Dari Sejarah Alkitab Indonesia
(2 revisi antara tak ditampilkan.) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Biblika}}}} | {{kanan|{{Buku Hijau}}|{{Biblika}}}} | ||
- | Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya. Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. Mat 23:7; Yoh 3:2, 26). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya. | + | Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya. Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. {{ayat|Mat 23:7; Yoh 3:2, 26}}). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya. |
Semua karya itu cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama. | Semua karya itu cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama. | ||
Baris 29: | Baris 29: | ||
Kata "midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir) ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode tersebut. | Kata "midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir) ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode tersebut. | ||
<cl> | <cl> | ||
- | 1. Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. Ezr 7 | + | 1. Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. {{ayat|Ezr 7:10}}) sibuk menafsirkan Kitab Suci untuk mengambil daripadanya segala sesuatu yang perlu untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Suci para Rabbi menempuh pelbagai jalan: adakalanya mereka memberikan tafsir ayat demi ayat, lain kali tafsirannya berupa khotbah. Tetapi selalu demikian rupa hingga latar belakang adalah Kitab Suci. Pelbagai ayat dihubungkan satu sama lain, baik dengan dikutip secara harfiah maupun dengan menyinggung saja ayat-ayat atau nas-nas Kitab Suci. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula pelbagai cerita dan dongeng yang tidak tercantum dalam Kitab Suci tapi dapat menerangkan atau mengilustrasikan ajarannya. Dengan metode ini Kitab Suci ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin mengaktualisasikan Kitab Suci maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan arti dan makna Kitab Suci yang aseli. Tafsiran Kitab Suci sedemikian disampaikan ditempat yang dinamakan "Beth-ha-midrasy", yang dengan bebas boleh diterjemahkan: "sekolah midrasy" (= madrasah!). Ada dua macam midrasy. Yang satu mengambil dari Kitab Suci pelbagai aturan dan patokan untuk hidup praktis. Karenanya khususnya Taurat Musa diterangkan dan diaktualisasikan. Midrasy sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku). Midrasy lain memberikan keterangan tentang cerita-cerita yang termaktub dalam Kitab Suci dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanya Midrasy sedemikian itu disebut "Haggada (cerita). |
- | Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut. Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam "midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat 1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode guru-gurunya dahulu (bdk. Gal 4) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat Keristen (bdk. khususnya pasal 7). | + | Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut. Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam "midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat 1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode guru-gurunya dahulu (bdk. {{ayat|Gal 4}}) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat Keristen (bdk. khususnya pasal 7). |
* Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna dan para Amora (lihat di atas: [[#Talmud|Talmud]]), khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan, khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy. | * Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna dan para Amora (lihat di atas: [[#Talmud|Talmud]]), khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan, khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy. | ||
Baris 37: | Baris 37: | ||
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA'' | :Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA'' | ||
{{Buku Hijau|footer}} | {{Buku Hijau|footer}} | ||
- | <noinclude>{{DISPLAYTITLE: | + | <noinclude>{{DISPLAYTITLE:Sastra Yahudi}}</noinclude> |
Revisi terkini pada 11:09, 30 Juni 2011
Yang dimaksudkan disini ialah sastera Yahudi kuno disamping Kitab Suci Perjanjian Lama, yang memegang peranan penting dalam agama Yahudi sebagaimana berkembang setelah Perjanjian Lama selesai disusun (abad 2 sebelum Masehi sampai dengan l.k. abad 5 masehi). Semua sastera itu ada sangkutpautnya dengan Kitab Suci. Perjanjian Lama memang dilanjutkan oleh Perjanjian Baru. Tetapi disamping itu ada suatu lanjutan lain yang tetap tinggal dalam rangka agama Yahudi, meskipun agama itu diperkembangkan olehnya. Lanjutan dan perkembangan itu tercantum dalam sastera yang disini dibahas. Ditempat lain (lih. APOKRIP) dikatakan sedikit tentang karya-karya keagamaan yang berasal dari kalangan Yahudi yang sedikit banyak menyeleweng dari agama resmi, sebagaimana dipertahankan dan diajarkan oleh para Rabbi (= tuanku, guruku, julukan guru-guru agama, yaitu ahli Kitab dan Ahli Taurat, bdk. Mat 23:7; Yoh 3:2, 26). Kalangan ini, yang biasanya menganut paham Parisi, menghasilkan sejumlah karya-karya keagamaan. Pengaruh karya-karya ini amat besar dalam agama Yahudi selanjutnya, malah hingga dewasa ini dikalangan Yahudi ortodoks. Jadi karya-karya ini boleh dianggap hasil buah agama resmi. Bahan yang dikumpulkan dalam karya-karya tersebut lama sekali diturunkan secara lisan saja dan diajarkan disekolah-sekolah serta dihafalkan. Pekerjaan itu sesungguhnya sudah mulai setelah bangsa Yahudi baru kembali dari pembuangannya di Babel, lalu berabad-abad lamanya diteruskan. Memang dalam tradisi lisan itu bahan itu berkembang dan dirubah seperlunya sesuai dengan keadaan waktu dan tempat. Dijaman masehi barulah semua bahan itu dikumpulkan, disusun dan dituliskan, khususnya setelah Yerusyalem binasa dan bangsa Yahudi menjadi lemah dan tak berdaya. Boleh dikatakan karya-karya yang tertulis itu melindungi serta menyelamatkan agama Yahudi dari kebinasaannya.
Semua karya itu cukup penting untuk ilmu Kitab Suci. Memang baru dituliskan dijaman masehi, setelah agama Keristen sudah berurat berakar diluar Palestina dan melepaskan diri dari agama Yahudi. Tetapi di dalamnya terpelihara tidak sedikit bahan dari jaman dahulu, bahkan dari jaman Kristus dan Perjanjian Baru. Maka itu sastera Yahudi itu dapat menyoroti (sebagian dari) suasana keagamaan yang menjadi latarbelakang kehidupan Kristus dan Perjanjian Baru. Cukuplah orang ingat akan tokoh besar dalam agama Kristen semula, yaitu Paulus. Orang itu berasal dari kalangan yang menghasilkan sastera yang dimaksudkan disini. Lawan-lawan Kristus yang paling gigihpun termasuk kalangan yang sama.
Tidak dibicarakan sastera keagamaan yang dihasilkan agama Yahudi dijaman pertengahan. Ada sastera yang cukup subur berkembang sejak abad 12 Masehi, Yaitu Kabala. Karya-karya itu memuat semacam ajaran rahasia yang mencampurkan tasawuf (mistik), astrologi, magi dan filsafat dan boleh dibandingkan dengan kitab-kitab tasawuf Islam dahulu dan kitab-kitab "ilmu" di Indonesia. Sehubungan dengan Kitab Suci Kabala tersebut tidaklah penting.
Daftar isi |
Targum (jamak: Targumim)
Kata Hibrani ini berarti: terjemahan. Yang dimaksudkan ialah terjemahan-terjemahan bebas Kitab Suci Perjanjian lama kedalam bahasa Aram. Bahasa ini adalah bahasa semit yang serumpun dengan bahasa Hibrani. Sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) bahasa ini (suatu bahasa internasional dijaman itu) menjadi bahasa rakyat di Palestina dengan mendesak bahasa Hibrani. Maka itu rakyat tidak mengerti lagi Kitab Suci yang (bagian terbesar) menggunakan bahasa Hibrani kuno. Hanya para ahli mengertinya. Karena itu rakyat perlu akan suatu terjemahan kedalam bahasanya sendiri, khususnya untuk keperluan ibadah disinagoga (kenisah-kenisah). Lama-kelamaan terjemahan (pelbagai) sedemikian itu dibuat juga yang dibacakan disamping teks Kitab Suci yang resmi. Terjemahan-terjemahan itu tidak (selalu) menterjemahkan secara harafiah, tapi lebih kurang bebas, suatu parafrasis. Kedalam terjemahan-terjemahan itu diselipkan juga tafsiran-tafsiran Kitab Suci tertentu. Dengan jalan itu Kitab Suci diaktualisasikan untuk rakyat dan disesuaikan dengan keperluan aktuil. Maka itu dalam terjemahan2 itu nampaklah juga perkembangan iman dan agama Yahudi sesudah jaman Perjanjian Lama.
Tidak semua Targum yang pernah dibuat (kerapkali secara lisan saja) terpelihara dan tersimpan. Hanya beberapa saja. Ada dua Targum yang umum diterima dan boleh dikatakan "resmi". Yang pertama ialah Targum Onkelos, yang timbul dalam abad 2 Masehi di Palestina. Tapi baru dalam abad 5 dituliskan di Babel. Targum Onkelos ini amat lekat pada teks aseli dan kerap menterjemahkan secara harfiah belaka. Disamping itu diterima secara umum. Targum Yonatan bin Uziel. Terjemahan ini jauh lebih bebas. Masih terpelihara juga sebagian dari suatu Targum Taurat Musa yang berasal dari Yerusyalem dan dituliskan sekitar tahun 650 Masehi.
Talmud
Kata "talmud" ini berarti: pengajaran atau ajaran. Karya-karya yang disebut begitu adalah merupakan hasil kerja beberapa mazhab ahli Yahudi. Isinya mengenai khususnya kelakuan. Para ahli itu memberi kepada Taurat Musa "suatu pagar" (demikian dikatakan mereka), supaya ditepati dengan baik. Talmud-talmud itu sesungguhnya adalah buah hasil beberapa angkatan ahli. Tetapi lama sekali bahan-bahan itu secara lisan saja disampaikan oleh guru dan dihafalkan oleh murid. Terkumpulkan didalamnya diskusi-diskusi keterangan-keterangan dan tafsiran serta pengetrapan dan contoh yang diberikan oleh ahli-ahli dari jaman dahulu dan memang terus bertambah banyak. Dapat dimengerti bahan itu umumnya bercorak kasuistik. Ditetapkan persis apa yang harus dibuat atau tidak boleh dibuat, manakala perbuatan syah atau batal dan sebagainya. Talmud-talmud itu sedikit serupa (hanya sedikit saja) dengan hadis Islam (yang mengenai ilmu fikh). Tapi bahan dalam Talmud tidak dipulangkan sampai ke Musa sebagaimana hadis Islam memulangkan semua kepada Nabi Allah. Perkaranya ialah macam-macam pendapat yang pernah dikemukakan oleh ahli tersohor dengan mendasarkannya pada Kitab Suci.
Beberapa kali bahan tradisionil itu dikumpulkan dan dicatat, tapi hanya dua redaksi terakhir terpelihara dan hingga dewasa ini berpengaruh. Kedua redaksi ini adalah hasil jerih payah dua pusat ilmu hukum Yahudi, yang satu di Palestina yang lain di Mesopotamia (Babel). Maka itu ada dua Talmud yang satu memuat tradisi dari Palestina, yang lain tradisi dari Mesopotamia.
Talmud Yerusyalmi (Yerusyalem) memuat hasil jerih-payah para ahli di Palestina. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Aram barat disamping Hibrani, (lihat Misyna). Karya ini dalam redaksi terakhir dituliskan dalam abad kelima masehi. Ia tidak terlalu besar dan kurang penting daripada Talmud yang berikut ini.
Talmud Babel dikumpulkan oleh para ahli di Babel. Talmud ini sungguh suatu karya raksasa dan didalamnya terkumpul pendapat dan keterangan 2000 lebih ahli hukum Yahudi. Ia selesai di susun pada akhir abad kelima Masehi dalam bahasa Aram timur (disamping Hibrani). Talmud Babel ini adalah yang terpenting dan amat mempengaruhi agama Yahudi.
Misyna
Misyna (= ulangan, mengulang) bukanlah suatu karya tersendiri, melainkan bagian pusat dari Talmud (baik Talmud Yerusyalem maupun Talmud Babel). Sebab tiap-tiap Talmud terdiri atas dua bagian, yakni: misyna dan gemara (pelengkap). Misyna (dalam bahasa Hibrani dari masa belakangan) diberi komentar dalam gemara tersebut (dalam bahasa Aram). Misyna itu ialah kumpulan diskusi, pendapat dan keterangan yang diberikan oleh para ahli dahulu yang menyusun suatu sistem hukum-hukum yang tidak termaktub dalam Taurat Musa. Angkatan ahli-ahli yang terdahulu itu (hingga abad ke 2 masehi) dinamakan "Tanna". Bahan-bahan yang berasal dari ahli-ahli ini dikumpulkan dan disusun oleh Rabbi Akiba dan Rabbi Meir (sekitar 150) dan akhirnya dituliskan oleh Rabbi Yehuda-Ha-Nassi sekitar th. 200 masehi. Kumpulan inilah yang menjadi "Misyna". Lalu misyna ini diberikan komentar oleh ahli sesudahnya (yang dinamakan Amora) lalu bersama dengan Misyna menjadi Talmud (dengan dua cabangnya tersebut). Tetapi tidak atas semua bahan yang tersusun dalam Misyna diberikan komentar lagi, melainkan hanya sebagiannya.
Misyna (karya Rabbi Yehuda-Ha-Nassi) terbagi atas enam bagian (jilid). Masing-masing jilid lalu dibagikan atas beberapa bab (63), yang pada gilirannya terbagi atas pelbagai pasal. Masing-masing bab mengutarakan salah satu pokok, misalnya: doa, perayaan, jiarah, perkawinan, pembasuhan, hari sabat, Sanhedrin dan lain-lainnya. Khususnya Misynalah yang penting untuk tafsir Kitab Suci, oleh karena bahannya paling tua dan karenanya dapat menyoroti latarbelakang perjanjian Baru serta adat-istiadat Yahudi yang disebut oleh Perjanjian Baru.
Midrasy (jamak: Midrasyim)
Kata "midrasy" (= penyelidikan, hasil penyelidikan, ajaran atau tafsir) ada dua artinya. Arti yang satu ialah: metode tertentu dalam menafsirkan Kitab Suci, jadi suatu jenis sastera tertentu. Arti yang kedua, istilah khusus, ialah karya-karya Yahudi tertentu yang memuat tafsiran Kitab Suci menurut metode tersebut.
-
Midrasy sebagai metode tafsir. Kitab Suci adalah kitab dari jaman dahulu, namun tetap dasar agama Yahudi. Karenanya perlu Kitab Suci itu tetap tinggal hangat dan aktuil supaya dapat menghayatkan hidup keagamaan umat. Mengingat hal itu para Rabbi sejak masa pembuangan (th. 537 seb. Mas.) (bdk. Ezr 7:10) sibuk menafsirkan Kitab Suci untuk mengambil daripadanya segala sesuatu yang perlu untuk kelakuan dan pembinaan semangat keagamaan. Dalam menafsirkan Kitab Suci para Rabbi menempuh pelbagai jalan: adakalanya mereka memberikan tafsir ayat demi ayat, lain kali tafsirannya berupa khotbah. Tetapi selalu demikian rupa hingga latar belakang adalah Kitab Suci. Pelbagai ayat dihubungkan satu sama lain, baik dengan dikutip secara harfiah maupun dengan menyinggung saja ayat-ayat atau nas-nas Kitab Suci. Dalam tafsiran itu dipergunakan pula pelbagai cerita dan dongeng yang tidak tercantum dalam Kitab Suci tapi dapat menerangkan atau mengilustrasikan ajarannya. Dengan metode ini Kitab Suci ditrapkan pada hidup aktuil dan keperluan hangat, baik sehubungan kelakuan maupun sehubungan dengan iman dan semangat keagamaan. Karena ingin mengaktualisasikan Kitab Suci maka para Rabbi tidak selalu amat peduli akan arti dan makna Kitab Suci yang aseli. Tafsiran Kitab Suci sedemikian disampaikan ditempat yang dinamakan "Beth-ha-midrasy", yang dengan bebas boleh diterjemahkan: "sekolah midrasy" (= madrasah!). Ada dua macam midrasy. Yang satu mengambil dari Kitab Suci pelbagai aturan dan patokan untuk hidup praktis. Karenanya khususnya Taurat Musa diterangkan dan diaktualisasikan. Midrasy sedemikian dinamakan "Halakha" (perilaku). Midrasy lain memberikan keterangan tentang cerita-cerita yang termaktub dalam Kitab Suci dengan maksud membina dan memupuk semangat keagamaan. Karenanya Midrasy sedemikian itu disebut "Haggada (cerita).
Kitab Suci sendiri sudah menggunakan metode tafsir atau midrasy tersebut. Kitab Tawarikh misalnya memberikan dan mengaktualisasikan kitab Syemuel dan kitab Raja-raja untuk mendukung ajaran tertentu. Demikianpun Kebijaksanaan (pasal 10-19) menafsirkan kembali pengungsian umat dari Mesir sebagaimana diceritakan oleh kitab Pengungsian. Tapi dari kejadian-kejadian itu (yang corak ajaibnya diperkembangkan seperlunya) diambil pengajaran tertentu untuk membina agama umat pada masa sipengarang. Putera Sirah (pasal 44-50) menyajikan beberapa tokoh dari jaman dahulu sebagai teladan untuk umat, Kitab Daniel Dan 1-6, Mzm 68, 105, 106 dan kitab Yona boleh digolongkan kedalam "midrasy" juga. Jemaah di Qumranpun suka akan metode ini dan meninggalkan beberapa tafsiran atas beberapa kitab dari Kitab Suci menurut metode itu. Ayat-ayat dan nas-nas Kitab Suci dikenakan pada jemaah itu serta pendirinya. Perjanjian Barupun tidak ketinggalan. Kisah masa muda Yesus (Mat 1-2; Luk 1-2) nyata berupa midrasya. Kitab Suci ditafsirkan sehubungan dengan Yesus dan diketrapkan padaNya. Bekas Rabbi, Paulus, juga menggunakan metode guru-gurunya dahulu (bdk. Gal 4) dan demikianpun pengarang surat kepada orang-orang Hibrani. Ia mengetrapkan teks-teks Kitab Suci pada Kristus dan kejadian dijaman dahulu pada umat Keristen (bdk. khususnya pasal 7).
-
Midrasy(im) sebagai tafsiran tertulis. Para Rabbi yang menghasilkan Misyna/Talmud juga giat menafsirkan Kitab Suci, yaitu para Tanna dan para Amora (lihat di atas: Talmud), khususnya sesudah tahun 70 Masehi. Merekapun menggunakan metode midrasy tersebut. Beberapa kaidah dan patokan dalam menafsirkan Kitab Suci ditetapkan, khususnya oleh Rabbi Hillel I (sekitar th. 40 Masehi) dan Rabbi Ismael (sekitar th. 100). Lama sekali tafsiran sedemikian hanya diberikan secara lisan dan dihafalkan. Dimasa belakangan barulah mulai dikumpulkan dan dituliskan. Karya-karya terpenting dari banyak midrasyim yang terpelihara hingga dewasa ini ialah: Mekilta (tafsir Peng. pasal 12 dst.), Sipra (tafsir Lv.), Siphe tafsir C. J. dan Ul), Midrasy Rabba (Midrasy besar) menafsirkan Taurat Musa dan kelima Megillot (Md.Ag.Rut,Lg.Rt., Pengkh, Ester). Lagipula ada Midrask Tankhumu (nama pengarangnya) Yelammedenu, yaitu sekumpulan khotbah mengenai Taurat Musa. Boleh ditambahkan pula Pessikta dan Pessikta Rabbati. Hingga dewasa ini orang Yahudi masih mengarang tafsir Kitab Suci yang sedikit banyak berupa midrasy.
- Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Artikel ini diambil dari:
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau.