 "Bapa kamij jang ada disawrga, namamu depersutjilah kiranya.
Mat. 6:10 Karadjaanmu datanglah. Kahendakhmu djadilah, seperti didalam sawrga, demikijenlah diatas bumi.
Mat. 6:11 Rawtij kamij saharij berilah akan kamij pada harij ini.
Mat. 6:12 Dan amponilah pada kamij segala salah kamij, seperti lagi kamij ini mengamponij pada awrang jang bersalah kapada kamij.
Mat. 6:13 Dan djanganlah membawa kamij kapada pertjawbaan, hanja lepaskanlah kamij deri pada jang djahat."

Matius 28:18-20 (Amanat Agung)

Mat. 28:18 Maka berdatanglah Xisaj, dan katalah pada marika 'itu, sabdanja: samowa peng`awasa`an telah deberikan padaku didalam sawrga dan di`atas bumi.
Mat. 28:19 Sebab 'itu pergilah kamu berdjalan dan meng`adjarlah sakalijen chalajikh 'itu masokh murid, sambil permandikan dija 'itu dengan nama Bapa, dan 'Anakh laki 2, dan Rohhu-'lkhudus: dan meng`adjar marika 'itu memaliharakan segala sasawatu jang 'aku sudah berpasan pada kamu.
Mat. 28:20 Maka bahuwa sasonggohnja 'aku 'ini 'ada menjerta`ij kamu pada sakalijen harij 2 sampej kapada kaputusan xalam. Amin.

Dari: Sejarah Gereja di Indonesia Pada Zaman V.O.C.

Tetapi baru pada tahun 1733 terjemahan Alkitab itu seluruhnya selesai dicetak.

Alkitab bahasa Melayu itu adalah karya Melchior Leijdecker yang menduduki jabatan pendeta di Batavia (1678-1701). Ia tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya: ketika ia sampai ke Efesus 6:6, ia meninggal. Orang-orang lain melanjutkan dan merevisi karyanya. Bahasanya tinggi sekali, sehingga kemudian perlu ditambahkan lampiran berupa daftar kata-kata yang tidak dipahami oleh orang banyak. Namun terutama di Indonesia Timur, terjemahan Leijdecker itu sangat dicintai orang. Sebelum dicetak, karya Leijdecker itu disaingi oleh terjemahan Valentijn, yang memakai bahasa yang sangat sederhana, sampai-sampai ia mengikuti kekeliruan bahasa yang terdapat di kalangan orang banyak. Tetapi terjemahan ini tidak diterima dan tidak sempat dicetak.

[ Dr. Th. van den End, 2001, 220 ]


Dari: Jemaat Kristen

Akhirnya majelis jemaat di Batavia (§ 13) mengambil prakarsa untuk menciptakan suatu terjemahan Alkitab yang lebih baik dan yang lengkap. Hal ini ditugaskan kepada pendeta Leijdecker, yang melayani jemaat berbahasa Melayu di kota tersebut. Ia ini memakai bahasa Melayu yang lebih tinggi daripada terjemahan sebelumnya; oleh orang banyak terjemahan-Leijdecker itu sulit untuk dibaca karena banyak menggunakan kata bahasa Arab dan Persia. Ia sempat mengerjakan terjemahan itu sampai kepada surat Efesus (1691-1701); seorang pendeta lain menyelesaikannya.

[ Dr. Th. van den End, 2001, 119 ]


Dari: Tinjauan umum atas periode 1800-1860 : B. Orang-orang Kristen Indonesia

Mereka terpaksa masih menggunakan terjemahan-Leijdecker yang sukar itu (§ 15), tetapi di sana sini menyusun terjemahan baru Alkitab atau bagian-bagian Alkitab ke dalam bahasa daerah (Kalsel) atau ke dalam bahasa Melayu yang sederhana (Minahasa).

[ Dr. Th. van den End, 2001, 229 ]


Dari: Para Pekerdja Geredja

Melchior Leydekker, doktor dalam ilmu kedokteran dan theologia datang ke Indonesia pada tahun 1675 dan ditempatkan di Djakarta. Sebagai seorang menantu dari Gubernur Djenderal van Riebeck ia memperoleh sebidang tanah di Tugu (Djakarta), maka tinggallah ia disana hingga matinja pada tahun 1701. Sedjak tahun 1693 ia telah dibebaskan dai pekerdjaannja sebagai pendeta agar supaja dapat mentjurahkan segenap waktunja kepada terdjemahan Alkitab. Terdjemahan-terdjemahan ini telah ditugaskan kepadanja oleh sebab memanglah ternjata bahwa ia memiliki bakat jang luar biasa dalam pengetahuan bahasa Melaju. Tetapi ia telah meninggal sebelum terdjemahannja itu selesai. Selebihnja jaitu mulai dari Efesus 6:6 telah diselesaikan oleh Ds. P. van der Vorm.

[ Dr. Th. Muller Kruger, 1966, 52 ]


Dari: Organisasi, adjaran dan kehidupan Geredja pada zaman VOC

Pada achirnja seorang pendeta di Djakarta, jaitu Leydekker menjelesaikan seluruh terdjemahan Alkitab sesudah bekerdja ber-tahun-tahun dengan radjinnja. Untuk tugas jang besar dan berat itu ia telah dibebaskan dari pekerdjaannja sebagai pendeta. Tetapi pada tahun 1701 meninggallah ia sebelum tugasnya itu selesai. Mulai dari Efesus 6:6 terdjemahan itu diteruskan oleh penggantinja, jaitu Ds. P. van der Vorm. Lalu seluruh terdjemahan itu diperiksa sekali lagi oleh seorang pendeta Swis, namanja Werndly. Pada tahun 1723 siaplah Alkitab itu untuk ditjetak, akan tetapi barulah pada tahun 1733 keluar tjetakan jang pertama. Sebenarnya lebih dari dua puluh tahun lamanja naskah-naskah itu disimpan didalam lemari tuan-tuan XVII. Sebabnja ialah karena mereka menunggu berachirnja suatu pertikaian jang disebabkan oleh Ds. Valentijn. Pendeta ini - disamping pekerdjaannja sebagai pendeta dan penulis dari 5 djilid buku "Oud en Nieuw Oost Indië" - telah menterdjemahkan pula Alkitab ke dalam bahasa Melaju Ambon dan mentjoba supaja terdjemahannja itu jang ditjetak dan bukan terdjemahan Leydekker. Pendapatnja ialah bahwa bahasa tinggi dari Leydekker itu toh tidak akan dimengerti oleh orang-orang Kristen di Indonesia bagian timur. Achirnja VOC memberi putusan jang lain, dan djustru terdjemahan Leydekkerlah se-akan-akan memperoleh nilai pusaka di Timur Besar.

[ Dr. Th. Muller Kruger, 1966, 40-41 ]


Dari: Geredja geredja di Maluku dan Irian Barat

Termasuk pula tradisi Ambon ialah penghargaan orang-orang Ambon atas Alkitab terdjemahan Leydekker. Meskipun sudah lama terdjemahan itu diganti dengan terdjemahan Klinkert dan Bode, namun terdjemahan Leydekker masih berlaku seperti suatu pusaka. Dilihat dari sudut sedjarah penghargaan itu dapat mengagumkan kita. Sebenarnja Valentijnlah jang menjediakan sebuah terdjemahan Alkitab kedalam bahasa Melaju-Ambon djustru pada waktu terdjemahan Leydekker sedang disiapkan (lih. hlm. 40). Tetapi pemerintah VOC mengutamakan terdjemahan Leydekker, sehingga terdjemahan Valentijn tidak diterbitkan pada waktu itu.

[ Dr. Th. Muller Kruger, 1966, 95 ]


Dari: Alkitab di Tanah Hindia Belanda

Tahun 1731, versi lain dari Perjanjian Baru dipersiapkan, sebagian besar oleh Melchior Leidekker dengan bantuan orang-orang Melayu asli yang berpendidikan. Alkitab terjemahan ini muncul dua tahun kemudian dan dicetak dengan huruf roman. Tetapi di tahun 1758, berdasarkan petunjuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Alkitab diterbitkan dalam huruf Arab, karena hanya sedikit penduduk Melayu yang dapat membaca huruf selain huruf Arab.

[ Rev. R Kilgour, D.D., 171 ]


Dari: Alkitab Terjemahan Leijdecker

Pada tahun 1691, atas permintaan majelis gereja di Batavia dan disponsori oleh Kompeni (VOC), ia mulai menerjemahkan Alkitab lengkap ke dalam bahasa Melayu tinggi, yaitu ragam bahasa yang lazim dipakai untuk menulis buku kesusastraan pada masa itu. Dalam melaksanakan tugas penerjemahannya Dr. Leijdecker meneliti naskah-naskah Alkitab dalam bahasa-bahasa aslinya, dan dengan tekun ia mencari kata dan istilah bahasa Melayu yang paling tepat untuk mengalihbahasakan naskah Alkitab.

Pada tanggal 16 Maret 1701, Dr. Leijdecker meninggal dunia, dan pekerjaan penerjemahannya yang telah 90% selesai (sampai dengan Efesus 6:6) dilanjutkan dan diselesaikan oleh Pdt. Pieter van der Vorm (Efesus 6:7 sampai selesai) pada tahun itu juga. Akan tetapi terjemahan ini tidak segera dicetak karena ulah Pdt. Francois Valentyn. Valentyn atas kemauan dan prakarsa sendiri menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu Maluku. Tetapi terjemahan Pdt. Valentyn tidak mendapat persetujuan Pemerintah Kompeni untuk diterbitkan karena: (a) terjemahannya adalah terjamahan langsung dari Alkitab bahasa Belanda Staten Vertaling, (b) bahasanya bersifat kedaerahan Maluku sehingga sulit dibaca di daerah lain, (c) pemakaian bahasa yang tidak seragam (agaknya terjemahan itu bukanlah hasil karyanya sendiri, tetapi naskah terjemahan yang diperolehnya dari Pdt. Simon de lange yang meninggal dunia di Banda pada tahun 1677).

Setelah Pdt. Valentyn meninggal dunia pada tahun 1727, naskah terjemahan Dr. Leijdecker diteliti oleh suatu team yang terdiri dari Pdt. Pieter van der Vorm dari Batavia, Gerorge Henric Werndly dari Makassar (sekarang Ujung Pandang), Engelbertus Cornelis Ninaber dari Ambon, Arnoldus Brants dari Batavia, dan pakar-pakar bahasa Melayu setempat. Terjemahan itu dibandingkan dengan naskah bahasa-bahasa asli Alkitab dan dengan terjemahan Alkitab dalam bahasa Arab, Aram (Siria), Latin, Inggris, Jerman, Perancis dan Spanyol. Kemudian diterbitkanlah Perjanjian baru pada tahun 1731 dan Alkitab lengkap pada tahun 1733. Selain edisi huruf Latin yang dicetak di Amsterdam (1733) juga dicetak Alkitab Leijdecker edisi huruf Arab di Batavia pada tahun 1758, karena pada masa itu bahasa Melayu lazim ditulis dengan aksara Arab (di Semenanjung Malaka disebut aksara Jawi) - bahkan di beberapa tempat aksara Arab ini lebih dikenal dari pada aksara Latin. Edisi huruf Arab ini terdiri dari 5 jilid (volume).

Walau terjemahan ini sukar dimengerti sebab menggunakan bahasa Melayu tinggi dan banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan Persia, terjemahan Leijdecker telah dipakai di Indonesia dan di semenanjung Malaka selama hampir dua abad. Di Semenanjung Malaka terjemahan ini terus dipakai sampai tahun 1853. Di Indonesia, terjemahan Leijdecker masih dicetak ulang pada tahun 1905, 1911,1916, yaitu atas permintaan masyarakat Kristen di Maluku.

[ Dr. Daud H. Soesilo, Ph.D, 2001, 50-51 ]


Dari: Pekabaran Injil di Indonesia dari Tahun 1500 Sampai Tahun 1800

Melchior Leidekker, pendeta di Jakarta (1678-1701) mengerjakan terjemahannya dengan memakai bahasa Melayu tinggi; sesampai kepada Efesus 6:6, ia meninggal. Pada waktu itu juga Francois Valentijn memimpin jemaat Ambon (dari 1686-1694 dan 1705-1713).

[ Dr. H. Berkhof, Dr. I. H. Enklaar, 2001, 240 ]


Dari: Alkitab: Di Bumi Indonesia

Terjemahan Leydekker diteliti kembali menurut bahasa-bahasa asli Alkitab. Versi itu pun dibandingkan dengan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa Arab, Siriak, Latin, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, dan Spanyol. Pada bulan September 1729, selesailah peredaksian itu.

Terjemahan baru dari Alkitab lengkap itu dua kali ditulis dengan tangan: sekali dalam huruf latin, sekali dalam huruf Arab. Kedua naskah itu dikirim ke Belanda dalam dua kapal yang berbeda: Jangan sampai kedua-duanya hilang di dasar laut! Salah seorang redakturnya, G.H. Werndly, juga berlayar ke Belanda. Dengan pertolongan Ds. C. G Seruys dari Ambon dan dua pendeta pembantu bangsa Indonesia, ia mengawasi proyek penerbitan yang mahabesar itu.

Perjanjian Baru keluar pada tahun 1731. Seluruh Alkitab menyusul dua tahun kemudian. Barulah terbit pada tahun 1758 edisi yang berhuruf Arab, dalam bentuk lima jilid yang tebal. Edisi huruf Arab itu dicetak di Jakarta, karena dianggap terlalu mahal di Belanda.

Jadi, pada tahun 1733 muncullah Firman Allah yang lengkap dalam bahasa Melayu. Terjemahan Leydekker itu diterima dengan gembira. Lama sekali versi itu lebih disukai daripada yang lain-lain, bahkan mengungguli yang lebih baru dan lebih mudah dibaca. Masih dalam abad ke20 ini ada cetakan ulang dari Alkitab Leydekker, atas desakan jemaat-jemaat di Ambon. Bahkan hingga kini belum ada satu terjemahan Alkitab yang lebih banyak mempengaruhi pikiran dan perbendaharaan kata umat Kristen Indonesia daripada Alkitab karya Melchior Leydekker.

[ H.L. Cermat, 21-22 ]


Dari: Terdjemahan Kitab Sutji di Indonesia

Terdjemahan seluruh Kitab Sutji dalam bahasa Melaju jang lama dipakai ialah: "Elkitab ija itu segala Surat perdjandjian Lama dan Baru", jang dikerdjakan oleh Dr. Melchior Leydekker (sampai Ef. 6,7) dan Ds. P. van der Vorm. Karyanja dimulai oleh Leydekker dalam tahun 1691 dan diteruskannja hingga meninggal tahun 1701; dalam tahun itu djuga karyanja diselesaikan oleh P.v.d.Vorm. Bahasa jang dipakai ialah "bahasa Melaju Tinggi", djadi bahasa kuno dan bahasa sastera. Tetapi bahasa itu sukar dimengerti oleh rakjat, jang mempergunakan "bahasa pasar", terutama di Maluku (chusus untuk rakjat di Maluku terdjemahan itu dimaksudkan). Tambahan pula Leydekker menggunakan banjak perkataan asing, kata-kata Arab dan Parsi. Itupun sebabnja, maka terdjemahan itu mendapat perlawanan gigih, terutama dari pihak Ds. Francois Valenteyn. Dia itu telah menterdjemahkan seluruh Kitab Sutji kedalam bahasa Melaju - Maluku. Perselisihan agak lama berlangsung tetapi diachiri oleh Kompeni Belanda dengan menerima terdjemahan Leydekker, setelah Valenteyn meninggal dalam tahun 1727. Terdjemahan itu direvisir sekali lagi dan diterbitkan dalam tahun 1733. Terdjemahan ini dalam abad XX masih beberapa kali ditjetak jakni tahun 1905, 1911, 1916 dan di Ambon masih dipakai djuga.


Referensi:

  1. End, Dr. Th. van den. 2001. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 220.
  2. End, Dr. Th. van den. 2001. Ragi Carita 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 115-127, 227-229.
  3. Kruger, Dr. Th. Muller. 1966. Sejarah Gereja Di Indonesia. Badan Penerbit Kristen, Jakarta. Halaman 38-46, 46-52, 84-97.
  4. Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171-176.
  5. Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 49-51.
  6. Berkhof, Dr. H. dan Dr. I. H. Enklaar. 2001. Sejarah Gereja. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 239-241.
  7. Cermat, H.L. Alkitab: Dari Mana Datangnya?. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 17-23.
  8. 1967. Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. Halaman 1-4.

Galeri