Sejarah Alkitab Indonesia

Sastra Yahudi

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
(←Membuat halaman berisi 'Jang dimaksudkan disini ialah sastera Jahudi kuno disamping Kitab Sutji Perdjandjian Lama, jang memegang peranan penting dalam agama Jahudi sebagaimana berkembang setelah...')
 
(10 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
-
Jang dimaksudkan disini ialah sastera Jahudi kuno disamping Kitab Sutji Perdjandjian Lama, jang memegang peranan penting dalam agama Jahudi sebagaimana berkembang setelah Perdjandjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnja dengan Kitab Sutji. Perdjandjian Lama memang dilandjutkan oleh Perdjandjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu landjutan lain jang tetap tinggal dalam rangka agama Jahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnja. Landjutan dan perkembangan itu tertjantum dalam sastera jang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan jang berasal dari kalangan Jahudi jang sedikit banjak menjeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diadjarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, djulukan guru-guru agama, jaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. Mat 23:7; Joh 3:2, 26). Kalangan ini, jang biasanja menganut paham Parisi, menghasilkan sedjumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Jahudi selandjutnja, malah hingga dewasa ini dikalangan Jahudi ortodoks. Djadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan jang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan setjara lisan sadja dan diadjarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerdjaan itu sesungguhnja sudah mulai setelah bangsa Jahudi baru kembali dari pembuangannja di Babel, lalu berabad-abad lamanja diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunja sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Didjaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, chususnja setelah Jerusjalem binasa dan bangsa Jahudi mendjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya jang tertulis itu melindungi serta menjelamatkan agama Jahudi dari kebinasaannja.
+
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Biblika}}}}
-
Semua karya itu tjukup penting untuk ilmu Kitab Sutji. Memang baru dituliskan didjaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Jahudi. Tetapi di dalamnja terpelihara tidak sedikit bahan dari djaman dahulu, bahkan dari djaman Kristus dan Perdjandjian Baru. Maka itu sastera Jahudi itu dapat menjoroti (sebagian dari) suasana keagamaan jang mendjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perdjandjian Baru. Tjukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, jaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan jang menghasilkan sastera jang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus jang paling gigihpun termasuk kalangan jang sama.
+
Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya. Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. {{ayat|Mat 23:7; Yoh 3:2, 26}}). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya.
-
Tidak dibitjarakan sastera keagamaan jang dihasilkan agama Jahudi didjaman pertengahan. Ada sastera jang tjukup subur berkembang sedjak abad 12 Masehi, Jaitu Kabala. Karya-karya itu memuat sematjam adjaran rahasia jang mentjampurkan tasawuf (mistik), astrologi, magi dan filsafat dan boleh dibandingkan dengan kitab-kitab tasawuf Islam dahulu dan kitab-kitab "ilmu" di Indonesia. Sehubungan dengan Kitab Sutji Kabala tersebut tidaklah penting.
+
Semua karya itu cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama.
 +
Tidak dibicarakan sastera keagamaan yang dihasilkan agama Yahudi dijaman pertengahan. Ada sastera yang cukup subur berkembang sejak abad 12 Masehi, Yaitu Kabala. Karya-karya itu memuat semacam ajaran rahasia yang mencampurkan tasawuf (mistik), astrologi, magi dan filsafat dan boleh dibandingkan dengan kitab-kitab tasawuf Islam dahulu dan kitab-kitab "ilmu" di Indonesia. Sehubungan dengan Kitab Suci Kabala tersebut tidaklah penting.
-
# '''Targum (djamak: Targumim).'''<br> Kata Hibrani ini berarti: terdjemahan. Jang dimaksudkan ialah terdjemahan-terdjemahan bebas Kitab Sutji Perdjandjian lama kedalam bahasa Aram. Bahasa ini adalah bahasa semit jang serumpun dengan bahasa Hibrani. Sedjak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) bahasa ini (suatu bahasa internasional didjaman itu) mendjadi bahasa rakjat di Palestina dengan mendesak bahasa Hibrani. Maka itu rakjat tidak mengerti lagi Kitab Sutji jang (bagian terbesar) menggunakan bahasa Hibrani kuno. Hanja para ahli mengertinja. Karena itu rakjat perlu akan suatu terdjemahan kedalam bahasanja sendiri, chususnja untuk keperluan ibadah disinagoga (kenisah-kenisah). Lama-kelamaan terdjemahan (pelbagai) sedemikian itu dibuat djuga jang dibatjakan disamping teks Kitab Sutji jang resmi. Terdjemahan-terdjemahan itu tidak (selalu) menterdjemahkan setjara harafiah, tapi lebih kurang bebas, suatu parafrasis. Kedalam terdjemahan-terdjemahan itu diselipkan djuga tafsiran-tafsiran Kitab Sutji tertentu. Dengan djalan itu Kitab Sutji diaktualisasikan untuk rakjat dan disesuaikan dengan keperluan aktuil. Maka itu dalam terdjemahan2 itu nampaklah djuga perkembangan iman dan agama Jahudi sesudah djaman Perdjandjian Lama.Tidak semua Targum jang pernah dibuat (kerapkali setjara lisan sadja) terpelihara dan tersimpan. Hanja beberapa sadja. Ada dua Targum jang umum diterima dan boleh dikatakan "resmi". Jang pertama ialah Targum Onkelos, jang timbul dalam abad 2 Masehi di Palestina. Tapi baru dalam abad 5 dituliskan di Babel. Targum Onkelos ini amat lekat pada teks aseli dan kerap menterdjemahkan setjara harfiah belaka. Disamping itu diterima setjara umum. Targum Jonatan bin Uziel. Terdjemahan ini djauh lebih bebas. Masih terpelihara djuga sebagian dari suatu Targum Taurat Musa jang berasal dari Jerusjalem dan dituliskan sekitar tahun 650 Masehi.
+
==Targum (jamak: Targumim)==
-
# '''Talmud'''<br> Kata "talmud" ini berarti: pengadjaran atau adjaran. Karya-karya jang disebut begitu adalah merupakan hasil kerdja beberapa mazhab ahli Jahudi. Isinja mengenai chususnja kelakuan. Para ahli itu memberi kepada Taurat Musa "suatu pagar" (demikian dikatakan mereka), supaja ditepati dengan baik. Talmud-talmud itu sesungguhnja adalah buah hasil beberapa angkatan ahli. Tetapi lama sekali bahan-bahan itu setjara lisan sadja disampaikan oleh guru dan dihafalkan oleh murid. Terkumpulkan didalamnja diskusi-diskusi keterangan-keterangan dan tafsiran serta pengetrapan dan tjontoh jang diberikan oleh ahli-ahli dari djaman dahulu dan memang terus bertambah banjak. Dapat dimengerti bahan itu umumnja bertjorak kasuistik. Ditetapkan persis apa jang harus dibuat atau tidak boleh dibuat, manakala perbuatan sjah atau batal dan sebagainja. Talmud-talmud itu sedikit serupa (hanja sedikit sadja) dengan hadis Islam (jang mengenai ilmu fikh). Tapi bahan dalam Talmud tidak dipulangkan sampai ke Musa sebagaimana hadis Islam memulangkan semua kepada Nabi Allah. Perkaranja ialah matjam-matjam pendapat jang pernah dikemukakan oleh ahli tersohor dengan mendasarkannja pada Kitab Sutji.Beberapa kali bahan tradisionil itu dikumpulkan dan ditjatat, tapi hanja dua redaksi terachir terpelihara dan hingga dewasa ini berpengaruh. Kedua redaksi ini adalah hasil djerih pajah dua pusat ilmu hukum Jahudi, jang satu di Palestina jang lain di Mesopotamia (Babel). Maka itu ada dua Talmud jang satu memuat tradisi dari Palestina, jang lain tradisi dari Mesopotamia.Talmud Jerusjalmi (Jerusjalem) memuat hasil djerih-pajah para ahli di Palestina. Bahasa jang dipakai ialah bahasa Aram barat disamping Hibrani, (lihat Misjna). Karya ini dalam redaksi terachir dituliskan dalam abad kelima masehi. Ia tidak terlalu besar dan kurang penting daripada Talmud jang berikut ini.Talmud Babel dikumpulkan oleh para ahli di Babel. Talmud ini sungguh suatu karya raksasa dan didalamnja terkumpul pendapat dan keterangan 2000 lebih ahli hukum Jahudi. Ia selesai di susun pada achir abad kelima Masehi dalam bahasa Aram timur (disamping Hibrani). Talmud Babel ini adalah jang terpenting dan amat mempengaruhi agama Jahudi.
+
Kata Hibrani ini berarti: terjemahan. Yang dimaksudkan ialah terjemahan-terjemahan bebas Kitab Suci Perjanjian lama kedalam bahasa Aram. Bahasa ini adalah bahasa semit yang serumpun dengan bahasa Hibrani. Sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) bahasa ini (suatu bahasa internasional dijaman itu) menjadi bahasa rakyat di Palestina dengan mendesak bahasa Hibrani. Maka itu rakyat tidak mengerti lagi Kitab Suci yang (bagian terbesar) menggunakan bahasa Hibrani kuno. Hanya para ahli mengertinya. Karena itu rakyat perlu akan suatu terjemahan kedalam bahasanya sendiri, khususnya untuk keperluan ibadah disinagoga (kenisah-kenisah). Lama-kelamaan terjemahan (pelbagai) sedemikian itu dibuat juga yang dibacakan disamping teks Kitab Suci yang resmi. Terjemahan-terjemahan itu tidak (selalu) menterjemahkan secara harafiah, tapi lebih kurang bebas, suatu parafrasis. Kedalam terjemahan-terjemahan itu diselipkan juga tafsiran-tafsiran Kitab Suci tertentu. Dengan jalan itu Kitab Suci diaktualisasikan untuk rakyat dan disesuaikan dengan keperluan aktuil. Maka itu dalam terjemahan2 itu nampaklah juga perkembangan iman dan agama Yahudi sesudah jaman Perjanjian Lama.
-
# '''Misjna'''<br> Misjna (= ulangan, mengulang) bukanlah suatu karya tersendiri, melainkan bagian pusat dari Talmud (baik Talmud Jerusjalem maupun Talmud Babel). Sebab tiap-tiap Talmud terdiri atas dua bagian, jakni: misjna dan gemara (pelengkap). Misjna (dalam bahasa Hibrani dari masa belakangan) diberi komentar dalam gemara tersebut (dalam bahasa Aram). Misjna itu ialah kumpulan diskusi, pendapat dan keterangan jang diberikan oleh para ahli dahulu jang menjusun suatu sistem hukum-hukum jang tidak termaktub dalam Taurat Musa. Angkatan ahli-ahli jang terdahulu itu (hingga abad ke 2 masehi) dinamakan "Tanna". Bahan-bahan jang berasal dari ahli-ahli ini dikumpulkan dan disusun oleh Rabbi Akiba dan Rabbi Meir (sekitar 150) dan achirnja dituliskan oleh Rabbi Jehuda-Ha-Nassi sekitar th. 200 masehi. Kumpulan inilah jang mendjadi "Misjna". Lalu misjna ini diberikan komentar oleh ahli sesudahnja (jang dinamakan Amora) lalu bersama dengan Misjna mendjadi Talmud (dengan dua tjabangnja tersebut). Tetapi tidak atas semua bahan jang tersusun dalam Misjna diberikan komentar lagi, melainkan hanja sebagiannja.Misjna (karya Rabbi Jehuda-Ha-Nassi) terbagi atas enam bagian (djilid). Masing-masing djilid lalu dibagikan atas beberapa bab (63), jang pada gilirannja terbagi atas pelbagai pasal. Masing-masing bab mengutarakan salah satu pokok, misalnja: doa, perajaan, djiarah, perkawinan, pembasuhan, hari sabat, Sanhedrin dan lain-lainnja. Chususnja Misjnalah jang penting untuk tafsir Kitab Sutji, oleh karena bahannja paling tua dan karenanja dapat menjoroti latarbelakang perdjandjian Baru serta adat-istiadat Jahudi jang disebut oleh Perdjandjian Baru.
+
 
-
# '''Midrasj (djamak: Midrasjim).''' Kata "midrasj" (= penjelidikan, hasil penjelidikan, adjaran atau tafsir) ada dua artinja. Arti jang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Sutji, djadi suatu djenis sastera tertentu. Arti jang kedua, istilah chusus, ialah karya-karya Jahudi tertentu jang memuat tafsiran Kitab Sutji menurut metode tersebut.
+
Tidak semua Targum yang pernah dibuat (kerapkali secara lisan saja) terpelihara dan tersimpan. Hanya beberapa saja. Ada dua Targum yang umum diterima dan boleh dikatakan "resmi". Yang pertama ialah Targum Onkelos, yang timbul dalam abad 2 Masehi di Palestina. Tapi baru dalam abad 5 dituliskan di Babel. Targum Onkelos ini amat lekat pada teks aseli dan kerap menterjemahkan secara harfiah belaka. Disamping itu diterima secara umum. Targum Yonatan bin Uziel. Terjemahan ini jauh lebih bebas. Masih terpelihara juga sebagian dari suatu Targum Taurat Musa yang berasal dari Yerusyalem dan dituliskan sekitar tahun 650 Masehi.
-
## Midrasj sebagai metode tafsir. Kitab Sutji adalah kitab dari djaman dahulu, namun tetap dasar agama Jahudi. Karenanja perlu Kitab Sutji itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaja dapat menghajatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sedjak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. Ezr 7;10) sibuk menafsirkan Kitab Sutji untuk mengambil daripadanja segala sesuatu jang perlu untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Sutji para Rabbi menempuh pelbagai djalan: adakalanja mereka memberikan tafsir ajat demi ajat, lain kali tafsirannja berupa chotbah. Tetapi selalu demikian rupa hingga latar belakang adalah Kitab Sutji. Pelbagai ajat dihubungkan satu sama lain, baik dengan dikutip setjara harfiah maupun dengan menjinggung sadja ajat-ajat atau nas-nas Kitab Sutji. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula pelbagai tjerita dan dongeng jang tidak tertjantum dalam Kitab Sutji tapi dapat menerangkan atau mengilustrasikan adjarannja. Dengan metode ini Kitab Sutji ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin mengaktualisasikan Kitab Sutji maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan arti dan makna Kitab Sutji jang aseli. Tafsiran Kitab Sutji sedemikian disampaikan ditempat jang dinamakan "Beth-ha-midrasj", jang dengan bebas boleh diterdjemahkan: "sekolah midrasj" (= madrasah!). Ada dua matjam midrasj. Jang satu mengambil dari Kitab Sutji pelbagai aturan dan patokan untuk hidup praktis. Karenanja chususnja Taurat Musa diterangkan dan diaktualisasikan. Midrasj sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku). Midrasj lain memberikan keterangan tentang tjerita-tjerita jang termaktub dalam Kitab Sutji dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanja Midrasj sedemikian itu disebut "Haggada (tjerita).Kitab Sutji sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasj tersebut. Kitab Tawarich misalnja memberikan dan mengaktualisasikan kitab Sjemuel dan kitab Radja-radja untuk mendukung adjaran tertentu. Demikianpun Kebidjaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana ditjeritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kedjadian-kedjadian itu (jang tjorak adjaibnja diperkembangkan seperlunja) diambil pengadjaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menjadjikan beberapa tokoh dari djaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Jona boleh digolongkan kedalam "midrasj" djuga. Djemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Sutji menurut metode itu. Ajat-ajat dan nas-nas Kitab Sutji dikenakan pada djemaah itu serta pendirinja. Perdjandjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Jesus (Mat 1-2; Luk 1-2) njata berupa midrasja. Kitab Sutji ditafsirkan sehubungan dengan Jesus dan diketrapkan padaNja. Bekas Rabbi, Paulus, djuga menggunakan metode guru-gurunja dahulu (bdk. Gal 4) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Sutji pada Kristus dan kedjadian didjaman dahulu pada umat Keristen (bdk. chususnja pasal 7).
+
 
-
## Midrasj(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi jang menghasilkan Misjna/Talmud djuga giat menafsirkan Kitab Sutji, jaitu para Tanna dan para Amora (lihat diatas: Talmud), chususnja sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasj tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Sutji ditetapkan, chususnja oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanja diberikan setjara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banjak midrasjim jang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir Tj. Dj. dan Ul), Midrasj Rabba (Midrasj besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengch, Ester). Lagipula ada Midrask Tanchumu (nama pengarangnja) Jelammedenu, jaitu sekumpulan chotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Jahudi masih mengarang tafsir Kitab Sutji jang sedikit banjak berupa midrasj.
+
==Talmud==
 +
Kata "talmud" ini berarti: pengajaran atau ajaran. Karya-karya yang disebut begitu adalah merupakan hasil kerja beberapa mazhab ahli Yahudi. Isinya mengenai khususnya kelakuan. Para ahli itu memberi kepada Taurat Musa "suatu pagar" (demikian dikatakan mereka), supaya ditepati dengan baik. Talmud-talmud itu sesungguhnya adalah buah hasil beberapa angkatan ahli. Tetapi lama sekali bahan-bahan itu secara lisan saja disampaikan oleh guru dan dihafalkan oleh murid. Terkumpulkan didalamnya diskusi-diskusi keterangan-keterangan dan tafsiran serta pengetrapan dan contoh yang diberikan oleh ahli-ahli dari jaman dahulu dan memang terus bertambah banyak. Dapat dimengerti bahan itu umumnya bercorak kasuistik. Ditetapkan persis apa yang harus dibuat atau tidak boleh dibuat, manakala perbuatan syah atau batal dan sebagainya. Talmud-talmud itu sedikit serupa (hanya sedikit saja) dengan hadis Islam (yang mengenai ilmu fikh). Tapi bahan dalam Talmud tidak dipulangkan sampai ke Musa sebagaimana hadis Islam memulangkan semua kepada Nabi Allah. Perkaranya ialah macam-macam pendapat yang pernah dikemukakan oleh ahli tersohor dengan mendasarkannya pada Kitab Suci.
 +
 
 +
Beberapa kali bahan tradisionil itu dikumpulkan dan dicatat, tapi hanya dua redaksi terakhir terpelihara dan hingga dewasa ini berpengaruh. Kedua redaksi ini adalah hasil jerih payah dua pusat ilmu hukum Yahudi, yang satu di Palestina yang lain di Mesopotamia (Babel). Maka itu ada dua Talmud yang satu memuat tradisi dari Palestina, yang lain tradisi dari Mesopotamia.
 +
 
 +
Talmud Yerusyalmi (Yerusyalem) memuat hasil jerih-payah para ahli di Palestina. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Aram barat disamping Hibrani, (lihat [[#Misyna|Misyna]]). Karya ini dalam redaksi terakhir dituliskan dalam abad kelima masehi. Ia tidak terlalu besar dan kurang penting daripada Talmud yang berikut ini.
 +
 
 +
Talmud Babel dikumpulkan oleh para ahli di Babel. Talmud ini sungguh suatu karya raksasa dan didalamnya terkumpul pendapat dan keterangan 2000 lebih ahli hukum Yahudi. Ia selesai di susun pada akhir abad kelima Masehi dalam bahasa Aram timur (disamping Hibrani). Talmud Babel ini adalah yang terpenting dan amat mempengaruhi agama Yahudi.
 +
 
 +
==Misyna==
 +
Misyna (= ulangan, mengulang) bukanlah suatu karya tersendiri, melainkan bagian pusat dari Talmud (baik Talmud Yerusyalem maupun Talmud Babel). Sebab tiap-tiap Talmud terdiri atas dua bagian, yakni: misyna dan gemara (pelengkap). Misyna (dalam bahasa Hibrani dari masa belakangan) diberi komentar dalam gemara tersebut (dalam bahasa Aram). Misyna itu ialah kumpulan diskusi, pendapat dan keterangan yang diberikan oleh para ahli dahulu yang menyusun suatu sistem hukum-hukum yang tidak termaktub dalam Taurat Musa. Angkatan ahli-ahli yang terdahulu itu (hingga abad ke 2 masehi) dinamakan "Tanna". Bahan-bahan yang berasal dari ahli-ahli ini dikumpulkan dan disusun oleh Rabbi Akiba dan Rabbi Meir (sekitar 150) dan akhirnya dituliskan oleh Rabbi Yehuda-Ha-Nassi sekitar th. 200 masehi. Kumpulan inilah yang menjadi "Misyna". Lalu misyna ini diberikan komentar oleh ahli sesudahnya (yang dinamakan Amora) lalu bersama dengan Misyna menjadi Talmud (dengan dua cabangnya tersebut). Tetapi tidak atas semua bahan yang tersusun dalam Misyna diberikan komentar lagi, melainkan hanya sebagiannya.
 +
 
 +
Misyna (karya Rabbi Yehuda-Ha-Nassi) terbagi atas enam bagian (jilid). Masing-masing jilid lalu dibagikan atas beberapa bab (63), yang pada gilirannya terbagi atas pelbagai pasal. Masing-masing bab mengutarakan salah satu pokok, misalnya: doa, perayaan, jiarah, perkawinan, pembasuhan, hari sabat, Sanhedrin dan lain-lainnya. Khususnya Misynalah yang penting untuk tafsir Kitab Suci, oleh karena bahannya paling tua dan karenanya dapat menyoroti latarbelakang perjanjian Baru serta adat-istiadat Yahudi yang disebut oleh Perjanjian Baru.
 +
 
 +
==Midrasy (jamak: Midrasyim)==
 +
Kata "midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir) ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode tersebut.
 +
<cl>
 +
1. Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. {{ayat|Ezr 7:10}}) sibuk menafsirkan Kitab Suci untuk mengambil daripadanya segala sesuatu yang perlu untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Suci para Rabbi menempuh pelbagai jalan: adakalanya mereka memberikan tafsir ayat demi ayat, lain kali tafsirannya berupa khotbah. Tetapi selalu demikian rupa hingga latar belakang adalah Kitab Suci. Pelbagai ayat dihubungkan satu sama lain, baik dengan dikutip secara harfiah maupun dengan menyinggung saja ayat-ayat atau nas-nas Kitab Suci. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula pelbagai cerita dan dongeng yang tidak tercantum dalam Kitab Suci tapi dapat menerangkan atau mengilustrasikan ajarannya. Dengan metode ini Kitab Suci ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin mengaktualisasikan Kitab Suci maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan arti dan makna Kitab Suci yang aseli. Tafsiran Kitab Suci sedemikian disampaikan ditempat yang dinamakan "Beth-ha-midrasy", yang dengan bebas boleh diterjemahkan: "sekolah midrasy" (= madrasah!). Ada dua macam midrasy. Yang satu mengambil dari Kitab Suci pelbagai aturan dan patokan untuk hidup praktis. Karenanya khususnya Taurat Musa diterangkan dan diaktualisasikan. Midrasy sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku). Midrasy lain memberikan keterangan tentang cerita-cerita yang termaktub dalam Kitab Suci dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanya Midrasy sedemikian itu disebut "Haggada (cerita).
 +
 
 +
Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut. Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam "midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat 1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode guru-gurunya dahulu (bdk. {{ayat|Gal 4}}) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat Keristen (bdk. khususnya pasal 7).
 +
 
 +
* Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna dan para Amora (lihat di atas: [[#Talmud|Talmud]]), khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan, khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy.
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
 +
{{Buku Hijau|footer}}
 +
<noinclude>{{DISPLAYTITLE:Sastra Yahudi}}</noinclude>

Revisi terkini pada 11:09, 30 Juni 2011

Buku Hijau
Sejarah Alkitab di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah Indonesia
Sejarah Alkitab di Luar Indonesia
Biblika
Doktrin Alkitab
Pengantar dan Garis Besar Kitab
Studi Kata Alkitab



Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya. Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. Mat 23:7; Yoh 3:2, 26). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya.

Semua karya itu cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama.

Tidak dibicarakan sastera keagamaan yang dihasilkan agama Yahudi dijaman pertengahan. Ada sastera yang cukup subur berkembang sejak abad 12 Masehi, Yaitu Kabala. Karya-karya itu memuat semacam ajaran rahasia yang mencampurkan tasawuf (mistik), astrologi, magi dan filsafat dan boleh dibandingkan dengan kitab-kitab tasawuf Islam dahulu dan kitab-kitab "ilmu" di Indonesia. Sehubungan dengan Kitab Suci Kabala tersebut tidaklah penting.

Daftar isi

Targum (jamak: Targumim)

Kata Hibrani ini berarti: terjemahan. Yang dimaksudkan ialah terjemahan-terjemahan bebas Kitab Suci Perjanjian lama kedalam bahasa Aram. Bahasa ini adalah bahasa semit yang serumpun dengan bahasa Hibrani. Sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) bahasa ini (suatu bahasa internasional dijaman itu) menjadi bahasa rakyat di Palestina dengan mendesak bahasa Hibrani. Maka itu rakyat tidak mengerti lagi Kitab Suci yang (bagian terbesar) menggunakan bahasa Hibrani kuno. Hanya para ahli mengertinya. Karena itu rakyat perlu akan suatu terjemahan kedalam bahasanya sendiri, khususnya untuk keperluan ibadah disinagoga (kenisah-kenisah). Lama-kelamaan terjemahan (pelbagai) sedemikian itu dibuat juga yang dibacakan disamping teks Kitab Suci yang resmi. Terjemahan-terjemahan itu tidak (selalu) menterjemahkan secara harafiah, tapi lebih kurang bebas, suatu parafrasis. Kedalam terjemahan-terjemahan itu diselipkan juga tafsiran-tafsiran Kitab Suci tertentu. Dengan jalan itu Kitab Suci diaktualisasikan untuk rakyat dan disesuaikan dengan keperluan aktuil. Maka itu dalam terjemahan2 itu nampaklah juga perkembangan iman dan agama Yahudi sesudah jaman Perjanjian Lama.

Tidak semua Targum yang pernah dibuat (kerapkali secara lisan saja) terpelihara dan tersimpan. Hanya beberapa saja. Ada dua Targum yang umum diterima dan boleh dikatakan "resmi". Yang pertama ialah Targum Onkelos, yang timbul dalam abad 2 Masehi di Palestina. Tapi baru dalam abad 5 dituliskan di Babel. Targum Onkelos ini amat lekat pada teks aseli dan kerap menterjemahkan secara harfiah belaka. Disamping itu diterima secara umum. Targum Yonatan bin Uziel. Terjemahan ini jauh lebih bebas. Masih terpelihara juga sebagian dari suatu Targum Taurat Musa yang berasal dari Yerusyalem dan dituliskan sekitar tahun 650 Masehi.

Talmud

Kata "talmud" ini berarti: pengajaran atau ajaran. Karya-karya yang disebut begitu adalah merupakan hasil kerja beberapa mazhab ahli Yahudi. Isinya mengenai khususnya kelakuan. Para ahli itu memberi kepada Taurat Musa "suatu pagar" (demikian dikatakan mereka), supaya ditepati dengan baik. Talmud-talmud itu sesungguhnya adalah buah hasil beberapa angkatan ahli. Tetapi lama sekali bahan-bahan itu secara lisan saja disampaikan oleh guru dan dihafalkan oleh murid. Terkumpulkan didalamnya diskusi-diskusi keterangan-keterangan dan tafsiran serta pengetrapan dan contoh yang diberikan oleh ahli-ahli dari jaman dahulu dan memang terus bertambah banyak. Dapat dimengerti bahan itu umumnya bercorak kasuistik. Ditetapkan persis apa yang harus dibuat atau tidak boleh dibuat, manakala perbuatan syah atau batal dan sebagainya. Talmud-talmud itu sedikit serupa (hanya sedikit saja) dengan hadis Islam (yang mengenai ilmu fikh). Tapi bahan dalam Talmud tidak dipulangkan sampai ke Musa sebagaimana hadis Islam memulangkan semua kepada Nabi Allah. Perkaranya ialah macam-macam pendapat yang pernah dikemukakan oleh ahli tersohor dengan mendasarkannya pada Kitab Suci.

Beberapa kali bahan tradisionil itu dikumpulkan dan dicatat, tapi hanya dua redaksi terakhir terpelihara dan hingga dewasa ini berpengaruh. Kedua redaksi ini adalah hasil jerih payah dua pusat ilmu hukum Yahudi, yang satu di Palestina yang lain di Mesopotamia (Babel). Maka itu ada dua Talmud yang satu memuat tradisi dari Palestina, yang lain tradisi dari Mesopotamia.

Talmud Yerusyalmi (Yerusyalem) memuat hasil jerih-payah para ahli di Palestina. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Aram barat disamping Hibrani, (lihat Misyna). Karya ini dalam redaksi terakhir dituliskan dalam abad kelima masehi. Ia tidak terlalu besar dan kurang penting daripada Talmud yang berikut ini.

Talmud Babel dikumpulkan oleh para ahli di Babel. Talmud ini sungguh suatu karya raksasa dan didalamnya terkumpul pendapat dan keterangan 2000 lebih ahli hukum Yahudi. Ia selesai di susun pada akhir abad kelima Masehi dalam bahasa Aram timur (disamping Hibrani). Talmud Babel ini adalah yang terpenting dan amat mempengaruhi agama Yahudi.

Misyna

Misyna (= ulangan, mengulang) bukanlah suatu karya tersendiri, melainkan bagian pusat dari Talmud (baik Talmud Yerusyalem maupun Talmud Babel). Sebab tiap-tiap Talmud terdiri atas dua bagian, yakni: misyna dan gemara (pelengkap). Misyna (dalam bahasa Hibrani dari masa belakangan) diberi komentar dalam gemara tersebut (dalam bahasa Aram). Misyna itu ialah kumpulan diskusi, pendapat dan keterangan yang diberikan oleh para ahli dahulu yang menyusun suatu sistem hukum-hukum yang tidak termaktub dalam Taurat Musa. Angkatan ahli-ahli yang terdahulu itu (hingga abad ke 2 masehi) dinamakan "Tanna". Bahan-bahan yang berasal dari ahli-ahli ini dikumpulkan dan disusun oleh Rabbi Akiba dan Rabbi Meir (sekitar 150) dan akhirnya dituliskan oleh Rabbi Yehuda-Ha-Nassi sekitar th. 200 masehi. Kumpulan inilah yang menjadi "Misyna". Lalu misyna ini diberikan komentar oleh ahli sesudahnya (yang dinamakan Amora) lalu bersama dengan Misyna menjadi Talmud (dengan dua cabangnya tersebut). Tetapi tidak atas semua bahan yang tersusun dalam Misyna diberikan komentar lagi, melainkan hanya sebagiannya.

Misyna (karya Rabbi Yehuda-Ha-Nassi) terbagi atas enam bagian (jilid). Masing-masing jilid lalu dibagikan atas beberapa bab (63), yang pada gilirannya terbagi atas pelbagai pasal. Masing-masing bab mengutarakan salah satu pokok, misalnya: doa, perayaan, jiarah, perkawinan, pembasuhan, hari sabat, Sanhedrin dan lain-lainnya. Khususnya Misynalah yang penting untuk tafsir Kitab Suci, oleh karena bahannya paling tua dan karenanya dapat menyoroti latarbelakang perjanjian Baru serta adat-istiadat Yahudi yang disebut oleh Perjanjian Baru.

Midrasy (jamak: Midrasyim)

Kata "midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir) ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode tersebut.

  1. Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. Ezr 7:10) sibuk menafsirkan Kitab Suci untuk mengambil daripadanya segala sesuatu yang perlu untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Suci para Rabbi menempuh pelbagai jalan: adakalanya mereka memberikan tafsir ayat demi ayat, lain kali tafsirannya berupa khotbah. Tetapi selalu demikian rupa hingga latar belakang adalah Kitab Suci. Pelbagai ayat dihubungkan satu sama lain, baik dengan dikutip secara harfiah maupun dengan menyinggung saja ayat-ayat atau nas-nas Kitab Suci. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula pelbagai cerita dan dongeng yang tidak tercantum dalam Kitab Suci tapi dapat menerangkan atau mengilustrasikan ajarannya. Dengan metode ini Kitab Suci ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin mengaktualisasikan Kitab Suci maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan arti dan makna Kitab Suci yang aseli. Tafsiran Kitab Suci sedemikian disampaikan ditempat yang dinamakan "Beth-ha-midrasy", yang dengan bebas boleh diterjemahkan: "sekolah midrasy" (= madrasah!). Ada dua macam midrasy. Yang satu mengambil dari Kitab Suci pelbagai aturan dan patokan untuk hidup praktis. Karenanya khususnya Taurat Musa diterangkan dan diaktualisasikan. Midrasy sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku). Midrasy lain memberikan keterangan tentang cerita-cerita yang termaktub dalam Kitab Suci dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanya Midrasy sedemikian itu disebut "Haggada (cerita).

    Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut. Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam "midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat 1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode guru-gurunya dahulu (bdk. Gal 4) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat Keristen (bdk. khususnya pasal 7).

  2. Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna dan para Amora (lihat di atas: Talmud), khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan, khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy.

    Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
    Artikel ini diambil dari:
    Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.