Sejarah Alkitab Indonesia

Musa dan YAHWE

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
(←Membuat halaman berisi '=== Musa === Musa adalah tokoh jang tidak dapat dilepaskan dari pengungsian Israil dari Mesir dan dari pembentukan bangsa itu digurun. Kitab Sutji membitjarakan tokoh it...')
 
(8 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
-
=== Musa ===
+
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Biblika}}}}
-
Musa adalah tokoh jang tidak dapat dilepaskan dari pengungsian Israil dari Mesir dan dari pembentukan bangsa itu digurun. Kitab Sutji membitjarakan tokoh itu terutama dalam kitab Pengungsian, Levitika, Tjatjah Djiwa dan Ulangtutur. Selandjutnja sungguhpun namanja tidak amat sering disebut lagi, namun tokoh itu se-olah-olah selalu dilatarbelakang dan hadir di-mana-mana. Sampai dalam Perdjandjian Baru Musa njatalah tokoh jang amat penting. Demikian pentingnja sehingga Perdjandjian Baru mensedjadjarkan (kadang-kadang mempertentangkan) Musa dan Jesus. Jesus se-olah-olah Musa jang baru.
+
== Musa ==
-
Pengetahuan tentang diri Musa dan riwajat hidupnja seluruhnja harus diambil dari Kitab Sutji. Berita-berita lain tentang dia tidak ada. Berita-berita Kitab Sutji berasal dari pelbagai tradisi dan mempunjai tjirinja sendiri, jakni berupa tjerita rakjat dan renungan keagamaan. Maka itu tak mungkin riwajat hidup Musa direkonstruir menurut kebenaran sedjarah. Tokoh jang besar itu menarik kepada dirinja pelbagai dongeng jang djuga diketemukan dalam dokumen-dokumen dari djaman dahulu sehubungan dengan tokoh-tokoh besar lainnja. Tentang beberapa tokoh sedemikian itu misalnja ditjeritakan, bahwa mereka waktu masih ketjil terantjam hidupnja oleh musuhnja tapi setjara adjaib diselamatkan (Musa dalam kerandjang disungai Nil; tjerita jang hampir sama dikisahkan tentang radja Assyriah Sargon). Lalu mereka mendapat kedudukan tinggi, masuk istana radja, kawin dengan puteri radja dsb. (Musa dipungut oleh puteri Fare'o dan mendapat pendidikan diistana radja Mesir). Namun demikian tidak dapat dipungkiri, bahwa Musa sungguh seorang tokoh kesedjarahan jang teramat penting untuk bangsa dan agama Israil.  
+
Musa adalah tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari pengungsian Israil dari Mesir dan dari pembentukan bangsa itu digurun. Kitab Suci membicarakan tokoh itu terutama dalam kitab Pengungsian, Levitika, Cacah Jiwa dan Ulangtutur. Selanjutnya sungguhpun namanya tidak amat sering disebut lagi, namun tokoh itu se-olah-olah selalu dilatarbelakang dan hadir di-mana-mana. Sampai dalam Perjanjian Baru Musa nyatalah tokoh yang amat penting. Demikian pentingnya sehingga Perjanjian Baru mensejajarkan (kadang-kadang mempertentangkan) Musa dan Yesus. Yesus se-olah-olah Musa yang baru.  
-
Nama Musa (Hibraninja: Mosjeh) sesungguhnja nama Mesir dan bukan nama Hibrani. Hal itu kiranja membuktikan bahwa Musa sungguh berasal dari Mesir. Kitab Sutji ({{ayat|Peng 2:10}}) memberikan keterangannja sendiri tentang nama itu (jang ditarik dari air), tetapi keterangan itu bertjorak populer. Mula-mula nama Musa kiranja terdiri atas dua bagian, jakni: nama seorang dewa dengan achiran "moses". Arti achiran itu tidak diketahui. Boleh dibandingkan nama beberapa Fare'o Mesir, misalnja: Tut-Moses (Tut=dewa Tut) atau Ra-meses (Ra=dewa Ra). Kemudian nama dewa dibuang dari nama Musa, sehingga tersisa hanja "Mosjeh".
+
Pengetahuan tentang diri Musa dan riwayat hidupnya seluruhnya harus diambil dari Kitab Suci. Berita-berita lain tentang dia tidak ada. Berita-berita Kitab Suci berasal dari pelbagai tradisi dan mempunyai cirinya sendiri, yakni berupa cerita rakyat dan renungan keagamaan. Maka itu tak mungkin riwayat hidup Musa direkonstruir menurut kebenaran sejarah. Tokoh yang besar itu menarik kepada dirinya pelbagai dongeng yang juga diketemukan dalam dokumen-dokumen dari jaman dahulu sehubungan dengan tokoh-tokoh besar lainnya. Tentang beberapa tokoh sedemikian itu misalnya diceritakan, bahwa mereka waktu masih kecil terancam hidupnya oleh musuhnya tapi secara ajaib diselamatkan (Musa dalam keranjang disungai Nil; cerita yang hampir sama dikisahkan tentang raja Assyriah Sargon). Lalu mereka mendapat kedudukan tinggi, masuk istana raja, kawin dengan puteri raja dsb. (Musa dipungut oleh puteri Fare'o dan mendapat pendidikan diistana raja Mesir). Namun demikian tidak dapat dipungkiri, bahwa Musa sungguh seorang tokoh kesejarahan yang teramat penting untuk bangsa dan agama Israil.  
-
Menurut pendapat jang lebih umum diterima maka Musa hidup didjaman Fare'o Ramses II (bdk {{ayat|Peng 1:11}}) jang memerintah Mesir th 1303-1242 seb. Mas. Kalau demikian pengungsian Israil dibawah pimpinan Musa djuga terdjadi didjaman itu. Meskipun berita Kitab Sutji bahwa Musa dididik dalam istana Fare'o ({{ayat|Peng 2:10}}) berupa dongeng, namun kiranja benar djugalah ia sungguh mahir dalam kebudajaan Mesir jang bermutu tinggi didjaman itu. Kiranja benar pulalah, bahwa Musa (dia sendiri atau marganja) mempunjai hubungan dengan suku badui Midian ({{ayat|Peng 2:15-22}}) dan ia mungkin terpengaruh oleh agama suku itu (Isterinja puteri seorang iman suku itu!). Sudah pasti djuga bahwa Musa memainkan peranan penting dalam pengungsian (beberapa) suku-suku Semit dari Mesir. Kemudian ia mengorganisir suku-suku itu atas dasar agama bersama dan ibadah serta hukum jang sama djuga. Sudah barang tentu organisasi itu masih amat primitif dan tidak sesempurna jang diberitahukan Kitab Sutji. Namun demikian Musalah jang meletakkan dasar kesatuan bangsa dan agama jang selandjutnja berkembang.  
+
Nama Musa (Hibraninya: Mosyeh) sesungguhnya nama Mesir dan bukan nama Hibrani. Hal itu kiranya membuktikan bahwa Musa sungguh berasal dari Mesir. Kitab Suci ({{ayat|Peng 2:10}}) memberikan keterangannya sendiri tentang nama itu (yang ditarik dari air), tetapi keterangan itu bercorak populer. Mula-mula nama Musa kiranya terdiri atas dua bagian, yakni: nama seorang dewa dengan akhiran "moses". Arti akhiran itu tidak diketahui. Boleh dibandingkan nama beberapa Fare'o Mesir, misalnya: Tut-Moses (Tut=dewa Tut) atau Ra-meses (Ra=dewa Ra). Kemudian nama dewa dibuang dari nama Musa, sehingga tersisa hanya "Mosyeh".
-
Agama jang diberikan Musa kepada suku-suku itu kiranja berupa menoteisme dan tidak lagi berupa mono-latria seperti agama para leluhur. Sudah barang tentu monoteisme tsb. bukan monoteisme filsafat, melainkan suatu monoteisme praktis. Bagi Musa tidak ada Allah ketjuali Allahnja sendiri tanpa memikirkan nasib dewata atau mengambil segala konsekwensi dari pendiriannja itu. Boleh ditjatat djuga bahwa agama di Mesir sudah berkembang menudju suatu monoteisme didjaman Fare'o Akhn-aton (=Amenofis IV sekitar th 1370 seb. Mas.). Tetapi Musa menjamakan Allahnja dengan Allah leluhur Israil.
+
Menurut pendapat yang lebih umum diterima maka Musa hidup dijaman Fare'o Ramses II (bdk {{ayat|Peng 1:11}}) yang memerintah Mesir th 1303-1242 seb. Mas. Kalau demikian pengungsian Israil dibawah pimpinan Musa juga terjadi dijaman itu. Meskipun berita Kitab Suci bahwa Musa dididik dalam istana Fare'o ({{ayat|Peng 2:10}}) berupa dongeng, namun kiranya benar jugalah ia sungguh mahir dalam kebudayaan Mesir yang bermutu tinggi dijaman itu. Kiranya benar pulalah, bahwa Musa (dia sendiri atau marganya) mempunyai hubungan dengan suku badui Midian ({{ayat|Peng 2:15-22}}) dan ia mungkin terpengaruh oleh agama suku itu (Isterinya puteri seorang iman suku itu!). Sudah pasti juga bahwa Musa memainkan peranan penting dalam pengungsian (beberapa) suku-suku Semit dari Mesir. Kemudian ia mengorganisir suku-suku itu atas dasar agama bersama dan ibadah serta hukum yang sama juga. Sudah barang tentu organisasi itu masih amat primitif dan tidak sesempurna yang diberitahukan Kitab Suci. Namun demikian Musalah yang meletakkan dasar kesatuan bangsa dan agama yang selanjutnya berkembang.  
-
Kitab sutji memperkenalkan Musa terutama sebagai nabi dan pembuat hukum. Musa adalah djurubitjara Jahwe; dengan perantaraannja Allah memberitahukan kehendakNja kepada Israil. Musa bukan pertama-tama pahlawan nasional melainkan pendiri agama. Selaku nabi Musa djuga mengartikan segala hal-ihwal jang mendatangi Israil di Mesir dan digurun sebagai turun tangan Allah baik untuk menjelamatkan maupun untuk menghukum. Oleh karena Musa djuga memberitahukan kehendak Tuhan, maka ia mendjadi pembuat hukum pula. Memang Kitab Sutji mempertalikan semua hukum dengan diri Musa, meskipun kebanjakan sesungguhnja hasil keadaan sosial dan perkembangan sedjarah. Namun demikian Musalah sebagai jang pertama meletakkan dasar tatahukum Israil. Mungkin sekali dekalog (10 perintah) dalam bentuk primitifnja dibuat oleh Musa sebagai undang bersama bagi semua suku jang dapat dipersatukannja.
+
Agama yang diberikan Musa kepada suku-suku itu kiranya berupa menoteisme dan tidak lagi berupa mono-latria seperti agama para leluhur. Sudah barang tentu monoteisme tsb. bukan monoteisme filsafat, melainkan suatu monoteisme praktis. Bagi Musa tidak ada Allah kecuali Allahnya sendiri tanpa memikirkan nasib dewata atau mengambil segala konsekwensi dari pendiriannya itu. Boleh dicatat juga bahwa agama di Mesir sudah berkembang menuju suatu monoteisme dijaman Fare'o Akhn-aton (=Amenofis IV sekitar th 1370 seb. Mas.). Tetapi Musa menyamakan Allahnya dengan Allah leluhur Israil.
-
Musapun kiranja jang pertama menganggap hubungan Israil dengan Allahnja sebagai suatu "perdjandjian". Suku-suku jang dipimpin Musa masuk persekutuan jang berdasarkan agama dan Allah bersama. Perdjandjian ini diartikan oleh Musa sebagai suatu perdjandjian dengan Allah, jang sesungguhnja mendjadi dasar perdjandjian tsb. Gagasan "perdjandjian" itu kiranja diambil Musa dari dunia politik didjamannja. Hubungan Israil dengan Allah dianggap mirip dengan hubungan seorang maharadja dengan radja-radja taklukannja jang tunduk kepadanja dengan rela maupun terpaksa. Allah adalah radja semua suku itu dan mereka dengan rela menerima perdjandjian jang ditawarkan kepadanja oleh Allah. Maka merekapun menaklukkan diri kepada Jahwe dan dilindungi olehNja. Demikian persekutuan suku-suku diartikan oleh Musa.  
+
Kitab suci memperkenalkan Musa terutama sebagai nabi dan pembuat hukum. Musa adalah jurubicara Yahwe; dengan perantaraannya Allah memberitahukan kehendakNya kepada Israil. Musa bukan pertama-tama pahlawan nasional melainkan pendiri agama. Selaku nabi Musa juga mengartikan segala hal-ihwal yang mendatangi Israil di Mesir dan digurun sebagai turun tangan Allah baik untuk menyelamatkan maupun untuk menghukum. Oleh karena Musa juga memberitahukan kehendak Tuhan, maka ia menjadi pembuat hukum pula. Memang Kitab Suci mempertalikan semua hukum dengan diri Musa, meskipun kebanyakan sesungguhnya hasil keadaan sosial dan perkembangan sejarah. Namun demikian Musalah sebagai yang pertama meletakkan dasar tatahukum Israil. Mungkin sekali dekalog (10 perintah) dalam bentuk primitifnya dibuat oleh Musa sebagai undang bersama bagi semua suku yang dapat dipersatukannya.  
 +
Musapun kiranya yang pertama menganggap hubungan Israil dengan Allahnya sebagai suatu "perjanjian". Suku-suku yang dipimpin Musa masuk persekutuan yang berdasarkan agama dan Allah bersama. Perjanjian ini diartikan oleh Musa sebagai suatu perjanjian dengan Allah, yang sesungguhnya menjadi dasar perjanjian tsb. Gagasan "perjanjian" itu kiranya diambil Musa dari dunia politik dijamannya. Hubungan Israil dengan Allah dianggap mirip dengan hubungan seorang maharaja dengan raja-raja taklukannya yang tunduk kepadanya dengan rela maupun terpaksa. Allah adalah raja semua suku itu dan mereka dengan rela menerima perjanjian yang ditawarkan kepadanya oleh Allah. Maka merekapun menaklukkan diri kepada Yahwe dan dilindungi olehNya. Demikian persekutuan suku-suku diartikan oleh Musa.
-
=== Jahwe ===
+
== Yahwe ==
-
Jahwe adalah nama diri Allah Israil. Nama itu (jhwh) djuga terdapat dalam Kitab Sutji singkatannja, jaitu: Jah, Jaho (Jahu), Jo (Ju). Singkatan tsb. tidak atau djarang dipakai tersendiri, melainkan biasanja sebagai bagian nama diri orang. Misalnja: Jeho-sjua', Jo-jakim, Jeho-sja-fat, Jerem-jahu, Jesja-jah (u), dsb. "Jehova" jang kadang-kadang dipakai orang sudah barang tentu salah. Utjapan itu berasal dari adat-kebiasaan orang Jahudi didjaman belakangan. waktu nama Jahwe tidak boleh disebut lagi karena kudus. Mereka membubuhkan huruf hidup dari sebutan "A (E) donaj" (=Tuhan) pada huruf mati nama Jahwe. Djadi jhwh diberi huruf hidup e, o, a. Demikian lahirlah "Jehova" (atau Jehowa).
+
Yahwe adalah nama diri Allah Israil. Nama itu (yhwh) juga terdapat dalam Kitab Suci singkatannya, yaitu: Yah, Yaho (Yahu), Yo (Yu). Singkatan tsb. tidak atau jarang dipakai tersendiri, melainkan biasanya sebagai bagian nama diri orang. Misalnya: Yeho-syua', Yo-yakim, Yeho-sya-fat, Yerem-yahu, Yesya-yah (u), dsb. "Yehova" yang kadang-kadang dipakai orang sudah barang tentu salah. Ucapan itu berasal dari adat-kebiasaan orang Yahudi dijaman belakangan. waktu nama Yahwe tidak boleh disebut lagi karena kudus. Mereka membubuhkan huruf hidup dari sebutan "A (E) donay" (=Tuhan) pada huruf mati nama Yahwe. Jadi yhwh diberi huruf hidup e, o, a. Demikian lahirlah "Yehova" (atau Yehowa).
-
Para ahli belum sependapat tentang makna nama Jahwe. Kiranja harus dihubungkan dengan kata (kerdja) Hibrani jang berarti: ada. Lalu "Jahwe" dapat diartikan sebagai "Jang Ada" (demikian terdjemahan Junani Septuaginta). Kalau demikian maka nama itu menundjukkan hakikat, zat Allah: jang ada karena diriNja sendiri. Tapi boleh djuga diartikan sebagai: "Jang membuat ada", dengan perkataan lain: Jang mengadakan, mentjiptakan. Djadi Allah dipandang sebagai Pentjipta, baik alam semesta maupun chususnja Israil. Achirnja nama Jahwe boleh diartikan sbb: "Jang ada hadir", jaitu untuk melindungi, membela dan memberkati. Allah lalu dipandang chususnja sebagai jang berbuat sesuatu bagi Israil, manusia, sebagai Penolong dan Penjelamat. Kiranja keterangan terachir inilah jang paling baik. Keterangan itupun lebih sesuai dengan {{ayat|Peng. 3:13-15}}. Teks ini kiranja tidak bermaksud mengatakan bahwa Allah enggan memberitahukan namaNya kepada Musa.
+
Para ahli belum sependapat tentang makna nama Yahwe. Kiranya harus dihubungkan dengan kata (kerja) Hibrani yang berarti: ada. Lalu "Yahwe" dapat diartikan sebagai "Yang Ada" (demikian terjemahan Yunani Septuaginta). Kalau demikian maka nama itu menunjukkan hakikat, zat Allah: yang ada karena diriNya sendiri. Tapi boleh juga diartikan sebagai: "Yang membuat ada", dengan perkataan lain: Yang mengadakan, menciptakan. Jadi Allah dipandang sebagai Pencipta, baik alam semesta maupun khususnya Israil. Akhirnya nama Yahwe boleh diartikan sbb: "Yang ada hadir", yaitu untuk melindungi, membela dan memberkati. Allah lalu dipandang khususnya sebagai yang berbuat sesuatu bagi Israil, manusia, sebagai Penolong dan Penyelamat. Kiranya keterangan terakhir inilah yang paling baik. Keterangan itupun lebih sesuai dengan {{ayat|Peng. 3:13-15}}. Teks ini kiranya tidak bermaksud mengatakan bahwa Allah enggan memberitahukan namaNya kepada Musa.
-
Tentang asal nama Jahwe itu para ahli djuga masih berselisih paham. Menurut Kitab Sutji ({{ayat|Peng 3:13-15}}) nama itu diwahjukan kepada Musa dan sebelumnja belum diberitahukan ({{ayat|Peng 6:2-3}}). Namun demikian dikatakan djuga ({{ayat|Kej 4:26}}) bahwa Allah dengan nama Jahwe sudah dipudja sebelum air-bah. Sebelum wahju kepada Musa sudah ada nama orang jang memuat nama Jahwe. Ibu Musa sendiri ({{ayat|Peng 6:20 bernama: Jo-kabed. Dokumen-dokumen dari dahulukala djuga memberitahukan, bahwa pada bangsa-bangsa disekeliling Israil ada dewa jang bernama Jo atau Yau, jang sama sadja dengan Jahwe. Tetapi bagaimanapun djua duduk perkaranja, Musa membuat nama itu mendjadi nama Allah Israil jang chas dan memberinja arti dan isi jang baru. Halnja tjukup serupa dengan nama "Allah" dalam bahasa Arab. Sebelum Muhammad tampil orang-orang Arab memang sudah memudja dewa "Allah", jang dianggap dewa tertinggi didunia kedewataan. Tetapi Muhammad membuatnja mendjadi nama Allah Islam jang chas, bukan dewa tertinggi melainkan Allah jang Mahaesa.
+
Tentang asal nama Yahwe itu para ahli juga masih berselisih paham. Menurut Kitab Suci ({{ayat|Peng 3:13-15}}) nama itu diwahyukan kepada Musa dan sebelumnya belum diberitahukan ({{ayat|Peng 6:2-3}}). Namun demikian dikatakan juga ({{ayat|Kej 4:26}}) bahwa Allah dengan nama Yahwe sudah dipuja sebelum air-bah. Sebelum wahyu kepada Musa sudah ada nama orang yang memuat nama Yahwe. Ibu Musa sendiri ({{ayat|Peng 6:20 bernama: Yo-kabed. Dokumen-dokumen dari dahulukala juga memberitahukan, bahwa pada bangsa-bangsa disekeliling Israil ada dewa yang bernama Yo atau Yau, yang sama saja dengan Yahwe. Tetapi bagaimanapun jua duduk perkaranya, Musa membuat nama itu menjadi nama Allah Israil yang khas dan memberinya arti dan isi yang baru. Halnya cukup serupa dengan nama "Allah" dalam bahasa Arab. Sebelum Muhammad tampil orang-orang Arab memang sudah memuja dewa "Allah", yang dianggap dewa tertinggi didunia kedewataan. Tetapi Muhammad membuatnya menjadi nama Allah Islam yang khas, bukan dewa tertinggi melainkan Allah yang Mahaesa.
-
Nama Jahwe dalam Kitab Sutji selalu menundjuk kepada hubungan chas jang ada antara Allah dan Israil. Allah jang memilih Israil mendjadi umatNja serta melindungi dan memimpinnja (atau menghukumnja) disebut Jahwe. Karena itupun tak pernah nama itu dipergunakan oleh kaum kafir jang berbitjara tentang Allah Israil. Demikianpun tidak disebut Jahwe, apabila orang Israil berbitjara tentang Allah dalam hubungannja dengan bangsa-bangsa lain.
+
Nama Yahwe dalam Kitab Suci selalu menunjuk kepada hubungan khas yang ada antara Allah dan Israil. Allah yang memilih Israil menjadi umatNya serta melindungi dan memimpinnya (atau menghukumnya) disebut Yahwe. Karena itupun tak pernah nama itu dipergunakan oleh kaum kafir yang berbicara tentang Allah Israil. Demikianpun tidak disebut Yahwe, apabila orang Israil berbicara tentang Allah dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa lain.
 +
 
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
 +
{{Buku Hijau|footer}}
 +
<noinclude>{{DISPLAYTITLE:Musa dan YAHWE}}</noinclude>

Revisi terkini pada 11:07, 30 Juni 2011

Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Musa

Musa adalah tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari pengungsian Israil dari Mesir dan dari pembentukan bangsa itu digurun. Kitab Suci membicarakan tokoh itu terutama dalam kitab Pengungsian, Levitika, Cacah Jiwa dan Ulangtutur. Selanjutnya sungguhpun namanya tidak amat sering disebut lagi, namun tokoh itu se-olah-olah selalu dilatarbelakang dan hadir di-mana-mana. Sampai dalam Perjanjian Baru Musa nyatalah tokoh yang amat penting. Demikian pentingnya sehingga Perjanjian Baru mensejajarkan (kadang-kadang mempertentangkan) Musa dan Yesus. Yesus se-olah-olah Musa yang baru.

Pengetahuan tentang diri Musa dan riwayat hidupnya seluruhnya harus diambil dari Kitab Suci. Berita-berita lain tentang dia tidak ada. Berita-berita Kitab Suci berasal dari pelbagai tradisi dan mempunyai cirinya sendiri, yakni berupa cerita rakyat dan renungan keagamaan. Maka itu tak mungkin riwayat hidup Musa direkonstruir menurut kebenaran sejarah. Tokoh yang besar itu menarik kepada dirinya pelbagai dongeng yang juga diketemukan dalam dokumen-dokumen dari jaman dahulu sehubungan dengan tokoh-tokoh besar lainnya. Tentang beberapa tokoh sedemikian itu misalnya diceritakan, bahwa mereka waktu masih kecil terancam hidupnya oleh musuhnya tapi secara ajaib diselamatkan (Musa dalam keranjang disungai Nil; cerita yang hampir sama dikisahkan tentang raja Assyriah Sargon). Lalu mereka mendapat kedudukan tinggi, masuk istana raja, kawin dengan puteri raja dsb. (Musa dipungut oleh puteri Fare'o dan mendapat pendidikan diistana raja Mesir). Namun demikian tidak dapat dipungkiri, bahwa Musa sungguh seorang tokoh kesejarahan yang teramat penting untuk bangsa dan agama Israil.

Nama Musa (Hibraninya: Mosyeh) sesungguhnya nama Mesir dan bukan nama Hibrani. Hal itu kiranya membuktikan bahwa Musa sungguh berasal dari Mesir. Kitab Suci (Peng 2:10) memberikan keterangannya sendiri tentang nama itu (yang ditarik dari air), tetapi keterangan itu bercorak populer. Mula-mula nama Musa kiranya terdiri atas dua bagian, yakni: nama seorang dewa dengan akhiran "moses". Arti akhiran itu tidak diketahui. Boleh dibandingkan nama beberapa Fare'o Mesir, misalnya: Tut-Moses (Tut=dewa Tut) atau Ra-meses (Ra=dewa Ra). Kemudian nama dewa dibuang dari nama Musa, sehingga tersisa hanya "Mosyeh".

Menurut pendapat yang lebih umum diterima maka Musa hidup dijaman Fare'o Ramses II (bdk Peng 1:11) yang memerintah Mesir th 1303-1242 seb. Mas. Kalau demikian pengungsian Israil dibawah pimpinan Musa juga terjadi dijaman itu. Meskipun berita Kitab Suci bahwa Musa dididik dalam istana Fare'o (Peng 2:10) berupa dongeng, namun kiranya benar jugalah ia sungguh mahir dalam kebudayaan Mesir yang bermutu tinggi dijaman itu. Kiranya benar pulalah, bahwa Musa (dia sendiri atau marganya) mempunyai hubungan dengan suku badui Midian (Peng 2:15-22) dan ia mungkin terpengaruh oleh agama suku itu (Isterinya puteri seorang iman suku itu!). Sudah pasti juga bahwa Musa memainkan peranan penting dalam pengungsian (beberapa) suku-suku Semit dari Mesir. Kemudian ia mengorganisir suku-suku itu atas dasar agama bersama dan ibadah serta hukum yang sama juga. Sudah barang tentu organisasi itu masih amat primitif dan tidak sesempurna yang diberitahukan Kitab Suci. Namun demikian Musalah yang meletakkan dasar kesatuan bangsa dan agama yang selanjutnya berkembang.

Agama yang diberikan Musa kepada suku-suku itu kiranya berupa menoteisme dan tidak lagi berupa mono-latria seperti agama para leluhur. Sudah barang tentu monoteisme tsb. bukan monoteisme filsafat, melainkan suatu monoteisme praktis. Bagi Musa tidak ada Allah kecuali Allahnya sendiri tanpa memikirkan nasib dewata atau mengambil segala konsekwensi dari pendiriannya itu. Boleh dicatat juga bahwa agama di Mesir sudah berkembang menuju suatu monoteisme dijaman Fare'o Akhn-aton (=Amenofis IV sekitar th 1370 seb. Mas.). Tetapi Musa menyamakan Allahnya dengan Allah leluhur Israil.

Kitab suci memperkenalkan Musa terutama sebagai nabi dan pembuat hukum. Musa adalah jurubicara Yahwe; dengan perantaraannya Allah memberitahukan kehendakNya kepada Israil. Musa bukan pertama-tama pahlawan nasional melainkan pendiri agama. Selaku nabi Musa juga mengartikan segala hal-ihwal yang mendatangi Israil di Mesir dan digurun sebagai turun tangan Allah baik untuk menyelamatkan maupun untuk menghukum. Oleh karena Musa juga memberitahukan kehendak Tuhan, maka ia menjadi pembuat hukum pula. Memang Kitab Suci mempertalikan semua hukum dengan diri Musa, meskipun kebanyakan sesungguhnya hasil keadaan sosial dan perkembangan sejarah. Namun demikian Musalah sebagai yang pertama meletakkan dasar tatahukum Israil. Mungkin sekali dekalog (10 perintah) dalam bentuk primitifnya dibuat oleh Musa sebagai undang bersama bagi semua suku yang dapat dipersatukannya.

Musapun kiranya yang pertama menganggap hubungan Israil dengan Allahnya sebagai suatu "perjanjian". Suku-suku yang dipimpin Musa masuk persekutuan yang berdasarkan agama dan Allah bersama. Perjanjian ini diartikan oleh Musa sebagai suatu perjanjian dengan Allah, yang sesungguhnya menjadi dasar perjanjian tsb. Gagasan "perjanjian" itu kiranya diambil Musa dari dunia politik dijamannya. Hubungan Israil dengan Allah dianggap mirip dengan hubungan seorang maharaja dengan raja-raja taklukannya yang tunduk kepadanya dengan rela maupun terpaksa. Allah adalah raja semua suku itu dan mereka dengan rela menerima perjanjian yang ditawarkan kepadanya oleh Allah. Maka merekapun menaklukkan diri kepada Yahwe dan dilindungi olehNya. Demikian persekutuan suku-suku diartikan oleh Musa.

Yahwe

Yahwe adalah nama diri Allah Israil. Nama itu (yhwh) juga terdapat dalam Kitab Suci singkatannya, yaitu: Yah, Yaho (Yahu), Yo (Yu). Singkatan tsb. tidak atau jarang dipakai tersendiri, melainkan biasanya sebagai bagian nama diri orang. Misalnya: Yeho-syua', Yo-yakim, Yeho-sya-fat, Yerem-yahu, Yesya-yah (u), dsb. "Yehova" yang kadang-kadang dipakai orang sudah barang tentu salah. Ucapan itu berasal dari adat-kebiasaan orang Yahudi dijaman belakangan. waktu nama Yahwe tidak boleh disebut lagi karena kudus. Mereka membubuhkan huruf hidup dari sebutan "A (E) donay" (=Tuhan) pada huruf mati nama Yahwe. Jadi yhwh diberi huruf hidup e, o, a. Demikian lahirlah "Yehova" (atau Yehowa).

Para ahli belum sependapat tentang makna nama Yahwe. Kiranya harus dihubungkan dengan kata (kerja) Hibrani yang berarti: ada. Lalu "Yahwe" dapat diartikan sebagai "Yang Ada" (demikian terjemahan Yunani Septuaginta). Kalau demikian maka nama itu menunjukkan hakikat, zat Allah: yang ada karena diriNya sendiri. Tapi boleh juga diartikan sebagai: "Yang membuat ada", dengan perkataan lain: Yang mengadakan, menciptakan. Jadi Allah dipandang sebagai Pencipta, baik alam semesta maupun khususnya Israil. Akhirnya nama Yahwe boleh diartikan sbb: "Yang ada hadir", yaitu untuk melindungi, membela dan memberkati. Allah lalu dipandang khususnya sebagai yang berbuat sesuatu bagi Israil, manusia, sebagai Penolong dan Penyelamat. Kiranya keterangan terakhir inilah yang paling baik. Keterangan itupun lebih sesuai dengan Peng. 3:13-15. Teks ini kiranya tidak bermaksud mengatakan bahwa Allah enggan memberitahukan namaNya kepada Musa.

Tentang asal nama Yahwe itu para ahli juga masih berselisih paham. Menurut Kitab Suci (Peng 3:13-15) nama itu diwahyukan kepada Musa dan sebelumnya belum diberitahukan (Peng 6:2-3). Namun demikian dikatakan juga (Kej 4:26) bahwa Allah dengan nama Yahwe sudah dipuja sebelum air-bah. Sebelum wahyu kepada Musa sudah ada nama orang yang memuat nama Yahwe. Ibu Musa sendiri ({{ayat|Peng 6:20 bernama: Yo-kabed. Dokumen-dokumen dari dahulukala juga memberitahukan, bahwa pada bangsa-bangsa disekeliling Israil ada dewa yang bernama Yo atau Yau, yang sama saja dengan Yahwe. Tetapi bagaimanapun jua duduk perkaranya, Musa membuat nama itu menjadi nama Allah Israil yang khas dan memberinya arti dan isi yang baru. Halnya cukup serupa dengan nama "Allah" dalam bahasa Arab. Sebelum Muhammad tampil orang-orang Arab memang sudah memuja dewa "Allah", yang dianggap dewa tertinggi didunia kedewataan. Tetapi Muhammad membuatnya menjadi nama Allah Islam yang khas, bukan dewa tertinggi melainkan Allah yang Mahaesa.

Nama Yahwe dalam Kitab Suci selalu menunjuk kepada hubungan khas yang ada antara Allah dan Israil. Allah yang memilih Israil menjadi umatNya serta melindungi dan memimpinnya (atau menghukumnya) disebut Yahwe. Karena itupun tak pernah nama itu dipergunakan oleh kaum kafir yang berbicara tentang Allah Israil. Demikianpun tidak disebut Yahwe, apabila orang Israil berbicara tentang Allah dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa lain.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.
kembali ke atas