Sejarah Alkitab Indonesia

Terjemahan Kitab Suci di Indonesia

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 
(3 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Sejarah Alkitab di Indonesia}}}}
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Sejarah Alkitab di Indonesia}}}}
-
Dibanjak negeri hanja ada satu bahasa sadja, se-tidak-tidaknja satu bahasa resmi jang dapat dipergunakan dan sungguh dipergunakan semua penduduk negeri itu. Tidak demikian halnja di Indonesia. Memang sekarang ada satu bahasa resmi dan umum, bahasa Indonesia, tetapi disamping bahasa itu masih ada banjak, ratusan bahasa lain, jang amat berlainan dari bahasa Indonesia maupun satu sama lain; banjaklah pula penduduk jang tidak mahir dalam bahasa Indonesia, melainkan hanja dalam bahasanja sendiri. Diantara banjak bahasa itu memang ada jang agak sederhana, dipergunakan hanja oleh golongan, kelompok ketjil sadja dan karenanja bahasa-bahasa itu kiranja lama kelamaan akan hilang atau mendjadi "logat" setempat. Tetapi bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Djawa, Sunda dan lain-lainnja sungguh bahasa jang sangat madju, bahasa sastera dan bahasa kebudajaan. Tak mungkinlah bahasa itu akan lenjap. Umum diketahui, bahwa bahasa Indonesia moderen berasal dari bahasa Melaju jang sudah ber-abad-abad lamanja merupakan bahasa antar-nusa di Indonesia maupun di luar Indonesia.
+
Di banyak negeri hanya ada satu bahasa saja, setidak-tidaknya satu bahasa resmi yang dapat dipergunakan dan sungguh dipergunakan semua penduduk negeri itu. Tidak demikian halnya di Indonesia. Memang sekarang ada satu bahasa resmi dan umum, bahasa Indonesia, tetapi di samping bahasa itu masih ada banyak, ratusan bahasa lain, yang amat berlainan dari bahasa Indonesia maupun satu sama lain; banyaklah pula penduduk yang tidak mahir dalam bahasa Indonesia, melainkan hanya dalam bahasanya sendiri. Di antara banyak bahasa itu memang ada yang agak sederhana, dipergunakan hanya oleh golongan, kelompok kecil saja dan karenanya bahasa-bahasa itu kiranya lama kelamaan akan hilang atau menjadi "logat" setempat. Tetapi bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Jawa, Sunda dan lain-lainnya sungguh bahasa yang sangat maju, bahasa sastera dan bahasa kebudayaan. Tak mungkinlah bahasa itu akan lenyap. Umum diketahui, bahwa bahasa Indonesia moderen berasal dari bahasa Melayu yang sudah berabad-abad lamanya merupakan bahasa antar-nusa di Indonesia maupun di luar Indonesia.
-
Bagaimana kedudukan Kitab Sutji bertalian dengan bahasa-bahasa jang dipakai di Indonesia? Tersedialah terdjemahan Kitab Sutji? Dibandingkan dengan pelbagai negeri lain Indonesia boleh berbangga. Kitab Sutji sungguh tersedia baginja dalam bahasa-bahasanja sendiri. Dan itupun berkat djerih-pajah raksasa dari pihak geredja-geredja keristen di Indonesia, pada hal Geredja katolik amat terbelakang.
+
Bagaimana kedudukan Kitab Suci bertalian dengan bahasa-bahasa yang dipakai di Indonesia? Tersedialah terjemahan Kitab Suci? Dibandingkan dengan pelbagai negeri lain Indonesia boleh berbangga. Kitab Suci sungguh tersedia baginya dalam bahasa-bahasanya sendiri. Dan itupun berkat jerih-payah raksasa dari pihak gereja-gereja Kristen di Indonesia, pada hal Gereja Katolik amat terbelakang.
-
Baiklah kiranja kami serba singkat menjadjikan disini sedjarah terdjemahan-terdjemahan Kitab Sutji dalam bahasa Indonesia, dahulu dalam bahasa Melaju/Indonesia, lalu dalam bahasa-bahasa daerah. Boleh ditjatat disini, bahwa menurut-hukum geredja katolik (C.J.C.c.1400) semua orang jang sedikit banjak mempeladjari Kitab Sutji boleh menggunakan setiap terdjemahan baik, djuga dari pihak bukan katolik, asal tidak dibarengi dengan keterangan-keterangan jang tidak tepat. Nah, Lembaga Alkitab Indonesia (dan Lembaga-lembaga Alkitab protestan lainnja) menerbitkan hanja teks sadja tanpa pendahuluan atau keterangan sedikitpun. Maka itu semua orang jang mengikuti kursus ini boleh menggunakan terdjemahan-terdjemahan Lembaga Alkitab djuga.
+
Baiklah kiranya kami serba singkat menyajikan di sini sejarah terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Indonesia, dahulu dalam bahasa Melayu/Indonesia, lalu dalam bahasa-bahasa daerah. Boleh dicatat di sini, bahwa menurut-hukum Gereja Katolik (C.J.C.c.1400) semua orang yang sedikit banyak mempelajari Kitab Suci boleh menggunakan setiap terjemahan baik, juga dari pihak bukan Katolik, asal tidak dibarengi dengan keterangan-keterangan yang tidak tepat. Nah, Lembaga Alkitab Indonesia (dan Lembaga-lembaga Alkitab protestan lainnya) menerbitkan hanya teks saja tanpa pendahuluan atau keterangan sedikit pun. Maka itu semua orang yang mengikuti kursus ini boleh menggunakan terjemahan-terjemahan Lembaga Alkitab juga.
-
# Bahasa Melaju/IndonesiaBaru sadja orang Belanda sampai di Indonesia, Kitab Sutji mulai diterdjemahkan dalam bahasa Melaju, bahasa kebudajaan dimasa itu. Dalam tahun 1612 diterbitkan indjil Mateus dan tahun 1638 indjil Markus, dalam bahasa Melaju pakai tulisan arab. Terdjemahan itu dikerdjakan oleh seorang pegawai Kompeni Belanda jakni Cornelis Ruyll. Dalam tahun 1646, diterbitkan indjil Lukas dan indjil Johanes oleh pegawai Kompeni lain, jakni J.van Hazel. Djadi keempat indjil sudah tersedia dalam tahun 1646.Terdjemahan seluruh Kitab Sutji dalam bahasa Melaju jang lama dipakai ialah: "Elkitab ija itu segala Surat perdjandjian Lama dan Baru", jang dikerdjakan oleh Dr. Melchior Leydekker (sampai Ef. 6,7) dan Ds. P. van der Vorm. Karyanja dimulai oleh Leydekker dalam tahun 1691 dan diteruskannja hingga meninggal tahun 1701; dalam tahun itu djuga karyanja diselesaikan oleh P.v.d.Vorm. Bahasa jang dipakai ialah "bahasa Melaju Tinggi", djadi bahasa kuno dan bahasa sastera. Tetapi bahasa itu sukar dimengerti oleh rakjat, jang mempergunakan "bahasa pasar", terutama di Maluku (chusus untuk rakjat di Maluku terdjemahan itu dimaksudkan). Tambahan pula Leydekker menggunakan banjak perkataan asing, kata-kata Arab dan Parsi. Itupun sebabnja, maka terdjemahan itu mendapat perlawanan gigih, terutama dari pihak Ds. Francois Valenteyn. Dia itu telah menterdjemahkan seluruh Kitab Sutji kedalam bahasa Melaju - Maluku. Perselisihan agak lama berlangsung tetapi diachiri oleh Kompeni Belanda dengan menerima terdjemahan Leydekker, setelah Valenteyn meninggal dalam tahun 1727. Terdjemahan itu direvisir sekali lagi dan diterbitkan dalam tahun 1733. Terdjemahan ini dalam abad XX masih beberapa kali ditjetak jakni tahun 1905, 1911, 1916 dan di Ambon masih dipakai djuga. Tetapi umumnja terdjemahan Leydekker sudah lama tidak memuaskan. Maka dari itu Lembaga Alkitab Belanda (NBS) menjuruh H.C. Klinkert mengusahakan terdjemahan baru, jaitu dalam tahun 1863. Dalam tahun 1879 terdjemahan itu diterbitkan dan hingga dewasa ini dipakai oleh geredja keristen di Minahasa. Disamping itu suatu terdjemahan lain dalam bahasa Melaju dikerdjakan oleh Dr.W.C.Shellabear atas pesan Lembaga Alkitab Inggris untuk luar Negeri (BFBS) dan diterbitkan dalam tahun 1913 (untuk Malaka). Atas pesan Lembaga Alkitab Belanda dan Lembaga Alkitab Inggeris Ds.W.A Bode dalam tahun 1930 mulai membuat terdjemahan baru lagi. Dalam tahun 1938 Perdjandjian Baru diterbitkan serta mendapat sambutan jang hangat. Sebelum Ds. Bode dapat menjelesaikan Perdjandjian Lama, ia meninggal akibat perang (tahun 1942). Kitab-kitab Perdjandjian Lama jang sudah selesai tidak diterbitkan. Kitab Sutji dalam bahasa Indonesia (Melaju), jang diterbitkan dewasa ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (sedjak tahun 1954) ialah: terdjemahan Klinkert dalam Perdjandjian Lama, dan terdjemahan Bode dalam Perdjandjian Baru. Sudah barang tentu orang tidak merasa puas lagi dengan terdjemahan tersebut, sebab agak kolot, kaku dan sukar dimengerti rasanja untuk orang Indonesia moderen. Bahasanjapun bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Melaju. Maka itu sedjak tahun 1951 geredja-geredja keristen (Lembaga Alkitab Indonesia) mengusahakan suatu terdjemahan dalam bahasa Indonesia moderen dan populer. Beberapa kitab Perdjandjian Lama (jang berupa sementara) sudah terbit, jakni: Kedjadian, Keluaran, Ulangan, Jusak, Hakim-hakim, Rut, Ester, Ezra, Nehemnja. Lambat-laun pekerdjaan madju langkah demi langkah dengan kompetensi jang bermutu tinggi. Bahasa jang dipakai umumnja sederhana dan mudah dipahami. Hanja disana-sini kurang lantjar dan sedikit kaku rasanja. Disamping karya raksasa geredja-geredja keristen lainnja geredja katolik tidak berbuat apa-apa. Sebelum kemerdekaan Indonesia suatu terdjemahan tidak diusahakan. Achir-achir ini usaha kedjurusan itu dimulai oleh P.J.Bouma SVD, jang waktu itu sudah landjut usianja. Dalam tahun 1955 ia menerbitkan keempat indjil dan Kisah Rasul-rasul. Bahasa terdjemahan itu sebenarnja kurang memuaskan dan terdjemahan sendiripun tidak selalu tepat. Tapi umat katolik toh dapat membatja Indjil dalam bahasa Indonesia. Usaha itu diteruskan dan tahun 1964 diterbitkan seluruh Perdjandjian Baru, jang dikerdjakan oleh P.J.Bouma SVD, P.M. Beding SVD. dan P.V. Djebarus SVD. Terdjemahan Indjil dan Kisah Rasul-rasul dari tahun 1955 sangat diperbaiki bahasanja, dan bagian-bagian lainpun djauh lebih baik bahasanja. Dalam surat pengantar para penterdjemah menerangkan terdjemahannja inipun berupa sementara dan mereka sadar, bahwa djauh dari sempurna. Dan kritik tentu sadja mungkin. Terdjemahan ini dibarengi dengan suatu Pendahuluan untuk Perdjandjian Baru jang pandjang serta tjatatan-tjatatan exegetis dihalaman bawah. Dalam pada itu suatu panitya penterdjemah mulai mengerdjakan Perdjandjian Lama djuga dan menerima tugas itu dari para Wali Geredja di Indonesia. Kitab Mazmur diterbitkan tahun 1961, Kitab-kitab Kebidjaksanaan tahun 1962, Kitab-kitab Sjemuel dan Radja-radja tahun 1963, Kitab-kitab Sedjarah lainnja tahun 1964. Kitab Para Nabi tengah ditjetak dan mungkin tahun ini (1967) akan terbit. Kitab-kitab Taurat hampir selesai diterdjemahkan. Terdjemahan Perdjandjian Lama ini dibubuhi kata pendahuluan jang pandjang untuk masing-masing kitab dan keterangan-keterangan pada kakihalaman, jang serba singkat, tapi kiranja tjukup menolong si pembatja. Lalu pula dipinggir halaman terdapatlah banjak petundjuk ke ajat-ajat Kitab Sutji lain jang dapat menerangkan hal-hal tertentu. Kesemuanja itu njata diinspirasikan oleh terdjemahan Prantjis, Bible de Jerusalem. Djadi terdjemahan ini baik dipergunakan orang jang ingin mempeladjari Kitab Sutji. Keberatan terhadap terdjemahan ini ialah: ada agak banjak salah tjetak dan terdjemahan ini suka akan kata-kata jang sungguhpun Indonesia tapi kurang biasa dan kurang dipakai, sehingga kadang-kadang sukar dimengerti. Adakalanja orang membutuhkan Kamus Umum Bahasa Indonesia. Dalam Kitab Amsal terdjemahan malah buruk sekali. Tinggal satu harapan lagi: Mudah-mudahan nanti para ahli protestan dan para ahli katolik sepakat dan atas dasar terdjemahan-terdjemahan baru dari kedua pihak menerbitkan satu terdjemahan "oekumenis" untuk kaum protestan maupun kaum katolik. Usaha kedjurusan itu sudah dimulai dan moga-moga keberatan dan kesulitan-kesulitan jang beraneka warna diatasi dengan hasil gemilang.
+
== Bahasa Melayu/Indonesia ==
-
# Bahasa daerah. Berkenaan dengan terdjemahan-terdjemahan Kitab Sutji dalam bahasa-bahasa daerah geredja-geredja keristen sekali lagi boleh berbangga. Dalam semua bahasa daerah jang penting seluruh Kitab Sutji sudah lama tersedia. Oleh karena sudah lama dikerdjakan terdjemahan-terdjemahan itu memang sedikit kolot dan kaku rasanja. Dalam bahasa Djawa ada dua terdjemahan jakni: jang diterbitkan D. J. Gericke dalam tahun 1854 dan jang diterbitkan oleh F. Janz dalam tahun 1892. Bahasa Sunda pun mempunjai terdjemahan seluruh Kitab Sutji jang dikerdjakan oleh S. Coolsma dan diterbitkan tahun 1890. Dalam bahasa Batak -- Toba Perdjandjian Baru diterbitkan tahun 1890. Lagi pula seluruh Kitab Sutji tersedia dalam bahasa Nias, bahasa Makasar dan Bugis, serta dalam bahasa Toradja-Bare'e dan bahasa Ngadu. Dalam bahasa Timor seluruh Kitab Sutji segera akan (sudah) terbit. Perdjandjian Baru, seluruhnja atau sebagiannja tersedia dalam pelbagai bahasa (adakalanja salah satu kitab sadja berupa stensilan), jaitu: Bahasa Batak -- Angkola, Batak -- Karo, Simalungun, Batu, Mentawai, Madura, Maanjan, Sihong, Ot Danum, Balantian, Sangihe (Siauw), Toumbulu, Tountemboan, Mongendow, Kaili, Kulawi, Sigli, Napu, Bada, Ta'e, Mori, Tolaki, Sasak, Weiwewa, Kambera, Sabu, Rote, Maserete, Loloda, Galela, Tabelo, Tobaru, Numfoor, Windessi, Kepauku.Dari fihak katolik konon kabarnja segera akan diterbitkan terdjemahan keempat indjil dan Kisah Rasul-rasul dalam bahasa Djawa; bagian kedua Perdjandjian Baru djuga direntjanakan.Bagi saudara-saudara jang berbahasa Tionghwa boleh ditambahkan disini, bahwa Lembaga Alkitab Indonesia djuga menjebarkan terdjemahan seluruh Kitab Sutji dalam bahasa Tionghwa. Lagi pula ada terdjemahan Tionghwa dari pihak katolik. Terdjemahan itu dikerdjakan antara 1946--1961. Terdjemahan ini terdiri atas 11 djilid dan diterbitkan di Hong Kong. Tersedia pula keempat indjil tersendiri dan seluruh Perdjandjian Baru tersendiri serta suatu bunga rampai dari Perdjandjian Lama dan Perdjandjian Baru.
+
Baru saja orang Belanda sampai di Indonesia, Kitab Suci mulai diterjemahkan dalam bahasa Melayu, bahasa kebudayaan di masa itu. Dalam tahun 1612 diterbitkan Injil Mateus dan tahun 1638 Injil Markus, dalam bahasa Melayu pakai tulisan Arab. Terjemahan itu dikerjakan oleh seorang pegawai Kompeni Belanda yakni [[sejarah/bio_ruyl.htm|Cornelis Ruyll]]. Dalam tahun 1646, diterbitkan Injil Lukas dan Injil Yohanes oleh pegawai Kompeni lain, yakni [[sejarah/ver_van_hasel_heurnius.htm||J. van Hazel]]. Jadi keempat Injil sudah tersedia dalam tahun 1646.
 +
 
 +
Terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Melayu yang lama dipakai ialah: "''Elkitab iya itu segala Surat perjanjian Lama dan Baru''", yang dikerjakan oleh Dr. [[bio_leydekker|Melchior Leydekker]] (sampai Ef. 6,7) dan Ds. [[sejarah/ver_leydekker.htm|P. van der Vorm]]. Karyanya dimulai oleh Leydekker dalam tahun 1691 dan diteruskannya hingga meninggal tahun 1701; dalam tahun itu juga karyanya diselesaikan oleh P.v.d.Vorm. Bahasa yang dipakai ialah "bahasa Melayu Tinggi", jadi bahasa kuno dan bahasa sastera. Tetapi bahasa itu sukar dimengerti oleh rakyat, yang mempergunakan "bahasa pasar", terutama di Maluku (khusus untuk rakyat di Maluku terjemahan itu dimaksudkan). Tambahan pula Leydekker menggunakan banyak perkataan asing, kata-kata Arab dan Parsi. Itupun sebabnya, maka terjemahan itu mendapat perlawanan gigih, terutama dari pihak Ds. [[sejarah/ver_valentyn.htm|Francois Valenteyn]]. Dia itu telah menterjemahkan seluruh Kitab Suci kedalam bahasa Melayu - Maluku.  
 +
 
 +
Perselisihan agak lama berlangsung tetapi diakhiri oleh Kompeni Belanda dengan menerima terjemahan Leydekker, setelah Valenteyn meninggal dalam tahun 1727. Terjemahan itu direvisir sekali lagi dan diterbitkan dalam tahun 1733. Terjemahan ini dalam abad XX masih beberapa kali dicetak yakni tahun 1905, 1911, 1916 dan di Ambon masih dipakai juga. Tetapi umumnya terjemahan Leydekker sudah lama tidak memuaskan. Maka dari itu Lembaga Alkitab Belanda ([[NBS]]) menyuruh [[sejarah/bio_klinkert.htm|H.C. Klinkert]] mengusahakan terjemahan baru, yaitu dalam tahun 1863.  
 +
 
 +
Dalam tahun 1879 terjemahan itu diterbitkan dan hingga dewasa ini dipakai oleh gereja Kristen di Minahasa. Di samping itu suatu terjemahan lain dalam bahasa Melayu dikerjakan oleh Dr. [[sejarah/bio_shellabear.htm|W. C. Shellabear]] atas pesan Lembaga Alkitab Inggris untuk luar Negeri ([[BFBS]]) dan diterbitkan dalam tahun 1913 (untuk Malaka). Atas pesan Lembaga Alkitab Belanda dan Lembaga Alkitab Inggeris Ds. [[sejarah/ver_bode.htm|W. A Bode]] dalam tahun 1930 mulai membuat terjemahan baru lagi.  
 +
 
 +
Dalam tahun 1938 Perjanjian Baru diterbitkan serta mendapat sambutan yang hangat. Sebelum Ds. Bode dapat menyelesaikan Perjanjian Lama, ia meninggal akibat perang (tahun 1942). Kitab-kitab Perjanjian Lama yang sudah selesai tidak diterbitkan. Kitab Suci dalam bahasa Indonesia (Melayu), yang diterbitkan dewasa ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (sejak tahun 1954) ialah: terjemahan Klinkert dalam Perjanjian Lama, dan terjemahan Bode dalam Perjanjian Baru.  
 +
 
 +
Sudah barang tentu orang tidak merasa puas lagi dengan terjemahan tersebut, sebab agak kolot, kaku dan sukar dimengerti rasanya untuk orang Indonesia moderen. Bahasanya pun bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Melayu. Maka itu sejak tahun 1951 gereja-gereja Kristen (Lembaga Alkitab Indonesia) mengusahakan suatu terjemahan dalam bahasa Indonesia moderen dan populer. Beberapa kitab Perjanjian Lama (yang berupa sementara) sudah terbit, yakni: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Yusak, Hakim-hakim, Rut, Ester, Ezra, Nehemnya.  
 +
 
 +
Lambat-laun pekerjaan maju langkah demi langkah dengan kompetensi yang bermutu tinggi. Bahasa yang dipakai umumnya sederhana dan mudah dipahami. Hanya di sana-sini kurang lancar dan sedikit kaku rasanya. Di samping karya raksasa gereja-gereja Kristen lainnya, gereja Katolik tidak berbuat apa-apa. Sebelum kemerdekaan Indonesia suatu terjemahan tidak diusahakan.  
 +
 
 +
Akhir-akhir ini usaha ke jurusan itu dimulai oleh P.Y. Bouma SVD, yang waktu itu sudah lanjut usianya. Dalam tahun 1955 ia menerbitkan keempat Injil dan Kisah Rasul-rasul. Bahasa terjemahan itu sebenarnya kurang memuaskan dan terjemahannya sendiri pun tidak selalu tepat. Tapi umat Katolik toh dapat membaca Injil dalam bahasa Indonesia. Usaha itu diteruskan dan tahun 1964 diterbitkan seluruh Perjanjian Baru, yang dikerjakan oleh P.Y. Bouma SVD, P.M. Beding SVD. dan P.V. Jebarus SVD. Terjemahan Injil dan Kisah Rasul-rasul dari tahun 1955 sangat diperbaiki bahasanya, dan bagian-bagian lain pun jauh lebih baik bahasanya.  
 +
 
 +
Dalam surat pengantar para penterjemah menerangkan terjemahannya ini pun berupa sementara dan mereka sadar, bahwa jauh dari sempurna. Dan kritik tentu saja mungkin. Terjemahan ini dibarengi dengan suatu Pendahuluan untuk Perjanjian Baru yang panjang serta catatan-catatan exegetis di halaman bawah. Dalam pada itu suatu panitia penterjemah mulai mengerjakan Perjanjian Lama juga dan menerima tugas itu dari para Wali Gereja di Indonesia. Kitab Mazmur diterbitkan tahun 1961, Kitab-kitab Kebijaksanaan tahun 1962, Kitab-kitab Syemuel dan Raja-raja tahun 1963, Kitab-kitab Sejarah lainnya tahun 1964. Kitab Para Nabi tengah dicetak dan mungkin tahun ini (1967) akan terbit. Kitab-kitab Taurat hampir selesai diterjemahkan.  
 +
 
 +
Terjemahan Perjanjian Lama ini dibubuhi kata pendahuluan yang panjang untuk masing-masing kitab dan keterangan-keterangan pada kakihalaman, yang serba singkat, tapi kiranya cukup menolong si pembaca. Lalu pula di pinggir halaman terdapatlah banyak petunjuk ke ayat-ayat Kitab Suci lain yang dapat menerangkan hal-hal tertentu. Kesemuanya itu nyata diinspirasikan oleh terjemahan Prancis, Bible de Yerusalem. Jadi terjemahan ini baik dipergunakan orang yang ingin mempelajari Kitab Suci.  
 +
 
 +
Keberatan terhadap terjemahan ini ialah: ada agak banyak salah cetak dan terjemahan ini suka akan kata-kata yang sungguhpun Indonesia tapi kurang biasa dan kurang dipakai, sehingga kadang-kadang sukar dimengerti. Adakalanya orang membutuhkan Kamus Umum Bahasa Indonesia. Dalam Kitab Amsal terjemahan malah buruk sekali. Tinggal satu harapan lagi: Mudah-mudahan nanti para ahli Protestan dan para ahli Katolik sepakat dan atas dasar terjemahan-terjemahan baru dari kedua pihak menerbitkan satu terjemahan "oekumenis" untuk kaum protestan maupun kaum katolik. Usaha kejurusan itu sudah dimulai dan moga-moga keberatan dan kesulitan-kesulitan yang beraneka warna diatasi dengan hasil gemilang.
 +
 
 +
== Bahasa daerah ==
 +
Berkenaan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa daerah gereja-gereja Kristen sekali lagi boleh berbangga. Dalam semua bahasa daerah yang penting seluruh Kitab Suci sudah lama tersedia. Oleh karena sudah lama dikerjakan terjemahan-terjemahan itu memang sedikit kolot dan kaku rasanya. Dalam bahasa Jawa ada dua terjemahan yakni: yang diterbitkan D. Y. Gericke dalam tahun 1854 dan yang diterbitkan oleh F. Janz dalam tahun 1892. Bahasa Sunda pun mempunyai terjemahan seluruh Kitab Suci yang dikerjakan oleh S. Coolsma dan diterbitkan tahun 1890. Dalam bahasa Batak--Toba Perjanjian Baru diterbitkan tahun 1890. Lagi pula seluruh Kitab Suci tersedia dalam bahasa Nias, bahasa Makassar dan Bugis, serta dalam bahasa Toraja-Bare'e dan bahasa Ngaju. Dalam bahasa Timor seluruh Kitab Suci segera akan (sudah) terbit. Perjanjian Baru, seluruhnya atau sebagiannya tersedia dalam pelbagai bahasa (adakalanya salah satu kitab saja berupa stensilan), yaitu: Bahasa Batak--Angkola, Batak--Karo, Simalungun, Batu, Mentawai, Madura, Maanyan, Sihong, Ot Danum, Balantian, Sangihe (Siauw), Toumbulu, Tountemboan, Mongendow, Kaili, Kulawi, Sigli, Napu, Bada, Ta'e, Mori, Tolaki, Sasak, Weiwewa, Kambera, Sabu, Rote, Maserete, Loloda, Galela, Tabelo, Tobaru, Numfoor, Windessi, Kepauku.
 +
 
 +
Dari fihak Katolik konon kabarnya segera akan diterbitkan terjemahan keempat injil dan Kisah Rasul-rasul dalam bahasa Jawa; bagian kedua Perjanjian Baru juga direncanakan.
 +
 
 +
Bagi saudara-saudara yang berbahasa Tionghwa boleh ditambahkan di sini, bahwa Lembaga Alkitab Indonesia juga menyebarkan terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Tionghwa. Lagi pula ada terjemahan Tionghwa dari pihak Katolik. Terjemahan itu dikerjakan antara 1946--1961. Terjemahan ini terdiri atas 11 jilid dan diterbitkan di Hong Kong. Tersedia pula keempat injil tersendiri dan seluruh Perjanjian Baru tersendiri serta suatu bunga rampai dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
 +
 
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
<noinclude>{{Buku Hijau|footer}}
<noinclude>{{Buku Hijau|footer}}
{{DISPLAYTITLE:Terjemahan Kitab Suci di Indonesia}}</noinclude>
{{DISPLAYTITLE:Terjemahan Kitab Suci di Indonesia}}</noinclude>

Revisi terkini pada 11:37, 24 Oktober 2012

Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia



Di banyak negeri hanya ada satu bahasa saja, setidak-tidaknya satu bahasa resmi yang dapat dipergunakan dan sungguh dipergunakan semua penduduk negeri itu. Tidak demikian halnya di Indonesia. Memang sekarang ada satu bahasa resmi dan umum, bahasa Indonesia, tetapi di samping bahasa itu masih ada banyak, ratusan bahasa lain, yang amat berlainan dari bahasa Indonesia maupun satu sama lain; banyaklah pula penduduk yang tidak mahir dalam bahasa Indonesia, melainkan hanya dalam bahasanya sendiri. Di antara banyak bahasa itu memang ada yang agak sederhana, dipergunakan hanya oleh golongan, kelompok kecil saja dan karenanya bahasa-bahasa itu kiranya lama kelamaan akan hilang atau menjadi "logat" setempat. Tetapi bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Jawa, Sunda dan lain-lainnya sungguh bahasa yang sangat maju, bahasa sastera dan bahasa kebudayaan. Tak mungkinlah bahasa itu akan lenyap. Umum diketahui, bahwa bahasa Indonesia moderen berasal dari bahasa Melayu yang sudah berabad-abad lamanya merupakan bahasa antar-nusa di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Bagaimana kedudukan Kitab Suci bertalian dengan bahasa-bahasa yang dipakai di Indonesia? Tersedialah terjemahan Kitab Suci? Dibandingkan dengan pelbagai negeri lain Indonesia boleh berbangga. Kitab Suci sungguh tersedia baginya dalam bahasa-bahasanya sendiri. Dan itupun berkat jerih-payah raksasa dari pihak gereja-gereja Kristen di Indonesia, pada hal Gereja Katolik amat terbelakang.

Baiklah kiranya kami serba singkat menyajikan di sini sejarah terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Indonesia, dahulu dalam bahasa Melayu/Indonesia, lalu dalam bahasa-bahasa daerah. Boleh dicatat di sini, bahwa menurut-hukum Gereja Katolik (C.J.C.c.1400) semua orang yang sedikit banyak mempelajari Kitab Suci boleh menggunakan setiap terjemahan baik, juga dari pihak bukan Katolik, asal tidak dibarengi dengan keterangan-keterangan yang tidak tepat. Nah, Lembaga Alkitab Indonesia (dan Lembaga-lembaga Alkitab protestan lainnya) menerbitkan hanya teks saja tanpa pendahuluan atau keterangan sedikit pun. Maka itu semua orang yang mengikuti kursus ini boleh menggunakan terjemahan-terjemahan Lembaga Alkitab juga.

Bahasa Melayu/Indonesia

Baru saja orang Belanda sampai di Indonesia, Kitab Suci mulai diterjemahkan dalam bahasa Melayu, bahasa kebudayaan di masa itu. Dalam tahun 1612 diterbitkan Injil Mateus dan tahun 1638 Injil Markus, dalam bahasa Melayu pakai tulisan Arab. Terjemahan itu dikerjakan oleh seorang pegawai Kompeni Belanda yakni Cornelis Ruyll. Dalam tahun 1646, diterbitkan Injil Lukas dan Injil Yohanes oleh pegawai Kompeni lain, yakni |J. van Hazel. Jadi keempat Injil sudah tersedia dalam tahun 1646.

Terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Melayu yang lama dipakai ialah: "Elkitab iya itu segala Surat perjanjian Lama dan Baru", yang dikerjakan oleh Dr. Melchior Leydekker (sampai Ef. 6,7) dan Ds. P. van der Vorm. Karyanya dimulai oleh Leydekker dalam tahun 1691 dan diteruskannya hingga meninggal tahun 1701; dalam tahun itu juga karyanya diselesaikan oleh P.v.d.Vorm. Bahasa yang dipakai ialah "bahasa Melayu Tinggi", jadi bahasa kuno dan bahasa sastera. Tetapi bahasa itu sukar dimengerti oleh rakyat, yang mempergunakan "bahasa pasar", terutama di Maluku (khusus untuk rakyat di Maluku terjemahan itu dimaksudkan). Tambahan pula Leydekker menggunakan banyak perkataan asing, kata-kata Arab dan Parsi. Itupun sebabnya, maka terjemahan itu mendapat perlawanan gigih, terutama dari pihak Ds. Francois Valenteyn. Dia itu telah menterjemahkan seluruh Kitab Suci kedalam bahasa Melayu - Maluku.

Perselisihan agak lama berlangsung tetapi diakhiri oleh Kompeni Belanda dengan menerima terjemahan Leydekker, setelah Valenteyn meninggal dalam tahun 1727. Terjemahan itu direvisir sekali lagi dan diterbitkan dalam tahun 1733. Terjemahan ini dalam abad XX masih beberapa kali dicetak yakni tahun 1905, 1911, 1916 dan di Ambon masih dipakai juga. Tetapi umumnya terjemahan Leydekker sudah lama tidak memuaskan. Maka dari itu Lembaga Alkitab Belanda (NBS) menyuruh H.C. Klinkert mengusahakan terjemahan baru, yaitu dalam tahun 1863.

Dalam tahun 1879 terjemahan itu diterbitkan dan hingga dewasa ini dipakai oleh gereja Kristen di Minahasa. Di samping itu suatu terjemahan lain dalam bahasa Melayu dikerjakan oleh Dr. W. C. Shellabear atas pesan Lembaga Alkitab Inggris untuk luar Negeri (BFBS) dan diterbitkan dalam tahun 1913 (untuk Malaka). Atas pesan Lembaga Alkitab Belanda dan Lembaga Alkitab Inggeris Ds. W. A Bode dalam tahun 1930 mulai membuat terjemahan baru lagi.

Dalam tahun 1938 Perjanjian Baru diterbitkan serta mendapat sambutan yang hangat. Sebelum Ds. Bode dapat menyelesaikan Perjanjian Lama, ia meninggal akibat perang (tahun 1942). Kitab-kitab Perjanjian Lama yang sudah selesai tidak diterbitkan. Kitab Suci dalam bahasa Indonesia (Melayu), yang diterbitkan dewasa ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia (sejak tahun 1954) ialah: terjemahan Klinkert dalam Perjanjian Lama, dan terjemahan Bode dalam Perjanjian Baru.

Sudah barang tentu orang tidak merasa puas lagi dengan terjemahan tersebut, sebab agak kolot, kaku dan sukar dimengerti rasanya untuk orang Indonesia moderen. Bahasanya pun bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Melayu. Maka itu sejak tahun 1951 gereja-gereja Kristen (Lembaga Alkitab Indonesia) mengusahakan suatu terjemahan dalam bahasa Indonesia moderen dan populer. Beberapa kitab Perjanjian Lama (yang berupa sementara) sudah terbit, yakni: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Yusak, Hakim-hakim, Rut, Ester, Ezra, Nehemnya.

Lambat-laun pekerjaan maju langkah demi langkah dengan kompetensi yang bermutu tinggi. Bahasa yang dipakai umumnya sederhana dan mudah dipahami. Hanya di sana-sini kurang lancar dan sedikit kaku rasanya. Di samping karya raksasa gereja-gereja Kristen lainnya, gereja Katolik tidak berbuat apa-apa. Sebelum kemerdekaan Indonesia suatu terjemahan tidak diusahakan.

Akhir-akhir ini usaha ke jurusan itu dimulai oleh P.Y. Bouma SVD, yang waktu itu sudah lanjut usianya. Dalam tahun 1955 ia menerbitkan keempat Injil dan Kisah Rasul-rasul. Bahasa terjemahan itu sebenarnya kurang memuaskan dan terjemahannya sendiri pun tidak selalu tepat. Tapi umat Katolik toh dapat membaca Injil dalam bahasa Indonesia. Usaha itu diteruskan dan tahun 1964 diterbitkan seluruh Perjanjian Baru, yang dikerjakan oleh P.Y. Bouma SVD, P.M. Beding SVD. dan P.V. Jebarus SVD. Terjemahan Injil dan Kisah Rasul-rasul dari tahun 1955 sangat diperbaiki bahasanya, dan bagian-bagian lain pun jauh lebih baik bahasanya.

Dalam surat pengantar para penterjemah menerangkan terjemahannya ini pun berupa sementara dan mereka sadar, bahwa jauh dari sempurna. Dan kritik tentu saja mungkin. Terjemahan ini dibarengi dengan suatu Pendahuluan untuk Perjanjian Baru yang panjang serta catatan-catatan exegetis di halaman bawah. Dalam pada itu suatu panitia penterjemah mulai mengerjakan Perjanjian Lama juga dan menerima tugas itu dari para Wali Gereja di Indonesia. Kitab Mazmur diterbitkan tahun 1961, Kitab-kitab Kebijaksanaan tahun 1962, Kitab-kitab Syemuel dan Raja-raja tahun 1963, Kitab-kitab Sejarah lainnya tahun 1964. Kitab Para Nabi tengah dicetak dan mungkin tahun ini (1967) akan terbit. Kitab-kitab Taurat hampir selesai diterjemahkan.

Terjemahan Perjanjian Lama ini dibubuhi kata pendahuluan yang panjang untuk masing-masing kitab dan keterangan-keterangan pada kakihalaman, yang serba singkat, tapi kiranya cukup menolong si pembaca. Lalu pula di pinggir halaman terdapatlah banyak petunjuk ke ayat-ayat Kitab Suci lain yang dapat menerangkan hal-hal tertentu. Kesemuanya itu nyata diinspirasikan oleh terjemahan Prancis, Bible de Yerusalem. Jadi terjemahan ini baik dipergunakan orang yang ingin mempelajari Kitab Suci.

Keberatan terhadap terjemahan ini ialah: ada agak banyak salah cetak dan terjemahan ini suka akan kata-kata yang sungguhpun Indonesia tapi kurang biasa dan kurang dipakai, sehingga kadang-kadang sukar dimengerti. Adakalanya orang membutuhkan Kamus Umum Bahasa Indonesia. Dalam Kitab Amsal terjemahan malah buruk sekali. Tinggal satu harapan lagi: Mudah-mudahan nanti para ahli Protestan dan para ahli Katolik sepakat dan atas dasar terjemahan-terjemahan baru dari kedua pihak menerbitkan satu terjemahan "oekumenis" untuk kaum protestan maupun kaum katolik. Usaha kejurusan itu sudah dimulai dan moga-moga keberatan dan kesulitan-kesulitan yang beraneka warna diatasi dengan hasil gemilang.

Bahasa daerah

Berkenaan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa daerah gereja-gereja Kristen sekali lagi boleh berbangga. Dalam semua bahasa daerah yang penting seluruh Kitab Suci sudah lama tersedia. Oleh karena sudah lama dikerjakan terjemahan-terjemahan itu memang sedikit kolot dan kaku rasanya. Dalam bahasa Jawa ada dua terjemahan yakni: yang diterbitkan D. Y. Gericke dalam tahun 1854 dan yang diterbitkan oleh F. Janz dalam tahun 1892. Bahasa Sunda pun mempunyai terjemahan seluruh Kitab Suci yang dikerjakan oleh S. Coolsma dan diterbitkan tahun 1890. Dalam bahasa Batak--Toba Perjanjian Baru diterbitkan tahun 1890. Lagi pula seluruh Kitab Suci tersedia dalam bahasa Nias, bahasa Makassar dan Bugis, serta dalam bahasa Toraja-Bare'e dan bahasa Ngaju. Dalam bahasa Timor seluruh Kitab Suci segera akan (sudah) terbit. Perjanjian Baru, seluruhnya atau sebagiannya tersedia dalam pelbagai bahasa (adakalanya salah satu kitab saja berupa stensilan), yaitu: Bahasa Batak--Angkola, Batak--Karo, Simalungun, Batu, Mentawai, Madura, Maanyan, Sihong, Ot Danum, Balantian, Sangihe (Siauw), Toumbulu, Tountemboan, Mongendow, Kaili, Kulawi, Sigli, Napu, Bada, Ta'e, Mori, Tolaki, Sasak, Weiwewa, Kambera, Sabu, Rote, Maserete, Loloda, Galela, Tabelo, Tobaru, Numfoor, Windessi, Kepauku.

Dari fihak Katolik konon kabarnya segera akan diterbitkan terjemahan keempat injil dan Kisah Rasul-rasul dalam bahasa Jawa; bagian kedua Perjanjian Baru juga direncanakan.

Bagi saudara-saudara yang berbahasa Tionghwa boleh ditambahkan di sini, bahwa Lembaga Alkitab Indonesia juga menyebarkan terjemahan seluruh Kitab Suci dalam bahasa Tionghwa. Lagi pula ada terjemahan Tionghwa dari pihak Katolik. Terjemahan itu dikerjakan antara 1946--1961. Terjemahan ini terdiri atas 11 jilid dan diterbitkan di Hong Kong. Tersedia pula keempat injil tersendiri dan seluruh Perjanjian Baru tersendiri serta suatu bunga rampai dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA


Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas