Sejarah Alkitab Indonesia

Injil

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
k (1 revisi)
 
(7 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
-
# '''Nama'''<br> Kata Arab-Indonesia "Indjil adalah suatu turunan dari kata Junani "eu-ang-gelion" dan kiranja liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Indjil adalah kitab jang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Sutji orang-orang Keristen. Karenanja kata "Indjil" kerap kali tidak hanja berarti apa jang kita sebut "Indjil" (tertulis), tetapi djuga seluruh Perdjandjian Baru, jang memang menurut artikata aselinja boleh dikatakan "Indjil" djuga.Tetapi kata Junani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) jang baik (eu) atau jang menggembirakan. Artinja lalu meluas mendjadi segala sesuatu jang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanja upah jang diberikan kepada pesuruh jang menjampaikan kabar itu. Kabar itu dapat djuga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perdjandjian baru, chususnja Paulus, seringkali menggunakan istilah "indjil" jang kiranja diambil bukan dari bahasa Junani profan, melainkan dari Kitab Sutji Perdjandjian Lama (terdjemahan Junani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. {{ayat|Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1}} dll.). Dalam Perdjandjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Jesus sendiri - Indjil adalah berita atau kabar tentang Jesus, tegasnja keselamatan jang telah dikerdjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Jesus Kristus. Kabar itu merangkum Jesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataanNja. Dalam seluruh Perdjandjian Baru kata itu belum djuga menundjukkan suatu indjil tertulis, suatu kitab (djuga dalam II Kor 8:18 tidak). Semendjak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan indjil tertulis, kitab indjil. Indjil jang satu ada empat rupanja, indjil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Johanes. Tetapi dalam Perdjandjian Baru "Indjil" selalu kabar lisan tentang diri Jesus dan karyaNja.
+
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Doktrin Alkitab}}}}
-
# '''Djadinja indjil tertulis'''<br> Maka "Indjil" itu bukanlah suatu kitab jang ber-angsur-angsur diturunkan Allah kepada Jesus, lalu dibawakan olehNja dan achirnja tertjatat, seperti misalnja Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Indjil" suatu kitab sedemikian itu. Jesus memang memaklumkan Indjil ({{ayat|Luk 4:43; 20:1}}), jaitu kabar tentang Keradjaan Allah jang sudah tiba didalam diri Jesus. Tetapi Ia sendiri kiranja tidak menulis sepatah katapun.Setelah Jesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannja dengan setjara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanja tidak lagi "Keradjaan Allah", melainkan karya penjelamatan jang sudah dikerdjakan Allah dengan perantaraan Jesus, jang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Indjil memberikan kesaksian tentang Jesus dan karya penjelamatanNja (bdk. {{ayat|Luk 24:48; Kis 1:8}}).Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperintji, meskipun pada pokoknja tetap sama. Setjara singkat dan padat Indjil dimaklumkan kepada orang jang belum beriman (dinamakan kerygma) jang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, pertjaja akan Jesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Jahudi atau orang-orang kafir (bdk. {{ayat|Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41}}). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Jesus sebagai penebus dan penjelamat. Tetapi bagi orang-orang jang sudah beriman pemakluman itu diperluas mendjadi pengadjaran (dinamakan katekesis atau didache). Kedjadian-kedjadian sehubungan dengan wafatNja dan bangkitNja Jesus diperintjikan; ditambah pula adjaran jang telah disampaikan Jesus serta kedjadian dan hal-ichwal dari riwajat hidupNja sedjauh dianggap penting. Tetapi tjiri Indjil itu tetap sama djuga, jaitu kesaksian tentang Jesus jang diberikan oleh orang jang pertjaja akan Dia sebagai satu-satunja Penebus dan Penjelamat.Tetapi tidak hanja bahan dan isi Indjil bertambah besar dan semakin terperintji, tetapi bahan itu djuga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat jang madju maupun dengan situasinja. Para rasul serta pembantunja tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwajat hidup Jesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat jang sudah ada. Maka itu Indjil tidak hanja memberikan kesaksian tentang Jesus, tetapi djuga tentang iman umat serta keadaannja jang njata. Misalnja kedjadian-kedjadian dari kehidupan Jesus tidak diberitakan sebagaimana njata terdjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat jang pertjaja akan Jesus jang bangkit dari alam maut. Banjak hal jang waktu terdjadi sangat tidak djelas arti dan maksudnja dibuat mendjadi terang sekali. Mukdjidjat jang dikerdjakan Jesus diperbesar (dan malah ditambah djumlahnja), supaja semakin terang siapa Jesus. Mukdjidjat itupun diartikan tjara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat djuga. Perkataan-perkataan Jesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. AdjaranNja diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, jang belum terang waktu Jesus sendiri mengadjar. Kesemuanja itu bertjampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa jang njata terdjadi dan apa jang sesungguhnja dikatakan Jesus dari apa jang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Indjil. Terang djuga bahwa perkembangan Indjil tersebut tidak dimana-mana menempuh djalan jang sama. Ia berkembang kepelbagai djurusan. Tapi umumnja tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka jang tetap dan sama. Itu perlu supaja dapat dihafalkan dan kembali ditjeritakan setjara teratur sedikit.Tahap perkembangan Indjil jang ketiga dan terachir, ialah kitab-kitab Indjil tertulis. Memang tjukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnja sebagai pedoman untuk para pengadjar Indjil. Maka itu disana-sini orang mulai mentjatat adjaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. ({{ayat|Luk 1:1}}). Kita tidak lagi dapat mengenal indjil-indjil tertulis jang mendahului indjil-indjil kita. Tapi sudah pastilah ada indjil-indjil tertulis, jang lebih kurang besar dan luas. Jang pertama-tama dituliskan ialah kiranja suatu kisah tjukup luas dan terperintji tentang wafatNja dan bangkitNja Tuhan dari alam maut. Boleh djadi ada djuga kumpulan-kumpulan perkataan, wedjangan dan perumpamaan Jesus atau kumpulan mukdjidjat-mukdjidjat jang telah diperbuatNja. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanja itu. Sedikit dapat disimpulkan dari indjil-indjil jang tersedia bagi kita. Jang paling terachir kiranja kisah tentang masa muda Jesus, sebagaimana sekarang termuat dalam indjil karangan Mateus dan Lukas. Dalam indjil karangan Markus belum ada djuga. Empat karangan achirnja umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan tjukup lengkap tentang iman umat didjaman para rasul. Iman djaman itulah mendjadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selandjutnja.Keempat karangan itu ialah indjil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), indjil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh djadi indjil karangan Mateus dalam bahasa Junani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu indjil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian indjil terachir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Achirnja Indjil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Indjil karangan Johanes (sekitar th. 95 masehi).
+
 
-
# '''Indjil-indjil Sinoptis.'''<br> Ketiga Indjil jang terdahulu, jakni indjil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnja disebut "Indjil-indjil sinoptis." Istilah Junani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga indjil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga ladjur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga indjil itu pada umumnja sedjalan tjeritanja. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga indjil tersebut sedjalan dan itu lalu menimbulkan masalah jang lazimnja disebut "masalah sinoptis".Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga indjil tersebut (kisah masa muda Jesus dipotong) sangat sedjalan, baik dalam urutan tjeritanja maupun dalam bahan jang disadjikannja. Ada tiga bagian jaitu: tampilnja Jesus serta kerdjaNja di Galilea, lalu Ia pergi ke Judea dan beberapa lamanja bekerdja disana, dan achirnja kisah tentang sengsara serta kebangkitanNja. Memang tidak harus demikian susunannja. Terbukti hal itu oleh indjil keempat, karangan Johanes, jang urutannja berbeda sama sekali. Jesus mulai bekerdja di Judea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Judea; kembali ke Galilea, ke Judea lagi. Dalam ketiga indjil jang terdahulu, Jesus hanja sekali pergi ke Jerusjalem, tapi menurut indjil karangan Johanes sekurang-kurangnja tiga kali. Kesamaan bahan ketiga indjil jang terdahulu serta tjaranja bahan itu disadjikan djuga menjolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh indjil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan jang tidak kurang besar antara ketiga indjil tersebut. Masing-masing indjil mempunjai bahan chusus, jang tidak ada dalam indjil-indjil lain. Meskipun tjerita-tjeritanja kadang-kadang setjara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muntjul perbedaan jang tidak ketjil. Demikianpun urutan tjerita-tjerita jang sama sekonjong-konjong terputus, entah karena apa. Masalahnja mungkin mendjadi paling djelas dengan diberikan suatu tjontoh konkrit, meskipun hanja dalam bahasa aselinja dirasakan baik-baik.<br>'''<u>{{ayat|Mat 16:13-20}}</u>'''<br>Kemudian tibalah Jesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanja kepada para muridNja: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada jang menjebutnja Joanes Pemandi, jang lain Elias, jang lain pula Jeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Jesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah jang hidup. Maka udjar Jesus kepadanja..... (seluruh djandji kepada Petrus)..... Lalu Ia menjuruh murid-muridNja supaja djangan memberitahukan kepada siapapun djua, bahwa Ialah Kristus.<br>'''<u>{{ayat|Mar 8:27-30}} </u>'''<br>Dan Jesus serta murid-muridNja bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah djalan ia bertanja kepada murid-muridnja, kataNja: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanja: Joanes Pemandi, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanja kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanja: Engkaulah Kristus. (djandji kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnja tidak) Dan Jesus mengantjam mereka, supaja djangan-djangan berbitjara tentangNja.<br>'''<u>{{ayat|Luk 9:18-22}}</u>'''<br>Dan terdjadilah ketika Jesus sedang berdoa ditempat sunji para murid ada sertaNja. Dan Ia bertanja kepada mereka, katanja: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanja: Joanes Pemandi, jang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala jang bangkit kembali. Kata Jesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka Petrus menjahut: Kistus dari Allah, (djandji kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengantjam mereka sambil melarang, supaja itu djangan dikatakannja kepada siapapun djua.Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali djandji kepada Petrus. Tapi jang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnja.Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banjak dipikirkan dan puluhan sistem jang berusaha memetjahkannja. Dewasa ini penjelidikan sedikit banjak didjalan buntu. Tidak ada satu sistem jang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai tjontoh beberapa sistem disadjikan disini. Jang satu berpendapat dapat memetjahkan soalnja dengan tradisi lisan. Ketiga indjil sinoptis berangkat dari tradisi lisan jang sama, jakni tradisi umat di Judea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga djurusan. Masing-masing djurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga indjil itu berasal dari tradisi lisan jang mendjadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selandjutnja. Achirnja ketiga arus itu dibukukan dalam indjil-indjil kita.Suatu sistem jang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga indjil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) jang tertulis. Sumber jang satu ialah indjil karangan Markus (atau: indjil jang mendahuluinja dan disebut "pra-Markus") dan sumber jang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Jesus (logia). Adanja kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Johanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Djerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnja, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, jang kurang penting. Masing-masing pengindjil mempunjai sumber tersendiri-sendiri.Kedua teori tersebut, jakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis atjap kali digabung mendjadi satu: pengindjil-pengindjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga indjil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnja diterima bahwa indjil Markus adalah jang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanja. Lain-lain orang menjisipkan antara Lukas dan Markus suatu indjil Mateus jang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterdjemahkan dalam bahasa Junani. Markus dan Lukas menggunakan Indjil karangan Mateus itu. Tetapi saduran indjil Mateus dalam bahasa Junani (seperti sekarang ada) menggunakan indjil karangan Lukas djuga. Lain teori menempatkan indjil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah djelas kiranja betapa berbelitnja masalah sinoptis. Tidak ada banjak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori jang berhasil memetjahkan seluruh soalnja.
+
Kata Arab-Indonesia '''Injil''' adalah suatu turunan dari kata Yunani "eu-ang-gelion" dan kiranya liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Injil adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Suci orang-orang Keristen. Karenanya kata "Injil" kerap kali tidak hanya berarti apa yang kita sebut "Injil" (tertulis), tetapi juga seluruh Perjanjian Baru, yang memang menurut artikata aselinya boleh dikatakan "Injil" juga.Tetapi kata Yunani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) yang baik (eu) atau yang menggembirakan. Artinya lalu meluas menjadi segala sesuatu yang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanya upah yang diberikan kepada pesuruh yang menyampaikan kabar itu. Kabar itu dapat juga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perjanjian baru, khususnya Paulus, seringkali menggunakan istilah "injil" yang kiranya diambil bukan dari bahasa Yunani profan, melainkan dari Kitab Suci Perjanjian Lama (terjemahan Yunani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. {{ayat|Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1}} dll.). Dalam Perjanjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Yesus sendiri - Injil adalah berita atau kabar tentang Yesus, tegasnya keselamatan yang telah dikerjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Yesus Kristus. Kabar itu merangkum Yesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataanNya. Dalam seluruh Perjanjian Baru kata itu belum juga menunjukkan suatu injil tertulis, suatu kitab (juga dalam II Kor 8:18 tidak). Semenjak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan injil tertulis, kitab injil. Injil yang satu ada empat rupanya, injil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi dalam Perjanjian Baru "Injil" selalu kabar lisan tentang diri Yesus dan karyaNya.
-
# '''Indjil karangan Johanes.'''<br> Habis membatja ketiga indjil jang terdahulu dan membuka indjil jang keempat orang serta merta merasakan diri didunia jang lain sama sekali. Djika sipembatja berpendapat sudah mengenal Jesus serta karyaNja, maka kini mendjadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam indjil keempat ini mempunjai tjiri chas dan perbedaan dengan indjil-indjil lainnja menjolok mata. Sedjak dahulukala indjil karangan Johanes suka disebut "indjil rohani" dan sebutan itu sungguh menundjukkan sifatnja jang chas.Kesamaan bahan - ketjuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan tjukup besar djuga - hampir tidak ada. Jang sama hanja jang berikut ini: tampilnja Johanes Pembaptis sebagai perintis Jesus ({{ayat|Joh1:19-39}}: tapi tidak dikatakan Jesus dibaptis oleh Johanes), penjembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum ({{ayat|Joh 4:46-53}}), perbanjakan roti setjara adjaib ({{ayat|Joh 6:1-13}}), Jesus berdjalan dipermukaan air tasik ({{ayat|Joh 6:1-13}}). Tetapi tjaranja peristiwa jang sama ditjeritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ajat-ajat atau bagian jang mungkin mengingatkan sesuatu jang ditjeritakan oleh para sinoptisi djuga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Johanes umumnja tidak mentjeritakan banjak peristiwa, tapi terutama perkataan Jesus.Djalan kehidupan Jesus dalam indjil keempat tjukup berbeda dengan djalannja dalam ketiga indjil lain. Menurut ketiga dinoptisi Jesus hanja sekali sadja pergi ke Jerusjalem. Tapi menurut indjil keempat Ia seringkali tampil dikota sutji itu. Jesus seolah-olah pulang-pergi dari Jerusjalem (Judea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Johanes pada permulaan kehidupan Jesus ({{ayat|Joh 2:13-17}}), pada hal oleh indjil-indjil lain ditempatkan pada achirnja ({{ayat|Mar 11:15-19}}).Perbedaan paling menjolok mata dalam perkataan Jesus. Dalam ketiga indjil jang terdahulu wedjangan-wedjangan Jesus (djuga kalau tjukup pandjang) terdiri atas pepatah singkat-padat jang umumnja tjukup djelas artinja, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam indjil karangan Johanes wedjangan-wedjangan Jesus berupa ulasan-ulasan teoretis jang pandjang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukdjidjat). Wedjangan-wedjangan itu memberikan kepadanja arti rohani serta mengartikannja sebagai tanda. Wedjangan-wedjangan Jesus biasanja agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannja atau orang-orang lain. Anehnja lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Jesus berbitjara atau Johanes Pembaptis maupun pabila si pengindjil mendjandjikan renungan-renungannja sendiri.Terang sekali dalam indjil keempat itu diketemukan suatu tradisi jang tersendiri. Tradisi ini menempuh djalan perkembangan jang amat berlainan dari djalan tradisi sinoptis. Mungkin sipengindjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnja tidak menggunakannja dan terang-terang tidak mengindahkannja. Dalam tradisi Johanes lebih djauh dilandjutkan apa jang sudah dimulai tradisi sinoptis, jaitu: kedjadian-kedjadian dari kehidupan Jesus serta adjarannja ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat jang baru. Memang dasar terachir kedua tradisi itu sama, jakni diri Jesus serta adjaranNja. Tetapi tradisi tentang-Nja menempuh dua djalan jang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (jang umumnja sama) dan ada tradisi Johanes.Indjil karangan Johanespun kiranja tidak sekali djadi digubah. Dibelakangnja ada suatu tradisi lisan jang lama kelamaan berkembang dan achirnja dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Johanes dan terus dipimpin olehnja. Dalam pembukuan terachirpun pengaruhi rasul itu kiranja besar sekali. Tetapi kitabnja ini mungkin tidak ditulisnja dengan tangan sendiri.
+
 
 +
==Jadinya injil tertulis==
 +
Maka "Injil" itu bukanlah suatu kitab yang ber-angsur-angsur diturunkan Allah kepada Yesus, lalu dibawakan olehNya dan akhirnya tercatat, seperti misalnya Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Injil" suatu kitab sedemikian itu. Yesus memang memaklumkan Injil ({{ayat|Luk 4:43; 20:1}}), yaitu kabar tentang Kerajaan Allah yang sudah tiba didalam diri Yesus. Tetapi Ia sendiri kiranya tidak menulis sepatah katapun.Setelah Yesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannya dengan secara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanya tidak lagi "Kerajaan Allah", melainkan karya penyelamatan yang sudah dikerjakan Allah dengan perantaraan Yesus, yang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Injil memberikan kesaksian tentang Yesus dan karya penyelamatanNya (bdk. {{ayat|Luk 24:48; Kis 1:8}}).Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperinci, meskipun pada pokoknya tetap sama. Secara singkat dan padat Injil dimaklumkan kepada orang yang belum beriman (dinamakan kerygma) yang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, percaya akan Yesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Yahudi atau orang-orang kafir (bdk. {{ayat|Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41}}). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Yesus sebagai penebus dan penyelamat. Tetapi bagi orang-orang yang sudah beriman pemakluman itu diperluas menjadi pengajaran (dinamakan katekesis atau didakhe). Kejadian-kejadian sehubungan dengan wafatNya dan bangkitNya Yesus diperincikan; ditambah pula ajaran yang telah disampaikan Yesus serta kejadian dan hal-ikhwal dari riwayat hidupNya sejauh dianggap penting. Tetapi ciri Injil itu tetap sama juga, yaitu kesaksian tentang Yesus yang diberikan oleh orang yang percaya akan Dia sebagai satu-satunya Penebus dan Penyelamat.Tetapi tidak hanya bahan dan isi Injil bertambah besar dan semakin terperinci, tetapi bahan itu juga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat yang maju maupun dengan situasinya. Para rasul serta pembantunya tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwayat hidup Yesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat yang sudah ada. Maka itu Injil tidak hanya memberikan kesaksian tentang Yesus, tetapi juga tentang iman umat serta keadaannya yang nyata. Misalnya kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus tidak diberitakan sebagaimana nyata terjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat yang percaya akan Yesus yang bangkit dari alam maut. Banyak hal yang waktu terjadi sangat tidak jelas arti dan maksudnya dibuat menjadi terang sekali. Mukjijat yang dikerjakan Yesus diperbesar (dan malah ditambah jumlahnya), supaya semakin terang siapa Yesus. Mukjijat itupun diartikan cara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat juga. Perkataan-perkataan Yesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. AjaranNya diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, yang belum terang waktu Yesus sendiri mengajar. Kesemuanya itu bercampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa yang nyata terjadi dan apa yang sesungguhnya dikatakan Yesus dari apa yang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Injil. Terang juga bahwa perkembangan Injil tersebut tidak dimana-mana menempuh jalan yang sama. Ia berkembang kepelbagai jurusan. Tapi umumnya tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka yang tetap dan sama. Itu perlu supaya dapat dihafalkan dan kembali diceritakan secara teratur sedikit.Tahap perkembangan Injil yang ketiga dan terakhir, ialah kitab-kitab Injil tertulis. Memang cukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnya sebagai pedoman untuk para pengajar Injil. Maka itu disana-sini orang mulai mencatat ajaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. ({{ayat|Luk 1:1}}). Kita tidak lagi dapat mengenal injil-injil tertulis yang mendahului injil-injil kita. Tapi sudah pastilah ada injil-injil tertulis, yang lebih kurang besar dan luas. Yang pertama-tama dituliskan ialah kiranya suatu kisah cukup luas dan terperinci tentang wafatNya dan bangkitNya Tuhan dari alam maut. Boleh jadi ada juga kumpulan-kumpulan perkataan, wejangan dan perumpamaan Yesus atau kumpulan mukjijat-mukjijat yang telah diperbuatNya. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanya itu. Sedikit dapat disimpulkan dari injil-injil yang tersedia bagi kita. Yang paling terakhir kiranya kisah tentang masa muda Yesus, sebagaimana sekarang termuat dalam injil karangan Mateus dan Lukas. Dalam injil karangan Markus belum ada juga. Empat karangan akhirnya umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan cukup lengkap tentang iman umat dijaman para rasul. Iman jaman itulah menjadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selanjutnya.Keempat karangan itu ialah injil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), injil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh jadi injil karangan Mateus dalam bahasa Yunani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu injil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian injil terakhir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Akhirnya Injil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Injil karangan Yohanes (sekitar th. 95 masehi).
 +
 
 +
==Injil-injil Sinoptis==
 +
Ketiga Injil yang terdahulu, yakni injil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnya disebut "Injil-injil sinoptis." Istilah Yunani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga injil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga lajur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga injil itu pada umumnya sejalan ceritanya. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga injil tersebut sejalan dan itu lalu menimbulkan masalah yang lazimnya disebut "masalah sinoptis".Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga injil tersebut (kisah masa muda Yesus dipotong) sangat sejalan, baik dalam urutan ceritanya maupun dalam bahan yang disajikannya. Ada tiga bagian yaitu: tampilnya Yesus serta kerjaNya di Galilea, lalu Ia pergi ke Yudea dan beberapa lamanya bekerja disana, dan akhirnya kisah tentang sengsara serta kebangkitanNya. Memang tidak harus demikian susunannya. Terbukti hal itu oleh injil keempat, karangan Yohanes, yang urutannya berbeda sama sekali. Yesus mulai bekerja di Yudea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Yudea; kembali ke Galilea, ke Yudea lagi. Dalam ketiga injil yang terdahulu, Yesus hanya sekali pergi ke Yerusyalem, tapi menurut injil karangan Yohanes sekurang-kurangnya tiga kali. Kesamaan bahan ketiga injil yang terdahulu serta caranya bahan itu disajikan juga menyolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh injil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan yang tidak kurang besar antara ketiga injil tersebut. Masing-masing injil mempunyai bahan khusus, yang tidak ada dalam injil-injil lain. Meskipun cerita-ceritanya kadang-kadang secara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muncul perbedaan yang tidak kecil. Demikianpun urutan cerita-cerita yang sama sekonyong-konyong terputus, entah karena apa. Masalahnya mungkin menjadi paling jelas dengan diberikan suatu contoh konkrit, meskipun hanya dalam bahasa aselinya dirasakan baik-baik.<br>'''<u>{{ayat|Mat 16:13-20}}</u>'''<br>Kemudian tibalah Yesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanya kepada para muridNya: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada yang menyebutnya Yoanes Pemandi, yang lain Elias, yang lain pula Yeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah yang hidup. Maka ujar Yesus kepadanya..... (seluruh janji kepada Petrus)..... Lalu Ia menyuruh murid-muridNya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun jua, bahwa Ialah Kristus.<br>'''<u>{{ayat|Mar 8:27-30}} </u>'''<br>Dan Yesus serta murid-muridNya bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah jalan ia bertanya kepada murid-muridnya, kataNya: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanya: Yoanes Pemandi, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanya kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanya: Engkaulah Kristus. (janji kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnya tidak) Dan Yesus mengancam mereka, supaya jangan-jangan berbicara tentangNya.<br>'''<u>{{ayat|Luk 9:18-22}}</u>'''<br>Dan terjadilah ketika Yesus sedang berdoa ditempat sunyi para murid ada sertaNya. Dan Ia bertanya kepada mereka, katanya: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanya: Yoanes Pemandi, yang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala yang bangkit kembali. Kata Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka Petrus menyahut: Kistus dari Allah, (janji kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengancam mereka sambil melarang, supaya itu jangan dikatakannya kepada siapapun jua.Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali janji kepada Petrus. Tapi yang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnya.Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banyak dipikirkan dan puluhan sistem yang berusaha memecahkannya. Dewasa ini penyelidikan sedikit banyak dijalan buntu. Tidak ada satu sistem yang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai contoh beberapa sistem disajikan disini. Yang satu berpendapat dapat memecahkan soalnya dengan tradisi lisan. Ketiga injil sinoptis berangkat dari tradisi lisan yang sama, yakni tradisi umat di Yudea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga jurusan. Masing-masing jurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga injil itu berasal dari tradisi lisan yang menjadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selanjutnya. Akhirnya ketiga arus itu dibukukan dalam injil-injil kita.Suatu sistem yang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga injil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) yang tertulis. Sumber yang satu ialah injil karangan Markus (atau: injil yang mendahuluinya dan disebut "pra-Markus") dan sumber yang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Yesus (logia). Adanya kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Yohanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Jerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnya, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, yang kurang penting. Masing-masing penginjil mempunyai sumber tersendiri-sendiri.Kedua teori tersebut, yakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis acap kali digabung menjadi satu: penginjil-penginjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga injil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnya diterima bahwa injil Markus adalah yang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanya. Lain-lain orang menyisipkan antara Lukas dan Markus suatu injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Markus dan Lukas menggunakan Injil karangan Mateus itu. Tetapi saduran injil Mateus dalam bahasa Yunani (seperti sekarang ada) menggunakan injil karangan Lukas juga. Lain teori menempatkan injil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah jelas kiranya betapa berbelitnya masalah sinoptis. Tidak ada banyak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori yang berhasil memecahkan seluruh soalnya.
 +
 
 +
==Injil karangan Yohanes==
 +
Habis membaca ketiga injil yang terdahulu dan membuka injil yang keempat orang serta merta merasakan diri didunia yang lain sama sekali. Jika sipembaca berpendapat sudah mengenal Yesus serta karyaNya, maka kini menjadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam injil keempat ini mempunyai ciri khas dan perbedaan dengan injil-injil lainnya menyolok mata. Sejak dahulukala injil karangan Yohanes suka disebut "injil rohani" dan sebutan itu sungguh menunjukkan sifatnya yang khas.Kesamaan bahan - kecuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan cukup besar juga - hampir tidak ada. Yang sama hanya yang berikut ini: tampilnya Yohanes Pembaptis sebagai perintis Yesus ({{ayat|Yoh1:19-39}}: tapi tidak dikatakan Yesus dibaptis oleh Yohanes), penyembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum ({{ayat|Yoh 4:46-53}}), perbanyakan roti secara ajaib ({{ayat|Yoh 6:1-13}}), Yesus berjalan dipermukaan air tasik ({{ayat|Yoh 6:1-13}}). Tetapi caranya peristiwa yang sama diceritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ayat-ayat atau bagian yang mungkin mengingatkan sesuatu yang diceritakan oleh para sinoptisi juga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Yohanes umumnya tidak menceritakan banyak peristiwa, tapi terutama perkataan Yesus.Jalan kehidupan Yesus dalam injil keempat cukup berbeda dengan jalannya dalam ketiga injil lain. Menurut ketiga dinoptisi Yesus hanya sekali saja pergi ke Yerusyalem. Tapi menurut injil keempat Ia seringkali tampil dikota suci itu. Yesus seolah-olah pulang-pergi dari Yerusyalem (Yudea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Yohanes pada permulaan kehidupan Yesus ({{ayat|Yoh 2:13-17}}), pada hal oleh injil-injil lain ditempatkan pada akhirnya ({{ayat|Mar 11:15-19}}).Perbedaan paling menyolok mata dalam perkataan Yesus. Dalam ketiga injil yang terdahulu wejangan-wejangan Yesus (juga kalau cukup panjang) terdiri atas pepatah singkat-padat yang umumnya cukup jelas artinya, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam injil karangan Yohanes wejangan-wejangan Yesus berupa ulasan-ulasan teoretis yang panjang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukjijat). Wejangan-wejangan itu memberikan kepadanya arti rohani serta mengartikannya sebagai tanda. Wejangan-wejangan Yesus biasanya agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannya atau orang-orang lain. Anehnya lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Yesus berbicara atau Yohanes Pembaptis maupun pabila si penginjil menjanjikan renungan-renungannya sendiri.Terang sekali dalam injil keempat itu diketemukan suatu tradisi yang tersendiri. Tradisi ini menempuh jalan perkembangan yang amat berlainan dari jalan tradisi sinoptis. Mungkin sipenginjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnya tidak menggunakannya dan terang-terang tidak mengindahkannya. Dalam tradisi Yohanes lebih jauh dilanjutkan apa yang sudah dimulai tradisi sinoptis, yaitu: kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus serta ajarannya ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat yang baru. Memang dasar terakhir kedua tradisi itu sama, yakni diri Yesus serta ajaranNya. Tetapi tradisi tentang-Nya menempuh dua jalan yang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (yang umumnya sama) dan ada tradisi Yohanes.Injil karangan Yohanespun kiranya tidak sekali jadi digubah. Dibelakangnya ada suatu tradisi lisan yang lama kelamaan berkembang dan akhirnya dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Yohanes dan terus dipimpin olehnya. Dalam pembukuan terakhirpun pengaruhi rasul itu kiranya besar sekali. Tetapi kitabnya ini mungkin tidak ditulisnya dengan tangan sendiri.
 +
 
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
 +
{{Buku Hijau|footer}}
 +
{{DISPLAYTITLE:Injil}}

Revisi terkini pada 11:02, 30 Juni 2011

Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Kata Arab-Indonesia Injil adalah suatu turunan dari kata Yunani "eu-ang-gelion" dan kiranya liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Injil adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Suci orang-orang Keristen. Karenanya kata "Injil" kerap kali tidak hanya berarti apa yang kita sebut "Injil" (tertulis), tetapi juga seluruh Perjanjian Baru, yang memang menurut artikata aselinya boleh dikatakan "Injil" juga.Tetapi kata Yunani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) yang baik (eu) atau yang menggembirakan. Artinya lalu meluas menjadi segala sesuatu yang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanya upah yang diberikan kepada pesuruh yang menyampaikan kabar itu. Kabar itu dapat juga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perjanjian baru, khususnya Paulus, seringkali menggunakan istilah "injil" yang kiranya diambil bukan dari bahasa Yunani profan, melainkan dari Kitab Suci Perjanjian Lama (terjemahan Yunani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1 dll.). Dalam Perjanjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Yesus sendiri - Injil adalah berita atau kabar tentang Yesus, tegasnya keselamatan yang telah dikerjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Yesus Kristus. Kabar itu merangkum Yesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataanNya. Dalam seluruh Perjanjian Baru kata itu belum juga menunjukkan suatu injil tertulis, suatu kitab (juga dalam II Kor 8:18 tidak). Semenjak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan injil tertulis, kitab injil. Injil yang satu ada empat rupanya, injil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi dalam Perjanjian Baru "Injil" selalu kabar lisan tentang diri Yesus dan karyaNya.

Jadinya injil tertulis

Maka "Injil" itu bukanlah suatu kitab yang ber-angsur-angsur diturunkan Allah kepada Yesus, lalu dibawakan olehNya dan akhirnya tercatat, seperti misalnya Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Injil" suatu kitab sedemikian itu. Yesus memang memaklumkan Injil (Luk 4:43; 20:1), yaitu kabar tentang Kerajaan Allah yang sudah tiba didalam diri Yesus. Tetapi Ia sendiri kiranya tidak menulis sepatah katapun.Setelah Yesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannya dengan secara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanya tidak lagi "Kerajaan Allah", melainkan karya penyelamatan yang sudah dikerjakan Allah dengan perantaraan Yesus, yang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Injil memberikan kesaksian tentang Yesus dan karya penyelamatanNya (bdk. Luk 24:48; Kis 1:8).Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperinci, meskipun pada pokoknya tetap sama. Secara singkat dan padat Injil dimaklumkan kepada orang yang belum beriman (dinamakan kerygma) yang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, percaya akan Yesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Yahudi atau orang-orang kafir (bdk. Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Yesus sebagai penebus dan penyelamat. Tetapi bagi orang-orang yang sudah beriman pemakluman itu diperluas menjadi pengajaran (dinamakan katekesis atau didakhe). Kejadian-kejadian sehubungan dengan wafatNya dan bangkitNya Yesus diperincikan; ditambah pula ajaran yang telah disampaikan Yesus serta kejadian dan hal-ikhwal dari riwayat hidupNya sejauh dianggap penting. Tetapi ciri Injil itu tetap sama juga, yaitu kesaksian tentang Yesus yang diberikan oleh orang yang percaya akan Dia sebagai satu-satunya Penebus dan Penyelamat.Tetapi tidak hanya bahan dan isi Injil bertambah besar dan semakin terperinci, tetapi bahan itu juga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat yang maju maupun dengan situasinya. Para rasul serta pembantunya tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwayat hidup Yesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat yang sudah ada. Maka itu Injil tidak hanya memberikan kesaksian tentang Yesus, tetapi juga tentang iman umat serta keadaannya yang nyata. Misalnya kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus tidak diberitakan sebagaimana nyata terjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat yang percaya akan Yesus yang bangkit dari alam maut. Banyak hal yang waktu terjadi sangat tidak jelas arti dan maksudnya dibuat menjadi terang sekali. Mukjijat yang dikerjakan Yesus diperbesar (dan malah ditambah jumlahnya), supaya semakin terang siapa Yesus. Mukjijat itupun diartikan cara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat juga. Perkataan-perkataan Yesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. AjaranNya diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, yang belum terang waktu Yesus sendiri mengajar. Kesemuanya itu bercampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa yang nyata terjadi dan apa yang sesungguhnya dikatakan Yesus dari apa yang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Injil. Terang juga bahwa perkembangan Injil tersebut tidak dimana-mana menempuh jalan yang sama. Ia berkembang kepelbagai jurusan. Tapi umumnya tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka yang tetap dan sama. Itu perlu supaya dapat dihafalkan dan kembali diceritakan secara teratur sedikit.Tahap perkembangan Injil yang ketiga dan terakhir, ialah kitab-kitab Injil tertulis. Memang cukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnya sebagai pedoman untuk para pengajar Injil. Maka itu disana-sini orang mulai mencatat ajaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. (Luk 1:1). Kita tidak lagi dapat mengenal injil-injil tertulis yang mendahului injil-injil kita. Tapi sudah pastilah ada injil-injil tertulis, yang lebih kurang besar dan luas. Yang pertama-tama dituliskan ialah kiranya suatu kisah cukup luas dan terperinci tentang wafatNya dan bangkitNya Tuhan dari alam maut. Boleh jadi ada juga kumpulan-kumpulan perkataan, wejangan dan perumpamaan Yesus atau kumpulan mukjijat-mukjijat yang telah diperbuatNya. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanya itu. Sedikit dapat disimpulkan dari injil-injil yang tersedia bagi kita. Yang paling terakhir kiranya kisah tentang masa muda Yesus, sebagaimana sekarang termuat dalam injil karangan Mateus dan Lukas. Dalam injil karangan Markus belum ada juga. Empat karangan akhirnya umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan cukup lengkap tentang iman umat dijaman para rasul. Iman jaman itulah menjadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selanjutnya.Keempat karangan itu ialah injil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), injil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh jadi injil karangan Mateus dalam bahasa Yunani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu injil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian injil terakhir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Akhirnya Injil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Injil karangan Yohanes (sekitar th. 95 masehi).

Injil-injil Sinoptis

Ketiga Injil yang terdahulu, yakni injil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnya disebut "Injil-injil sinoptis." Istilah Yunani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga injil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga lajur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga injil itu pada umumnya sejalan ceritanya. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga injil tersebut sejalan dan itu lalu menimbulkan masalah yang lazimnya disebut "masalah sinoptis".Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga injil tersebut (kisah masa muda Yesus dipotong) sangat sejalan, baik dalam urutan ceritanya maupun dalam bahan yang disajikannya. Ada tiga bagian yaitu: tampilnya Yesus serta kerjaNya di Galilea, lalu Ia pergi ke Yudea dan beberapa lamanya bekerja disana, dan akhirnya kisah tentang sengsara serta kebangkitanNya. Memang tidak harus demikian susunannya. Terbukti hal itu oleh injil keempat, karangan Yohanes, yang urutannya berbeda sama sekali. Yesus mulai bekerja di Yudea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Yudea; kembali ke Galilea, ke Yudea lagi. Dalam ketiga injil yang terdahulu, Yesus hanya sekali pergi ke Yerusyalem, tapi menurut injil karangan Yohanes sekurang-kurangnya tiga kali. Kesamaan bahan ketiga injil yang terdahulu serta caranya bahan itu disajikan juga menyolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh injil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan yang tidak kurang besar antara ketiga injil tersebut. Masing-masing injil mempunyai bahan khusus, yang tidak ada dalam injil-injil lain. Meskipun cerita-ceritanya kadang-kadang secara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muncul perbedaan yang tidak kecil. Demikianpun urutan cerita-cerita yang sama sekonyong-konyong terputus, entah karena apa. Masalahnya mungkin menjadi paling jelas dengan diberikan suatu contoh konkrit, meskipun hanya dalam bahasa aselinya dirasakan baik-baik.
Mat 16:13-20
Kemudian tibalah Yesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanya kepada para muridNya: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada yang menyebutnya Yoanes Pemandi, yang lain Elias, yang lain pula Yeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah yang hidup. Maka ujar Yesus kepadanya..... (seluruh janji kepada Petrus)..... Lalu Ia menyuruh murid-muridNya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun jua, bahwa Ialah Kristus.
Mar 8:27-30
Dan Yesus serta murid-muridNya bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah jalan ia bertanya kepada murid-muridnya, kataNya: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanya: Yoanes Pemandi, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanya kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanya: Engkaulah Kristus. (janji kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnya tidak) Dan Yesus mengancam mereka, supaya jangan-jangan berbicara tentangNya.
Luk 9:18-22
Dan terjadilah ketika Yesus sedang berdoa ditempat sunyi para murid ada sertaNya. Dan Ia bertanya kepada mereka, katanya: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanya: Yoanes Pemandi, yang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala yang bangkit kembali. Kata Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka Petrus menyahut: Kistus dari Allah, (janji kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengancam mereka sambil melarang, supaya itu jangan dikatakannya kepada siapapun jua.Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali janji kepada Petrus. Tapi yang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnya.Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banyak dipikirkan dan puluhan sistem yang berusaha memecahkannya. Dewasa ini penyelidikan sedikit banyak dijalan buntu. Tidak ada satu sistem yang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai contoh beberapa sistem disajikan disini. Yang satu berpendapat dapat memecahkan soalnya dengan tradisi lisan. Ketiga injil sinoptis berangkat dari tradisi lisan yang sama, yakni tradisi umat di Yudea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga jurusan. Masing-masing jurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga injil itu berasal dari tradisi lisan yang menjadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selanjutnya. Akhirnya ketiga arus itu dibukukan dalam injil-injil kita.Suatu sistem yang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga injil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) yang tertulis. Sumber yang satu ialah injil karangan Markus (atau: injil yang mendahuluinya dan disebut "pra-Markus") dan sumber yang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Yesus (logia). Adanya kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Yohanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Jerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnya, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, yang kurang penting. Masing-masing penginjil mempunyai sumber tersendiri-sendiri.Kedua teori tersebut, yakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis acap kali digabung menjadi satu: penginjil-penginjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga injil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnya diterima bahwa injil Markus adalah yang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanya. Lain-lain orang menyisipkan antara Lukas dan Markus suatu injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Markus dan Lukas menggunakan Injil karangan Mateus itu. Tetapi saduran injil Mateus dalam bahasa Yunani (seperti sekarang ada) menggunakan injil karangan Lukas juga. Lain teori menempatkan injil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah jelas kiranya betapa berbelitnya masalah sinoptis. Tidak ada banyak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori yang berhasil memecahkan seluruh soalnya.

Injil karangan Yohanes

Habis membaca ketiga injil yang terdahulu dan membuka injil yang keempat orang serta merta merasakan diri didunia yang lain sama sekali. Jika sipembaca berpendapat sudah mengenal Yesus serta karyaNya, maka kini menjadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam injil keempat ini mempunyai ciri khas dan perbedaan dengan injil-injil lainnya menyolok mata. Sejak dahulukala injil karangan Yohanes suka disebut "injil rohani" dan sebutan itu sungguh menunjukkan sifatnya yang khas.Kesamaan bahan - kecuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan cukup besar juga - hampir tidak ada. Yang sama hanya yang berikut ini: tampilnya Yohanes Pembaptis sebagai perintis Yesus (Yoh1:19-39: tapi tidak dikatakan Yesus dibaptis oleh Yohanes), penyembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum (Yoh 4:46-53), perbanyakan roti secara ajaib (Yoh 6:1-13), Yesus berjalan dipermukaan air tasik (Yoh 6:1-13). Tetapi caranya peristiwa yang sama diceritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ayat-ayat atau bagian yang mungkin mengingatkan sesuatu yang diceritakan oleh para sinoptisi juga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Yohanes umumnya tidak menceritakan banyak peristiwa, tapi terutama perkataan Yesus.Jalan kehidupan Yesus dalam injil keempat cukup berbeda dengan jalannya dalam ketiga injil lain. Menurut ketiga dinoptisi Yesus hanya sekali saja pergi ke Yerusyalem. Tapi menurut injil keempat Ia seringkali tampil dikota suci itu. Yesus seolah-olah pulang-pergi dari Yerusyalem (Yudea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Yohanes pada permulaan kehidupan Yesus (Yoh 2:13-17), pada hal oleh injil-injil lain ditempatkan pada akhirnya (Mar 11:15-19).Perbedaan paling menyolok mata dalam perkataan Yesus. Dalam ketiga injil yang terdahulu wejangan-wejangan Yesus (juga kalau cukup panjang) terdiri atas pepatah singkat-padat yang umumnya cukup jelas artinya, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam injil karangan Yohanes wejangan-wejangan Yesus berupa ulasan-ulasan teoretis yang panjang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukjijat). Wejangan-wejangan itu memberikan kepadanya arti rohani serta mengartikannya sebagai tanda. Wejangan-wejangan Yesus biasanya agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannya atau orang-orang lain. Anehnya lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Yesus berbicara atau Yohanes Pembaptis maupun pabila si penginjil menjanjikan renungan-renungannya sendiri.Terang sekali dalam injil keempat itu diketemukan suatu tradisi yang tersendiri. Tradisi ini menempuh jalan perkembangan yang amat berlainan dari jalan tradisi sinoptis. Mungkin sipenginjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnya tidak menggunakannya dan terang-terang tidak mengindahkannya. Dalam tradisi Yohanes lebih jauh dilanjutkan apa yang sudah dimulai tradisi sinoptis, yaitu: kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus serta ajarannya ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat yang baru. Memang dasar terakhir kedua tradisi itu sama, yakni diri Yesus serta ajaranNya. Tetapi tradisi tentang-Nya menempuh dua jalan yang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (yang umumnya sama) dan ada tradisi Yohanes.Injil karangan Yohanespun kiranya tidak sekali jadi digubah. Dibelakangnya ada suatu tradisi lisan yang lama kelamaan berkembang dan akhirnya dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Yohanes dan terus dipimpin olehnya. Dalam pembukuan terakhirpun pengaruhi rasul itu kiranya besar sekali. Tetapi kitabnya ini mungkin tidak ditulisnya dengan tangan sendiri.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas