Sejarah Alkitab Indonesia

Kanon dan Apokrif

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
k (1 revisi)
 
(7 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
-
====Kanon====
+
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Biblika}}}}
 +
==Kanon==
-
# '''Artikata.'''<br> Kata "kanon" aselinja suatu kata Junani. Mula-mula kata itu berarti: gelagah sematjam tumbuhan. Batang gelagah dipakai untuk mengukur sesuatu. Kata "kanon" lalu mendapat arti: apa jang diukur dan chususnja: apa jang mengukur, pengukur, ukuran. Misalnja undang dapat dikatakan "kanon"; djuga apa jang ditetapkan dapat disebut demikian. Misalnya: bagian tetap dalam misa dinamakan "kanon". Kitab Sutji adalah "ukuran iman" keristen. Karena itu Kitab Sutji dikatakan "kanon iman". Tetapi Kitab Sutji jang mendjadi "ukuran iman" sendiri djuga ditetapkan. Hanja kitab-kitab tertentu sadjalah termasuk kedalam ukuran iman itu, jakni Kitab Sutji. Nah, djumlahnja kitab-kitab jang termasuk kedalam Kitab Sutji, atau "daftar kitab-kitab sutji" disebut djuga "kanon". Dengan demikian "kanon" sehubungan dengan Kitab Sutji berarti: Daftar kitab-kitab jang termasuk kedalam Kitab Sutji dan karenanja mendjadi ukuran iman. Istilah itu mulai dipakai semendjak abat IV Masehi.Wibawa resmi (geredjani) menetapkan kitab-kitab manakah termasuk kedalam Kitab Sutji. Dengan penetapan resmi sedemikian salah satu kitab mendjadi "kanonik", artinja: termasuk kedalam kanon Kitab Sutji. Penetapan dari pihak wibawa jang berwenang tidak membuat salah satu kitab mendjadi Kitab Sutji. Itu tergantung se-mata-mata pada inspirasi kitab itu. Tetap wibawa itu menerangkan bahwa kitab itu sungguh diinspirasikan dan karenanja oleh kaum beriman harus diakui djuga sebagai Kitab Sutji. Berkat penetapan jang berwibawa itu kaum beriman dengan pasti tahu kitab-kitab manakah sungguh Kitab Sutji.
+
===Artikata===
-
# '''Sedjarah pembentukan Kanon'''<br> Daftar Kitab-kitab Sutji tidak sekali djadi ditetapkan, melainkan lama kelamaan tumbuh dan terbentuk. Lain dari agama Islam, agama Perdjandjian Lama dan agama Keristen tidak bertumpu per-tama-tama pada sebuah kitab ilahi, melainkan pada sabda jang hidup dan tradisi iman. Kanon Perdjandjian Lama dan Kanon Perdjandjian Baru masing-masing mempunjai sedjarahnja sendiri.
+
Kata "kanon" aselinya suatu kata Yunani. Mula-mula kata itu berarti: gelagah semacam tumbuhan. Batang gelagah dipakai untuk mengukur sesuatu. Kata "kanon" lalu mendapat arti: apa yang diukur dan khususnya: apa yang mengukur, pengukur, ukuran. Misalnya undang dapat dikatakan "kanon"; juga apa yang ditetapkan dapat disebut demikian. Misalnya: bagian tetap dalam misa dinamakan "kanon". Kitab Suci adalah "ukuran iman" keristen. Karena itu Kitab Suci dikatakan "kanon iman". Tetapi Kitab Suci yang menjadi "ukuran iman" sendiri juga ditetapkan. Hanya kitab-kitab tertentu sajalah termasuk kedalam ukuran iman itu, yakni Kitab Suci. Nah, jumlahnya kitab-kitab yang termasuk kedalam Kitab Suci, atau "daftar kitab-kitab suci" disebut juga "kanon". Dengan demikian "kanon" sehubungan dengan Kitab Suci berarti: Daftar kitab-kitab yang termasuk kedalam Kitab Suci dan karenanya menjadi ukuran iman. Istilah itu mulai dipakai semenjak abat IV Masehi.
-
## '''Kanon Perdjandjian Lama'''<br> Tidak ada kepastian tentang kapan umat Israil mengakui salah satu kitab sebagai kitab ilahi jang berwenang. Tetapi sudah barang tentu sedjak dahulu kala sabda kenabian dan undang-undang dianggap berwenang ilahi, djuga apa bila tertulis. Dalam tahun 621/622 seb. Masehi diketemukan dalam Bait Allah di Jerusjalem suatu kitab (sebagian dari kitab Ulangtutur; bdk.{{ayat| 2Raj. 22:2-10}};{{ayat|2Taw. 34:3-12}}). Tetapi tidak djelas djugalah apakah kitab itu diakui kitab ilahi oleh seluruh umat. Sesudah pembuangan ada kitab Taurat Musa (th. 398 seb. Mas,; bdk. {{ayat|Ezr. 7:6,10}}; {{ayat|Neh. 8:1}}). Lama kelamaan kitab-kitab lain ditambahkan. Sekitar tahun 130 seb. Mas. kebanjakan kitab sudah ada (bdk. Putera Sirah: Prakata; ia membilang tiga kelompok kitab, jakni: Taurat Musa, Kitab-kitab kenabian dan "kitab-kitab lainnja"). Tetapi perkembangan belum selesai dan berlangsung terus. Sehubungan dengan beberapa kitab ada keraguan antara orang Jahudi. Mereka tidak sependapat sehubungan dengan djumlahnja kitab jang harus diterima. Sekitar tahun 0 kaum parisi menerima hanja kitab-kitab jang ditulis dengan bahasa Hibrani (sebagian Aram). Kaum Saduki mengakui Taurat Musa sadja sabagai kaidah (kelima kitab Musa). Kaum Jahudi jang memisahkan diri dari agama Jahudi resmi dan jang pusatnya di Qumran kiranja mengakui djuga beberapa karangan jang penting bagi mereka sendiri. Diluar Palestina chususnya di Iskandria, orang-orang Jahudi menerima sebagai Kitab Sutji beberapa buku jang dikarang dalam bahasa Junani atau hanja terpelihara dalam terdjemahan Junani. Achirnya diantara orang-orang Jahudi ada dua kanon, jakni satu jang diterima di Palestina dan jang lain di luar Palestina, diperantauan, chususnja di Iskandria. Kanon di Palestina itu ditetapkan oleh suatu rapat para rabbi di Jamnia pada tahun 100 Masehi. Hanja diterima kitab jang dikarang dan terpelihara dalam bahasa Hibrani (Aram). Jang lain, jakni jang tertulis dalam bahasa Junani atau terpelihara dalam terdjemahan sadja ditolak. Diterima sebagai Kitab Sutji: Taurat Musa (Lima kitab), Kitab Josjua, Hakim-hakim dengan kitab Rut, Kitab Sjemuel, Kitab Radja-radja, Kitab Tawarich, Kitab Esra/Nehemia, Kitab Ester, Kitab para nabi, jakni: Jesaja, Jeremia dengan Lagu-lagu Ratap, Jeheskiel Daniel dan XII nabi ketjil, Kitab Mazmur, Amsal, Ijob, Madah Adung, Pengchotbah. Djadi djumlahnja 35 (39 djika Kitab Sjemuel, Radja, Tawarich dan Esra/Nehemia dibagi mendjadi dua).Tetapi terdjemahan Junani Perdjandjian Lama, jaitu Septuaginta jang ber-angsur-angsur dibuat diluar Palestina antara tahun 300-100 seb Mas. memuat beberapa kitab lain lagi. Kitab-kitab tambahan itu lebih kurang diakui Kitab Sutji oleh orang Jahudi diperantauan dan mungkin oleh beberapa kalangan di Palestina djuga. Daftar Kitab Sutji itu lazimnja disebut "kanon Iskandria", oleh karena terutama dikota itu diterima. Kanon itu memuat disamping kitab-kitab dari kanon Palestina 7 (8) buah kitab lain, jakni: Tobit. Judit, Makabe I dan II, Kebidjaksanaan, Putera Sirah dan nabi Baruch (dengan Surat Jeremia). Maka kitab-kitab kanon ini berdjumlah 42 (43). Terdjemahan Junani itupun memuat dalam Kitab Daniel ({{ayat|Dan 3:24-90; 13-14}}) dan dalam Kitab Ester ({{ayat|Est 1:1a-r; 4:8a-b, 17a-z; 5:1a-b; 8:12a-v; 10:3a-l}}) beberapa bagian jang tidak terdapat dalam naskah Hibrani. Perbedaan tersebut antara kedua kanon itu djuga nampak dalam istilah jang biasanja dipakai. Kitab-kitab jang terdapat dalam kedua kanon itu disebut "proto-kanonik" dan kitab-kitab serta bagian jang hanja diketemukan dalam kanon Iskandria dinamakan "deutero-kanonik". Oleh kalangan Keristen jang tidak katolik kitab "deutero-kanonik" dinamakan "apokrif". Perbedaan pendapat diantara orang Jahudi tentang daftar kitab-kitab sutji beberapa lamanja berlangsung djuga diantara orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang Perdjandjian Baru menggunakan terdjemahan Junani tersebut dengan daftar pandjangnja. Namun demikian mereka tidak menjadjikan dengan tegas suatu daftar lengkap dan tidak terang apakah mereka menganggap semua kitab (dari kanon Iskandria) sama berharga dengan kitab dari kanon Palestina. Orang Keristen disebelah Barat menerima kanon Iskandria itu. Tetapi disebelah Timur ada keraguan tentang kitab-kitab deutero-kanonik, terutama setelah kanon Palestina mulai diketahui. Lama-kelamaan anggapan Barat diterima umum dan ber-abat-abat lamanja kanon itu diterima diseluruh Geredja. tetapi didjaman reformasi keraguan muntjul kembali. Luther dan Calvinus lalu mengakui hanja kanon Palestina, pada hal Geredja Katolik dalam konsili di Trente (th 1546) setjara definitif meneguhkan kanon Iskandria. Maka itu hingga dewasa ini Geredja Katolik dan Geredja-geredja keristen lainnya berselisih pendapatnja sehubungan dengan kanon Kitab Sutji.
+
-
## '''Kanon Perdjandjian Baru'''<br> Perdjandjian Baru belum (dapat) memberikan suatu daftar kitab-kitab dan karangan-karangan Perdjandjian Baru jang diinspirasikan. Hanya anggapan agama Jahudi diteguhkan bahwa ada Kitab ilahi jang berwibawa. Para pengarang dan Kristus sendiri menerima prinsip itu. Tetapi umat Keristen menerima disamping dan diatas wibawa Kitab Sutji itu wenang Kristus dan utusan-utusan-Nja, para Rasul. Para Rasul serta pembantunja langsung mengadjar dan memimpin umat. Lama-kelamaan dan disana-sini pengadjaran itu mulai djuga ditjantumkan dalam kitab-kitab dan karangan, jang ditulis rasul-rasul sendiri atau orang lain. Karangan-karangan itu disana-sini djuga dikumpulkan (bdk. 2Ptr 3:15), tetapi kumpulan itu tidak di-mana-mana sama. Tidak semua karangan diketahui disegala tempat. Sekitar tahun 170 Mas. di Roma ada suatu daftar jang sudah membilang semua kitab ketjuali surat kepada orang-orang Hibrani (Kanon Muratori). Dalam pada itu bertambahlah buku-buku jang menjebut dirinja "rasuli", djadi Kitab Sutji. Buku-buku itu, jang lazimnja dinamakan "apokrif" (atau pseud-epigrapha), kadang-kadang dikarang untuk memuaskan keinginan tahu kaum beriman, kadang-kadang hendak menjiarkan adjaran sesat atau membela adjaran benar. Untuk menghadap kekatjauan jang timbul maka Geredja mulai memikirkan dan mentapkan kitab-kitab manakah memuat adjaran Gereja rasuli dan karenanja mendjadi ukuran iman benar. Perdjuangan tjukup lama berlangsung dan tidak selalu gampang membedakan kitab-kitab jang sungguh-sungguh diinspirasikan. Akibatnja ialah: djuga kitab-kitab jang sungguh kitab sutji kadang-kadang sjahwasangka djuga. Kitab-kitab jang pernah diragukan ialah: Surat kepada orang-orang Hibrani, Surat 2Petrus, Surat Judas, Surat-surat 2 Johanes dan 3 Johanes dan Wahju Johanes. Kitab-kitab ini lazimnja disebut "deutero-kanonik" (lain artinja dari "deutero-kanonik" sehubungan dengan Perdjandjian lama). Tetapi achirnja ditetapkan daftar lengkap jang umum diterima. Daftar itu diteguhkan oleh konsili Trente. Sehubungan dengan Perdjandjian Baru Geredja Katolik sependapat dengan geredja-geredja Keristen lainnya.
+
-
====Apokrif====
+
Wibawa resmi (gerejani) menetapkan kitab-kitab manakah termasuk kedalam Kitab Suci. Dengan penetapan resmi sedemikian salah satu kitab menjadi "kanonik", artinya: termasuk kedalam kanon Kitab Suci. Penetapan dari pihak wibawa yang berwenang tidak membuat salah satu kitab menjadi Kitab Suci. Itu tergantung se-mata-mata pada inspirasi kitab itu. Tetap wibawa itu menerangkan bahwa kitab itu sungguh diinspirasikan dan karenanya oleh kaum beriman harus diakui juga sebagai Kitab Suci. Berkat penetapan yang berwibawa itu kaum beriman dengan pasti tahu kitab-kitab manakah sungguh Kitab Suci.
-
"Apokrif" (dari kata Junani apokryphon, jang berarti: hal tersembunji) dinamakan kitab-kitab atau karangan-karangan jang rupa-rupanja kitab-kitab sutji tapi tidak diterima sebagai Kitab Sutji dan karenanja tidak termasuk kedalamnja. Ada amat banjak kitab apokrif sedemikian. Sebagian berhubungan dengan Perdjandjian Lama (karenanja disebut: apokrif-apokrif Perdjandjian Lama) dan sebagian berhubungan dengan Perdjandjian Baru. Sedjak abad kedua sebelum Masehi hingga abad keempat sesudah Masehi kitab-kitab itu dikarang dan amat laku sekali, baik dikalangan orang Jahudi maupun dikalangan orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang kitab-kitab itu tidak diketahui namanja. Biasanja kitab itu sendiri berkata ia dikarang oleh atau berhubungan dengan seorang tokoh dari Perdjandjian Lama atau dari Perdjandjian Baru, misalnja Jesaja, Musa, Henoch, Petrus, Thomas dll. Tidak djarang terdjadi bahwa apokrif-apokrif Perdjandjian Lama, karangan orang-orang Jahudi kemudian diambil alih oleh orang Keristen dan disadur seperlunja. Kebanjakan apokrif berasal dari kalangan atau bida'ah Jahudi tertentu atau dari matjam-matjam bida'ah Keristen. Perlu ditjatat kitab-kitab apokrif dalam peristilahan tidak katolik disebut "pseudepigrapha" dan "apokrif" disana berarti "deutero-kanonik". Dahulukala beberapa apokrif oleh salah satu pudjangga Geredja diterima sebagai Kitab Sutji dan disana-sini malah dibatjakan dalam ibadah geredjani. Beberapa lamanja karangan-karangan itu sungguh membahajakan iman murni. Apokrif Perdjandjian Lama jang terkenal ialah "Kitab Henoch", jang sesungguhnja terdiri atas beberapa karya lain dari djaman jang berlainan. Buku tersebut terpelihara dalam pelbagai terjemahan jang atjapkali amat berbeda. Jang paling lengkap ialah terdjemahan dalam bahasa Etiopia. "Wasiat keduabelas bapa bangsa". Karya itu memuat nubuat dan berkah jang diutjapkan keduabelas anak Jakub (mojang-mojang Israil) waktu meninggal. "Kitab Jubile", jaitu suatu karya jang menggambarkan sedjarah dunia dari awal mula hingga djaman. Sedjarah itu terbagi atas djangka-djangka waktu empatpuluh sembilan tahun (Jubile; karena itu nama karya itu), walaupun "tahun" itu bukan tahun biasa. "Kitab Makabe" 3 dan 4 dan "Kitab Esra" 3 dan 4. Karya itu kerapkali termuat dalam naskah Septuaginta dan Vulgata. Kedalam apokrif-apokrif Perdjandjian Lama boleh dimasukkan naskah-naskah jang berasal dari Qumran. Qumran itu letaknja dipantai Laut Asin dan sekitar tahun 0 Masehi mendjadi pusat suatu tarekat Jahudi jang memisahkan diri dari agama resmi dan sedikit banjak serupa dengan "Serikat Biarawan". Antara tahun 1947 dan 1956 banjak naskah-naskah jang berasal dari terekat itu diketemukan kembali di-gua-gua disekitar Qumran. Diantaranja ada naskah-naskah Kitab Perdjandjian Lama (lengkap atau potongan-potongan), apokrif-apokrif jang sudah diketahui dan beberapa apokrif jang baru. Antara lain suatu "Anggaran Dasar" tarekat itu; naskah jang menggambarkan perang antara "Anak-anak terang" (anggota-anggota tarekat itu) dan "Anak-anak kegelapan", musuh-musuhnja pada achir djaman, banjak lagu jang berupa mazmur; tafsir-tafsir atas Kitab Sutji Perdjandjian Lama, dll. Apokrif-apokrif Perdjandjian Lama dan chususnja naskah-naskah dari Qumran itu amat penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan dikalangan Jahudi didjaman Perdjandjian Baru. Latar belakang kehidupan Jesus dan Geredja rasuli mendjadi lebih terang. apokrif-apokrif Perdjandjian Baru ada amat banjak dan bermatjam ragam. Ada "Indjil menurut Orang-orang Hibrani", "Indjil Thomas", "Indjil Petrus", "Indjil Jakobus" jang membitjarakan masa muda Jesus dan amat mempengaruhi ikonografi keristen. Dikalangan Islam banjak dibitjarakan dan dibatja "Indjil Barnabas" jang dianggap Indjil Jesus jang aseli. Sesungguhnja "Indjil Barnabas" itu dikarang abad 15-16 Masehi oleh seorang Keristen jang masuk Islam dan bermaksud membuktikan bahwa Jesus menubuatkan kedatangan Muhammad. Ada djuga pelbagai "Kisah Rasul", "Surat-surat Rasul-rasul" dan "Wahju". Ditinjau dari sudut ilmu sedjarah apokrif-apokrif Perdjandjian Baru tidak ada nilai sedikitpun. Tapi karangan-karangan itu penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan diantara kaum Keristen, chususnja pelbagai bida'ah.
+
===Sejarah pembentukan Kanon===
 +
Daftar Kitab-kitab Suci tidak sekali jadi ditetapkan, melainkan lama kelamaan tumbuh dan terbentuk. Lain dari agama Islam, agama Perjanjian Lama dan agama Keristen tidak bertumpu per-tama-tama pada sebuah kitab ilahi, melainkan pada sabda yang hidup dan tradisi iman. Kanon Perjanjian Lama dan Kanon Perjanjian Baru masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri.
 +
 
 +
====Kanon Perjanjian Lama====
 +
Tidak ada kepastian tentang kapan umat Israil mengakui salah satu kitab sebagai kitab ilahi yang berwenang. Tetapi sudah barang tentu sejak dahulu kala sabda kenabian dan undang-undang dianggap berwenang ilahi, juga apa bila tertulis. Dalam tahun 621/622 seb. Masehi diketemukan dalam Bait Allah di Yerusyalem suatu kitab (sebagian dari kitab Ulangtutur; bdk.{{ayat|2Raj. 22:2-10}};{{ayat|2Taw. 34:3-12}}). Tetapi tidak jelas jugalah apakah kitab itu diakui kitab ilahi oleh seluruh umat. Sesudah pembuangan ada kitab Taurat Musa (th. 398 seb. Mas,; bdk. {{ayat|Ezr. 7:6,10}}; {{ayat|Neh. 8:1}}). Lama kelamaan kitab-kitab lain ditambahkan. Sekitar tahun 130 seb. Mas. kebanyakan kitab sudah ada (bdk. Putera Sirah: Prakata; ia membilang tiga kelompok kitab, yakni: Taurat Musa, Kitab-kitab kenabian dan "kitab-kitab lainnya"). Tetapi perkembangan belum selesai dan berlangsung terus. Sehubungan dengan beberapa kitab ada keraguan antara orang Yahudi. Mereka tidak sependapat sehubungan dengan jumlahnya kitab yang harus diterima. Sekitar tahun 0 kaum parisi menerima hanya kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Hibrani (sebagian Aram). Kaum Saduki mengakui Taurat Musa saja sabagai kaidah (kelima kitab Musa).
 +
 
 +
Kaum Yahudi yang memisahkan diri dari agama Yahudi resmi dan yang pusatnya di Qumran kiranya mengakui juga beberapa karangan yang penting bagi mereka sendiri. Diluar Palestina khususnya di Iskandria, orang-orang Yahudi menerima sebagai Kitab Suci beberapa buku yang dikarang dalam bahasa Yunani atau hanya terpelihara dalam terjemahan Yunani. Akhirnya diantara orang-orang Yahudi ada dua kanon, yakni satu yang diterima di Palestina dan yang lain di luar Palestina, diperantauan, khususnya di Iskandria. Kanon di Palestina itu ditetapkan oleh suatu rapat para rabbi di Yamnia pada tahun 100 Masehi. Hanya diterima kitab yang dikarang dan terpelihara dalam bahasa Hibrani (Aram). Yang lain, yakni yang tertulis dalam bahasa Yunani atau terpelihara dalam terjemahan saja ditolak. Diterima sebagai Kitab Suci: Taurat Musa (Lima kitab), Kitab Yosyua, Hakim-hakim dengan kitab Rut, Kitab Samuel, Kitab Raja-raja, Kitab Tawarikh, Kitab Esra/Nehemia, Kitab Ester, Kitab para nabi, yakni: Yesaya, Yeremia dengan Lagu-lagu Ratap, Yeheskiel Daniel dan XII nabi kecil, Kitab Mazmur, Amsal, Iyob, Madah Adung, Pengkhotbah. Jadi jumlahnya 35 (39 jika Kitab Samuel, Raja, Tawarikh dan Esra/Nehemia dibagi menjadi dua).
 +
 
 +
Tetapi terjemahan Yunani Perjanjian Lama, yaitu Septuaginta yang ber-angsur-angsur dibuat diluar Palestina antara tahun 300-100 seb Mas. memuat beberapa kitab lain lagi. Kitab-kitab tambahan itu lebih kurang diakui Kitab Suci oleh orang Yahudi diperantauan dan mungkin oleh beberapa kalangan di Palestina juga. Daftar Kitab Suci itu lazimnya disebut "kanon Iskandria", oleh karena terutama dikota itu diterima. Kanon itu memuat disamping kitab-kitab dari kanon Palestina 7 (8) buah kitab lain, yakni: Tobit. Yudit, Makabe I dan II, Kebijaksanaan, Putera Sirah dan nabi Barukh (dengan Surat Yeremia). Maka kitab-kitab kanon ini berjumlah 42 (43). Terjemahan Yunani itupun memuat dalam Kitab Daniel ({{ayat|Dan 3:24-90; 13-14}}) dan dalam Kitab Ester ({{ayat|Est 1:1a-r; 4:8a-b, 17a-z; 5:1a-b; 8:12a-v; 10:3a-l}}) beberapa bagian yang tidak terdapat dalam naskah Hibrani. Perbedaan tersebut antara kedua kanon itu juga nampak dalam istilah yang biasanya dipakai. Kitab-kitab yang terdapat dalam kedua kanon itu disebut "proto-kanonik" dan kitab-kitab serta bagian yang hanya diketemukan dalam kanon Iskandria dinamakan "deutero-kanonik". Oleh kalangan Keristen yang tidak katolik kitab "deutero-kanonik" dinamakan "apokrif". P
 +
 
 +
erbedaan pendapat diantara orang Yahudi tentang daftar kitab-kitab suci beberapa lamanya berlangsung juga diantara orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang Perjanjian Baru menggunakan terjemahan Yunani tersebut dengan daftar panjangnya. Namun demikian mereka tidak menyajikan dengan tegas suatu daftar lengkap dan tidak terang apakah mereka menganggap semua kitab (dari kanon Iskandria) sama berharga dengan kitab dari kanon Palestina. Orang Keristen disebelah Barat menerima kanon Iskandria itu. Tetapi disebelah Timur ada keraguan tentang kitab-kitab deutero-kanonik, terutama setelah kanon Palestina mulai diketahui. Lama-kelamaan anggapan Barat diterima umum dan ber-abat-abat lamanya kanon itu diterima diseluruh Gereja. tetapi dijaman reformasi keraguan muncul kembali. Luther dan Calvinus lalu mengakui hanya kanon Palestina, pada hal Gereja Katolik dalam konsili di Trente (th 1546) secara definitif meneguhkan kanon Iskandria. Maka itu hingga dewasa ini Gereja Katolik dan Gereja-gereja keristen lainnya berselisih pendapatnya sehubungan dengan kanon Kitab Suci.
 +
 
 +
====Kanon Perjanjian Baru====
 +
Perjanjian Baru belum (dapat) memberikan suatu daftar kitab-kitab dan karangan-karangan Perjanjian Baru yang diinspirasikan. Hanya anggapan agama Yahudi diteguhkan bahwa ada Kitab ilahi yang berwibawa. Para pengarang dan Kristus sendiri menerima prinsip itu. Tetapi umat Keristen menerima disamping dan diatas wibawa Kitab Suci itu wenang Kristus dan utusan-utusan-Nya, para Rasul. Para Rasul serta pembantunya langsung mengajar dan memimpin umat. Lama-kelamaan dan disana-sini pengajaran itu mulai juga dicantumkan dalam kitab-kitab dan karangan, yang ditulis rasul-rasul sendiri atau orang lain. Karangan-karangan itu disana-sini juga dikumpulkan (bdk. {{ayat|2Ptr 3:15}}), tetapi kumpulan itu tidak di-mana-mana sama. Tidak semua karangan diketahui disegala tempat. Sekitar tahun 170 Mas. di Roma ada suatu daftar yang sudah membilang semua kitab kecuali surat kepada orang-orang Hibrani (Kanon Muratori).
 +
 
 +
Dalam pada itu bertambahlah buku-buku yang menyebut dirinya "rasuli", jadi Kitab Suci. Buku-buku itu, yang lazimnya dinamakan "apokrif" (atau pseud-epigrapha), kadang-kadang dikarang untuk memuaskan keinginan tahu kaum beriman, kadang-kadang hendak menyiarkan ajaran sesat atau membela ajaran benar. Untuk menghadap kekacauan yang timbul maka Gereja mulai memikirkan dan mentapkan kitab-kitab manakah memuat ajaran Gereya rasuli dan karenanya menjadi ukuran iman benar. Perjuangan cukup lama berlangsung dan tidak selalu gampang membedakan kitab-kitab yang sungguh-sungguh diinspirasikan. Akibatnya ialah: juga kitab-kitab yang sungguh kitab suci kadang-kadang syahwasangka juga. Kitab-kitab yang pernah diragukan ialah: Surat kepada orang-orang Hibrani, Surat 2Petrus, Surat Yudas, Surat-surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes dan Wahyu Yohanes. Kitab-kitab ini lazimnya disebut "deutero-kanonik" (lain artinya dari "deutero-kanonik" sehubungan dengan Perjanjian lama). Tetapi akhirnya ditetapkan daftar lengkap yang umum diterima. Daftar itu diteguhkan oleh konsili Trente. Sehubungan dengan Perjanjian Baru Gereja Katolik sependapat dengan gereja-gereja Keristen lainnya.
 +
 
 +
==Apokrif==
 +
 
 +
"Apokrif" (dari kata Yunani apokryphon, yang berarti: hal tersembunyi) dinamakan kitab-kitab atau karangan-karangan yang rupa-rupanya kitab-kitab suci tapi tidak diterima sebagai Kitab Suci dan karenanya tidak termasuk kedalamnya. Ada amat banyak kitab apokrif sedemikian. Sebagian berhubungan dengan Perjanjian Lama (karenanya disebut: apokrif-apokrif Perjanjian Lama) dan sebagian berhubungan dengan Perjanjian Baru. Sejak abad kedua sebelum Masehi hingga abad keempat sesudah Masehi kitab-kitab itu dikarang dan amat laku sekali, baik dikalangan orang Yahudi maupun dikalangan orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang kitab-kitab itu tidak diketahui namanya. Biasanya kitab itu sendiri berkata ia dikarang oleh atau berhubungan dengan seorang tokoh dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru, misalnya Yesaya, Musa, Henokh, Petrus, Thomas dll.  
 +
 
 +
Tidak jarang terjadi bahwa apokrif-apokrif Perjanjian Lama, karangan orang-orang Yahudi kemudian diambil alih oleh orang Keristen dan disadur seperlunya. Kebanyakan apokrif berasal dari kalangan atau bida'ah Yahudi tertentu atau dari macam-macam bida'ah Keristen. Perlu dicatat kitab-kitab apokrif dalam peristilahan tidak katolik disebut "pseudepigrapha" dan "apokrif" disana berarti "deutero-kanonik". Dahulukala beberapa apokrif oleh salah satu pujangga Gereja diterima sebagai Kitab Suci dan disana-sini malah dibacakan dalam ibadah gerejani. Beberapa lamanya karangan-karangan itu sungguh membahayakan iman murni. Apokrif Perjanjian Lama yang terkenal ialah "Kitab Henokh", yang sesungguhnya terdiri atas beberapa karya lain dari jaman yang berlainan. Buku tersebut terpelihara dalam pelbagai teryemahan yang acapkali amat berbeda. Yang paling lengkap ialah terjemahan dalam bahasa Etiopia. "Wasiat keduabelas bapa bangsa".  
 +
 
 +
Karya itu memuat nubuat dan berkah yang diucapkan keduabelas anak Yakub (moyang-moyang Israil) waktu meninggal. "Kitab Yubile", yaitu suatu karya yang menggambarkan sejarah dunia dari awal mula hingga jaman. Sejarah itu terbagi atas jangka-jangka waktu empatpuluh sembilan tahun (Yubile; karena itu nama karya itu), walaupun "tahun" itu bukan tahun biasa. "Kitab Makabe" 3 dan 4 dan "Kitab Esra" 3 dan 4. Karya itu kerapkali termuat dalam naskah Septuaginta dan Vulgata. Kedalam apokrif-apokrif Perjanjian Lama boleh dimasukkan naskah-naskah yang berasal dari Qumran. Qumran itu letaknya dipantai Laut Asin dan sekitar tahun 0 Masehi menjadi pusat suatu tarekat Yahudi yang memisahkan diri dari agama resmi dan sedikit banyak serupa dengan "Serikat Biarawan".  
 +
 
 +
Antara tahun 1947 dan 1956 banyak naskah-naskah yang berasal dari terekat itu diketemukan kembali di-gua-gua disekitar Qumran. Diantaranya ada naskah-naskah Kitab Perjanjian Lama (lengkap atau potongan-potongan), apokrif-apokrif yang sudah diketahui dan beberapa apokrif yang baru. Antara lain suatu "Anggaran Dasar" tarekat itu; naskah yang menggambarkan perang antara "Anak-anak terang" (anggota-anggota tarekat itu) dan "Anak-anak kegelapan", musuh-musuhnya pada akhir jaman, banyak lagu yang berupa mazmur; tafsir-tafsir atas Kitab Suci Perjanjian Lama, dll. Apokrif-apokrif Perjanjian Lama dan khususnya naskah-naskah dari Qumran itu amat penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan dikalangan Yahudi dijaman Perjanjian Baru. Latar belakang kehidupan Yesus dan Gereja rasuli menjadi lebih terang.  
 +
 
 +
Apokrif-apokrif Perjanjian Baru ada amat banyak dan bermacam ragam. Ada "Injil menurut Orang-orang Hibrani", "Injil Thomas", "Injil Petrus", "Injil Yakobus" yang membicarakan masa muda Yesus dan amat mempengaruhi ikonografi keristen. Dikalangan Islam banyak dibicarakan dan dibaca "Injil Barnabas" yang dianggap Injil Yesus yang aseli. Sesungguhnya "Injil Barnabas" itu dikarang abad 15-16 Masehi oleh seorang Keristen yang masuk Islam dan bermaksud membuktikan bahwa Yesus menubuatkan kedatangan Muhammad. Ada juga pelbagai "Kisah Rasul", "Surat-surat Rasul-rasul" dan "Wahyu". Ditinyau dari sudut ilmu sejarah apokrif-apokrif Perjanjian Baru tidak ada nilai sedikitpun. Tapi karangan-karangan itu penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan diantara kaum Keristen, khususnya pelbagai bida'ah.
 +
 
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
 +
{{Buku Hijau|footer}}
 +
<noinclude>{{DISPLAYTITLE:Kanon dan Apokrif}}</noinclude>

Revisi terkini pada 11:07, 30 Juni 2011

Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Daftar isi

Kanon

Artikata

Kata "kanon" aselinya suatu kata Yunani. Mula-mula kata itu berarti: gelagah semacam tumbuhan. Batang gelagah dipakai untuk mengukur sesuatu. Kata "kanon" lalu mendapat arti: apa yang diukur dan khususnya: apa yang mengukur, pengukur, ukuran. Misalnya undang dapat dikatakan "kanon"; juga apa yang ditetapkan dapat disebut demikian. Misalnya: bagian tetap dalam misa dinamakan "kanon". Kitab Suci adalah "ukuran iman" keristen. Karena itu Kitab Suci dikatakan "kanon iman". Tetapi Kitab Suci yang menjadi "ukuran iman" sendiri juga ditetapkan. Hanya kitab-kitab tertentu sajalah termasuk kedalam ukuran iman itu, yakni Kitab Suci. Nah, jumlahnya kitab-kitab yang termasuk kedalam Kitab Suci, atau "daftar kitab-kitab suci" disebut juga "kanon". Dengan demikian "kanon" sehubungan dengan Kitab Suci berarti: Daftar kitab-kitab yang termasuk kedalam Kitab Suci dan karenanya menjadi ukuran iman. Istilah itu mulai dipakai semenjak abat IV Masehi.

Wibawa resmi (gerejani) menetapkan kitab-kitab manakah termasuk kedalam Kitab Suci. Dengan penetapan resmi sedemikian salah satu kitab menjadi "kanonik", artinya: termasuk kedalam kanon Kitab Suci. Penetapan dari pihak wibawa yang berwenang tidak membuat salah satu kitab menjadi Kitab Suci. Itu tergantung se-mata-mata pada inspirasi kitab itu. Tetap wibawa itu menerangkan bahwa kitab itu sungguh diinspirasikan dan karenanya oleh kaum beriman harus diakui juga sebagai Kitab Suci. Berkat penetapan yang berwibawa itu kaum beriman dengan pasti tahu kitab-kitab manakah sungguh Kitab Suci.

Sejarah pembentukan Kanon

Daftar Kitab-kitab Suci tidak sekali jadi ditetapkan, melainkan lama kelamaan tumbuh dan terbentuk. Lain dari agama Islam, agama Perjanjian Lama dan agama Keristen tidak bertumpu per-tama-tama pada sebuah kitab ilahi, melainkan pada sabda yang hidup dan tradisi iman. Kanon Perjanjian Lama dan Kanon Perjanjian Baru masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri.

Kanon Perjanjian Lama

Tidak ada kepastian tentang kapan umat Israil mengakui salah satu kitab sebagai kitab ilahi yang berwenang. Tetapi sudah barang tentu sejak dahulu kala sabda kenabian dan undang-undang dianggap berwenang ilahi, juga apa bila tertulis. Dalam tahun 621/622 seb. Masehi diketemukan dalam Bait Allah di Yerusyalem suatu kitab (sebagian dari kitab Ulangtutur; bdk.2Raj. 22:2-10;2Taw. 34:3-12). Tetapi tidak jelas jugalah apakah kitab itu diakui kitab ilahi oleh seluruh umat. Sesudah pembuangan ada kitab Taurat Musa (th. 398 seb. Mas,; bdk. Ezr. 7:6,10; Neh. 8:1). Lama kelamaan kitab-kitab lain ditambahkan. Sekitar tahun 130 seb. Mas. kebanyakan kitab sudah ada (bdk. Putera Sirah: Prakata; ia membilang tiga kelompok kitab, yakni: Taurat Musa, Kitab-kitab kenabian dan "kitab-kitab lainnya"). Tetapi perkembangan belum selesai dan berlangsung terus. Sehubungan dengan beberapa kitab ada keraguan antara orang Yahudi. Mereka tidak sependapat sehubungan dengan jumlahnya kitab yang harus diterima. Sekitar tahun 0 kaum parisi menerima hanya kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Hibrani (sebagian Aram). Kaum Saduki mengakui Taurat Musa saja sabagai kaidah (kelima kitab Musa).

Kaum Yahudi yang memisahkan diri dari agama Yahudi resmi dan yang pusatnya di Qumran kiranya mengakui juga beberapa karangan yang penting bagi mereka sendiri. Diluar Palestina khususnya di Iskandria, orang-orang Yahudi menerima sebagai Kitab Suci beberapa buku yang dikarang dalam bahasa Yunani atau hanya terpelihara dalam terjemahan Yunani. Akhirnya diantara orang-orang Yahudi ada dua kanon, yakni satu yang diterima di Palestina dan yang lain di luar Palestina, diperantauan, khususnya di Iskandria. Kanon di Palestina itu ditetapkan oleh suatu rapat para rabbi di Yamnia pada tahun 100 Masehi. Hanya diterima kitab yang dikarang dan terpelihara dalam bahasa Hibrani (Aram). Yang lain, yakni yang tertulis dalam bahasa Yunani atau terpelihara dalam terjemahan saja ditolak. Diterima sebagai Kitab Suci: Taurat Musa (Lima kitab), Kitab Yosyua, Hakim-hakim dengan kitab Rut, Kitab Samuel, Kitab Raja-raja, Kitab Tawarikh, Kitab Esra/Nehemia, Kitab Ester, Kitab para nabi, yakni: Yesaya, Yeremia dengan Lagu-lagu Ratap, Yeheskiel Daniel dan XII nabi kecil, Kitab Mazmur, Amsal, Iyob, Madah Adung, Pengkhotbah. Jadi jumlahnya 35 (39 jika Kitab Samuel, Raja, Tawarikh dan Esra/Nehemia dibagi menjadi dua).

Tetapi terjemahan Yunani Perjanjian Lama, yaitu Septuaginta yang ber-angsur-angsur dibuat diluar Palestina antara tahun 300-100 seb Mas. memuat beberapa kitab lain lagi. Kitab-kitab tambahan itu lebih kurang diakui Kitab Suci oleh orang Yahudi diperantauan dan mungkin oleh beberapa kalangan di Palestina juga. Daftar Kitab Suci itu lazimnya disebut "kanon Iskandria", oleh karena terutama dikota itu diterima. Kanon itu memuat disamping kitab-kitab dari kanon Palestina 7 (8) buah kitab lain, yakni: Tobit. Yudit, Makabe I dan II, Kebijaksanaan, Putera Sirah dan nabi Barukh (dengan Surat Yeremia). Maka kitab-kitab kanon ini berjumlah 42 (43). Terjemahan Yunani itupun memuat dalam Kitab Daniel (Dan 3:24-90; 13-14) dan dalam Kitab Ester (Est 1:1a-r; 4:8a-b, 17a-z; 5:1a-b; 8:12a-v; 10:3a-l) beberapa bagian yang tidak terdapat dalam naskah Hibrani. Perbedaan tersebut antara kedua kanon itu juga nampak dalam istilah yang biasanya dipakai. Kitab-kitab yang terdapat dalam kedua kanon itu disebut "proto-kanonik" dan kitab-kitab serta bagian yang hanya diketemukan dalam kanon Iskandria dinamakan "deutero-kanonik". Oleh kalangan Keristen yang tidak katolik kitab "deutero-kanonik" dinamakan "apokrif". P

erbedaan pendapat diantara orang Yahudi tentang daftar kitab-kitab suci beberapa lamanya berlangsung juga diantara orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang Perjanjian Baru menggunakan terjemahan Yunani tersebut dengan daftar panjangnya. Namun demikian mereka tidak menyajikan dengan tegas suatu daftar lengkap dan tidak terang apakah mereka menganggap semua kitab (dari kanon Iskandria) sama berharga dengan kitab dari kanon Palestina. Orang Keristen disebelah Barat menerima kanon Iskandria itu. Tetapi disebelah Timur ada keraguan tentang kitab-kitab deutero-kanonik, terutama setelah kanon Palestina mulai diketahui. Lama-kelamaan anggapan Barat diterima umum dan ber-abat-abat lamanya kanon itu diterima diseluruh Gereja. tetapi dijaman reformasi keraguan muncul kembali. Luther dan Calvinus lalu mengakui hanya kanon Palestina, pada hal Gereja Katolik dalam konsili di Trente (th 1546) secara definitif meneguhkan kanon Iskandria. Maka itu hingga dewasa ini Gereja Katolik dan Gereja-gereja keristen lainnya berselisih pendapatnya sehubungan dengan kanon Kitab Suci.

Kanon Perjanjian Baru

Perjanjian Baru belum (dapat) memberikan suatu daftar kitab-kitab dan karangan-karangan Perjanjian Baru yang diinspirasikan. Hanya anggapan agama Yahudi diteguhkan bahwa ada Kitab ilahi yang berwibawa. Para pengarang dan Kristus sendiri menerima prinsip itu. Tetapi umat Keristen menerima disamping dan diatas wibawa Kitab Suci itu wenang Kristus dan utusan-utusan-Nya, para Rasul. Para Rasul serta pembantunya langsung mengajar dan memimpin umat. Lama-kelamaan dan disana-sini pengajaran itu mulai juga dicantumkan dalam kitab-kitab dan karangan, yang ditulis rasul-rasul sendiri atau orang lain. Karangan-karangan itu disana-sini juga dikumpulkan (bdk. 2Ptr 3:15), tetapi kumpulan itu tidak di-mana-mana sama. Tidak semua karangan diketahui disegala tempat. Sekitar tahun 170 Mas. di Roma ada suatu daftar yang sudah membilang semua kitab kecuali surat kepada orang-orang Hibrani (Kanon Muratori).

Dalam pada itu bertambahlah buku-buku yang menyebut dirinya "rasuli", jadi Kitab Suci. Buku-buku itu, yang lazimnya dinamakan "apokrif" (atau pseud-epigrapha), kadang-kadang dikarang untuk memuaskan keinginan tahu kaum beriman, kadang-kadang hendak menyiarkan ajaran sesat atau membela ajaran benar. Untuk menghadap kekacauan yang timbul maka Gereja mulai memikirkan dan mentapkan kitab-kitab manakah memuat ajaran Gereya rasuli dan karenanya menjadi ukuran iman benar. Perjuangan cukup lama berlangsung dan tidak selalu gampang membedakan kitab-kitab yang sungguh-sungguh diinspirasikan. Akibatnya ialah: juga kitab-kitab yang sungguh kitab suci kadang-kadang syahwasangka juga. Kitab-kitab yang pernah diragukan ialah: Surat kepada orang-orang Hibrani, Surat 2Petrus, Surat Yudas, Surat-surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes dan Wahyu Yohanes. Kitab-kitab ini lazimnya disebut "deutero-kanonik" (lain artinya dari "deutero-kanonik" sehubungan dengan Perjanjian lama). Tetapi akhirnya ditetapkan daftar lengkap yang umum diterima. Daftar itu diteguhkan oleh konsili Trente. Sehubungan dengan Perjanjian Baru Gereja Katolik sependapat dengan gereja-gereja Keristen lainnya.

Apokrif

"Apokrif" (dari kata Yunani apokryphon, yang berarti: hal tersembunyi) dinamakan kitab-kitab atau karangan-karangan yang rupa-rupanya kitab-kitab suci tapi tidak diterima sebagai Kitab Suci dan karenanya tidak termasuk kedalamnya. Ada amat banyak kitab apokrif sedemikian. Sebagian berhubungan dengan Perjanjian Lama (karenanya disebut: apokrif-apokrif Perjanjian Lama) dan sebagian berhubungan dengan Perjanjian Baru. Sejak abad kedua sebelum Masehi hingga abad keempat sesudah Masehi kitab-kitab itu dikarang dan amat laku sekali, baik dikalangan orang Yahudi maupun dikalangan orang-orang Keristen. Pengarang-pengarang kitab-kitab itu tidak diketahui namanya. Biasanya kitab itu sendiri berkata ia dikarang oleh atau berhubungan dengan seorang tokoh dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru, misalnya Yesaya, Musa, Henokh, Petrus, Thomas dll.

Tidak jarang terjadi bahwa apokrif-apokrif Perjanjian Lama, karangan orang-orang Yahudi kemudian diambil alih oleh orang Keristen dan disadur seperlunya. Kebanyakan apokrif berasal dari kalangan atau bida'ah Yahudi tertentu atau dari macam-macam bida'ah Keristen. Perlu dicatat kitab-kitab apokrif dalam peristilahan tidak katolik disebut "pseudepigrapha" dan "apokrif" disana berarti "deutero-kanonik". Dahulukala beberapa apokrif oleh salah satu pujangga Gereja diterima sebagai Kitab Suci dan disana-sini malah dibacakan dalam ibadah gerejani. Beberapa lamanya karangan-karangan itu sungguh membahayakan iman murni. Apokrif Perjanjian Lama yang terkenal ialah "Kitab Henokh", yang sesungguhnya terdiri atas beberapa karya lain dari jaman yang berlainan. Buku tersebut terpelihara dalam pelbagai teryemahan yang acapkali amat berbeda. Yang paling lengkap ialah terjemahan dalam bahasa Etiopia. "Wasiat keduabelas bapa bangsa".

Karya itu memuat nubuat dan berkah yang diucapkan keduabelas anak Yakub (moyang-moyang Israil) waktu meninggal. "Kitab Yubile", yaitu suatu karya yang menggambarkan sejarah dunia dari awal mula hingga jaman. Sejarah itu terbagi atas jangka-jangka waktu empatpuluh sembilan tahun (Yubile; karena itu nama karya itu), walaupun "tahun" itu bukan tahun biasa. "Kitab Makabe" 3 dan 4 dan "Kitab Esra" 3 dan 4. Karya itu kerapkali termuat dalam naskah Septuaginta dan Vulgata. Kedalam apokrif-apokrif Perjanjian Lama boleh dimasukkan naskah-naskah yang berasal dari Qumran. Qumran itu letaknya dipantai Laut Asin dan sekitar tahun 0 Masehi menjadi pusat suatu tarekat Yahudi yang memisahkan diri dari agama resmi dan sedikit banyak serupa dengan "Serikat Biarawan".

Antara tahun 1947 dan 1956 banyak naskah-naskah yang berasal dari terekat itu diketemukan kembali di-gua-gua disekitar Qumran. Diantaranya ada naskah-naskah Kitab Perjanjian Lama (lengkap atau potongan-potongan), apokrif-apokrif yang sudah diketahui dan beberapa apokrif yang baru. Antara lain suatu "Anggaran Dasar" tarekat itu; naskah yang menggambarkan perang antara "Anak-anak terang" (anggota-anggota tarekat itu) dan "Anak-anak kegelapan", musuh-musuhnya pada akhir jaman, banyak lagu yang berupa mazmur; tafsir-tafsir atas Kitab Suci Perjanjian Lama, dll. Apokrif-apokrif Perjanjian Lama dan khususnya naskah-naskah dari Qumran itu amat penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan dikalangan Yahudi dijaman Perjanjian Baru. Latar belakang kehidupan Yesus dan Gereja rasuli menjadi lebih terang.

Apokrif-apokrif Perjanjian Baru ada amat banyak dan bermacam ragam. Ada "Injil menurut Orang-orang Hibrani", "Injil Thomas", "Injil Petrus", "Injil Yakobus" yang membicarakan masa muda Yesus dan amat mempengaruhi ikonografi keristen. Dikalangan Islam banyak dibicarakan dan dibaca "Injil Barnabas" yang dianggap Injil Yesus yang aseli. Sesungguhnya "Injil Barnabas" itu dikarang abad 15-16 Masehi oleh seorang Keristen yang masuk Islam dan bermaksud membuktikan bahwa Yesus menubuatkan kedatangan Muhammad. Ada juga pelbagai "Kisah Rasul", "Surat-surat Rasul-rasul" dan "Wahyu". Ditinyau dari sudut ilmu sejarah apokrif-apokrif Perjanjian Baru tidak ada nilai sedikitpun. Tapi karangan-karangan itu penting untuk mengetahui suasana rohani dan keagamaan diantara kaum Keristen, khususnya pelbagai bida'ah.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas