Sejarah Alkitab Indonesia

Sejarah Gereja di Indonesia Pada Zaman VOC (1596-1799)

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 
(2 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
{{kanan|{{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas}}|{{Sejarah Alkitab di Indonesia}}}}
{{kanan|{{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas}}|{{Sejarah Alkitab di Indonesia}}}}
-
4. Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dengan cepat mendapat perhatian, tetapi pekerjaan itu baru selesai sesudah satu abad lebih.
+
Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dengan cepat mendapat perhatian, tetapi pekerjaan itu baru selesai sesudah satu abad lebih.
Yang pertama berusaha menerjemahkan tulisan-tulisan Kristen dan bagian-bagian Alkitab ke dalam bahasa Melayu ialah beberapa pegawai Kompeni. Frederik de Houtman, Gubernur Ambon yang pertama, pernah menjadi tawanan perang di Aceh dan di sana ia belajar bahasa Melayu. Dengan demikian ia sanggup mengindonesiakan Doa bapa Kami, Kesepuluh Perintah dan suatu katekismus pendek (± 1605). Pada waktu itu belum ada seorang pendeta di Ambon! Contoh Houtman ini diikuti oleh seorang saudagar, yang namanya Ruyl. Ia menerjemahkan Injil Matius (1629) dan Injil Markus serta beberapa tulisan lainnya. Kemudian beberapa orang lain, baik pegawai-pegawai maupun pendeta-pendeta, mengusahakan terjemahan Alkitab. Tetapi baru pada tahun 1733 terjemahan Alkitab itu seluruhnya selesai dicetak.
Yang pertama berusaha menerjemahkan tulisan-tulisan Kristen dan bagian-bagian Alkitab ke dalam bahasa Melayu ialah beberapa pegawai Kompeni. Frederik de Houtman, Gubernur Ambon yang pertama, pernah menjadi tawanan perang di Aceh dan di sana ia belajar bahasa Melayu. Dengan demikian ia sanggup mengindonesiakan Doa bapa Kami, Kesepuluh Perintah dan suatu katekismus pendek (± 1605). Pada waktu itu belum ada seorang pendeta di Ambon! Contoh Houtman ini diikuti oleh seorang saudagar, yang namanya Ruyl. Ia menerjemahkan Injil Matius (1629) dan Injil Markus serta beberapa tulisan lainnya. Kemudian beberapa orang lain, baik pegawai-pegawai maupun pendeta-pendeta, mengusahakan terjemahan Alkitab. Tetapi baru pada tahun 1733 terjemahan Alkitab itu seluruhnya selesai dicetak.
Baris 11: Baris 11:
<noinclude>{{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas|footer}}
<noinclude>{{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas|footer}}
 +
{{DISPLAYTITLE:Sejarah Gereja di Indonesia Pada Zaman VOC (1596-1799)}}</noinclude>

Revisi terkini pada 13:52, 1 Juli 2011

Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas
Sejarah Alkitab di Indonesia



Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dengan cepat mendapat perhatian, tetapi pekerjaan itu baru selesai sesudah satu abad lebih.

Yang pertama berusaha menerjemahkan tulisan-tulisan Kristen dan bagian-bagian Alkitab ke dalam bahasa Melayu ialah beberapa pegawai Kompeni. Frederik de Houtman, Gubernur Ambon yang pertama, pernah menjadi tawanan perang di Aceh dan di sana ia belajar bahasa Melayu. Dengan demikian ia sanggup mengindonesiakan Doa bapa Kami, Kesepuluh Perintah dan suatu katekismus pendek (± 1605). Pada waktu itu belum ada seorang pendeta di Ambon! Contoh Houtman ini diikuti oleh seorang saudagar, yang namanya Ruyl. Ia menerjemahkan Injil Matius (1629) dan Injil Markus serta beberapa tulisan lainnya. Kemudian beberapa orang lain, baik pegawai-pegawai maupun pendeta-pendeta, mengusahakan terjemahan Alkitab. Tetapi baru pada tahun 1733 terjemahan Alkitab itu seluruhnya selesai dicetak.

Alkitab bahasa Melayu itu adalah karya Melchior Leijdecker yang menduduki jabatan pendeta di Batavia (1678-1701). Ia tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya: ketika ia sampai ke Efesus 6:6, ia meninggal. Orang-orang lain melanjutkan dan merevisi karyanya. Bahasanya tinggi sekali, sehingga kemudian perlu ditambahkan lampiran berupa daftar kata-kata yang tidak dipahami oleh orang banyak. Namun terutama di Indonesia Timur, terjemahan Leijdecker itu sangat dicintai orang. Sebelum dicetak, karya Leijdecker itu disaingi oleh terjemahan Valentijn, yang memakai bahasa yang sangat sederhana, sampai-sampai ia mengikuti kekeliruan bahasa yang terdapat di kalangan orang banyak. Tetapi terjemahan ini tidak diterima dan tidak sempat dicetak.

Di wilayah Kompeni yang sangat luas itu banyak juga bahasa lain yang dipakai. Begitulah VOC menerbitkan terjemahan Alkitab dalam bahasa Portugis (1753, bnd. XIX, 3). Bagian-bagian PB, di samping tulisan-tulisan lain, diterjemahkan juga ke dalam bahasa-bahasa Tamil dan Keling, yang dipakai di Srilanka, dan ke dalam beberapa bahasa pulau Taiwan. Tetapi, terjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah Indonesia tidak ada diusahakan.


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
End, Dr. Th. van den. 2001. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
kembali ke atas