Sejarah Alkitab Indonesia

artikel/terjemahan kitab suci.htm

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
(←Membuat halaman berisi 'Berapa orang di Indonesia membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani? Mungkin beberapa orang saja. Mereka bukan hanya pernah memp...')
k (1 revisi)

Revisi per 08:59, 5 Mei 2011

Berapa orang di Indonesia membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani? Mungkin beberapa orang saja. Mereka bukan hanya pernah mempelajari kedua bahasa kuno itu melainkan menguasainya juga. Bagus sekali bila jumlah mereka melebihi angka 10.

Berapa orang di Indonesia membaca Kitab Suci setiap hari? Mudah-mudahan banyak!

Dalam bahasa apa Kitab Suci itu dibaca? Pada umumnya dalam bahasa Indonesia. Tetapi ada juga yang membacanya dalam bahasa Belanda, Inggris ataupun Jawa, Batak, dan lain-lain.

Tanpa diadakannya statistik khusus dapat dipastikan bahwa 99,9% penduduk Indonesia membaca salah satu terjemahan Kitab Suci, bukan teks aslinya dalam bahasa Ibrani atapun Yunani. Dikatakan "salah satu terjemahan", sebab di dunia ini tersedia banyak sekali macam terjemahan Kitab Suci. Baik dalam bahasa-bahasa asing maupun dalam bahasa Indonesia dan dalam berbagai bahasa daerah (Jawa, Sunda, Bali, Madura, dan lain-lain). Ada orang yang hobbynya mengumpulkan Alkitab dalam segala macam bahasa dunia. Saya pernah menjumpai seorang kolektor semacam itu. Ia jarang sekali ke gereja, namun rak bukunya penuh dengan puluhan Alkitab dalam berbagai bahasa dunia!

Apakah berbagai macam terjemahan Kitab Suci ini mengungkapkan teks aslinya secara tepat? Nah, inilah persoalan besar yang mungkin takkan pernah habis diperbincangkan para ahli maupun pembaca. Sebab belum pernah ada terjemahan yang dapat memuaskan semua orang. Antara lain, karena setiap penerjemah Kitab Suci adalah warga negara tertentu, sehari-hari menggunakan bahasa tertentu, berpendidikan dan berpengetahuan tertentu, berpandangan tertentu, dan dalam sekian banyak hal lain yang berbeda dengan rekan-rekannya yang juga penerjemah Kitab Suci. Terjemahan mereka masing-masing tak mungkin sama dan selalu saja dapat dipersoalkan. Lebih-lebih bila kalimat-kalimat tertentu dalam Kitab Suci sendiri tersusun sedemikian rupa, sehingga memang dapat diterjemahkan dengan berbagai cara. Dan jumlah kalimat yang demikian dalam Kitab Suci bukan sedikit jumlahnya!

Supaya uraian di atas tidak terlalu mengawang, baiklah dikutip sebuah teks yang ternyata diterjemahkan dengan berbagai cara. Contohnya Luk 1:28.

Terjemahan lama (Kristen):

Maka malaikat itu pun datanglah kepadanya serta berkata: "Sejahteralah engkau, yang sudah beroleh anugerah! Tuhanlah beserta dengan engkau."

Terjemahan "Injil" (terbitan Ende):

Maka masuklah Malaekat kepadanya dan bersabda: Bersukacitalah, Yang Dirahmati, Tuhan ada sertamu.

Terjemahan "Firman Allah Yang Hidup" (Kalam Hidup):

Gabriel muncul di hadapannya dan berkata: "Berbahagialah engkau, wanita yang terpilih! Tuhan menyertai engkau!"

Terjemahan Baru (dikenal dengan nama TB):

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Terjemahan "Kabar Baik" (dikenal dengan nama BIS)

Malaikat itu datang kepada Maria dan berkata, "Salam, engkau yang diberkati Tuhan secara istimewa! Tuhan bersama dengan engkau!"

Terjemahan "Pendalaman Kitab Suci" (LBI):

Setelah mendatanginya, *malaikat berkata: Salam, hai yang dilimpahi karunia, Tuhan beserta anda.

Enam terjemahan dan semuanya berbeda! Demi mudahnya, pengamatan dibatasi pada dua ungkapan saja, yaitu pada berita tentang "datangnya malaikat" (ungkapannya dicetak miring) dan pada sapaan mengenai "dikaruniakannya" Maria oleh Tuhan (ungkapannya dicetak tebal).

Dalam TB dikatakan bahwa malaikat "masuk ke rumah" Maria, tetapi hal ini tidak muncul dalam terjemahan lain. Mengapa? Sebab dalam teks asli sama sekali tidak dikatakan bahwa malaikat masuk rumah. Tetapi dikatakan bahwa ia "masuk kepadanya", dalam arti "datang". Dari teks asli tidak diketahui Maria di mana pada waktu itu. Yang jelas, tidak dikatakan juga bahwa ia masuk ke dalam Maria sebagaimana mungkin dibayangkan orang yang suka berfantasi.

Ungkapan malaikat mengenai Maria yang "dikaruniai" diterjemahkan dengan berbagai cara juga, dan sesungguhnya, semua cara itu cukup tepat. Maria memang "beroleh karunia", artinya "dirahmati", "dikarunia" atau "dilimpahi karunia". Terjemahan "diberkati (Tuhan) secara istimewa" pun dengan cukup tepat mengungkapkan arti kata Yunani kekharitomene. Artinya "terpilih" pula, namun kata ini tak muncul dalam teks asli.

Mengapa semua terjemahan itu berbeda-beda! Juga, karena para penerjemahnya tidak sama. Yang satu lebih suka kata "karunia", yang lain lebih senang dengan kata "rahmat", dan yang lain lagi biasa bicara tentang "anugerah".

Kesulitan dan masalah yang sama "menimpa" terjemahan-terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Inggris (dan bahasa apa saja). Perhatikan saja contoh-contohnya dibawah ini:

And he came to her and said, "Greetings, favoured one! The Lord is with you!" [New Revised Standard Version]. And coming to her, he said, "Hail, favoured one! The Lord is with you!" [New American Bible]. And the angel came in unto her, and said, Hail, thou that art highly favored, the Lord is with thee [King James Version] And having come in, the angel said to her, "Rejoice, highly favoured one, the Lord is with you [New King James Version]. On entering her home he said, "Greeting, highly favoured one! The Lord be with you." [The Original New Testament, H.J. Schonfield].

Apakah lewat cara seseorang menerjemahkan teks asli Kitab Suci, teks itu dapat berubah maknanya? Jelas! Itulah masalah dan sekaligus bahaya besar. Jadi, masalahnya utama bukan bagaimana persisnya suatu teks dialihbahasakan, melainkan apakah terjemahannya tetap setia pada makna aslinya.

Supaya para pembaca Katolik tidak perlu khawatir, terjemahan yang tidak menyimpang dari makna aslinya (biarpun belum tentu terbaik dan tanpa kesalahan kecil-kecil!) biasanya diberi Nihil obstat, artinya penjelasan bahwa terjemahan bersangkutan bebas dari penyimpangan teologis, serta Imprimatur, artinya izin untuk dicetak.

Apakah dengan demikian terjemahan-terjemahan lain tidak boleh dibaca? Oh, bukan demikian! Manusia bebas membaca terjemahan Kitab Suci apa saja. Malah dianjurkan agar pembaca Kitab Suci (khususnya kelompok-kelompok pendalaman Kitab Suci) jangan membatasi diri pada satu terjemahan saja. Sebab dengan berpegang secara kaku pada satu jenis terjemahan saja, secara sadar atau tidak sadar pembaca akhirnya cenderung memutlakkan terjemahan itu saja. Dengan memutlakkan apa saja, manusia biasanya terperangkap dalam sikap fanatisme, sedangkan fanatisme dalam bidang keagamaan sangat berbahaya.

Dengan memberi Imprimatur dan Nihil obstat pada suatu terjemahan Kitab Suci, Gereja hanya menyatakan bahwa terjemahan itu boleh dibaca oleh umat Katolik dengan tenang. Sebab terjemahan itu sudah diperiksa berkali-kali oleh para ahli bahasa maupun ahli-ahli teologi. Namun bila pada suatu edisi Kitab Suci Imprimatur itu tidak ada, ini bukan artinya bahwa isinya dengan sendirinya tidak benar! Kitab Suci tidak diterbitkan oleh umat Katolik saja, melainkan juga dan mungkin terutama oleh umat Protestan. Dalam garis besar dapat dipastikan bahwa benarnya terjemahan Kitab Suci yang dikerjakan oleh Gereja-gereja Kristen apa saja (dan bukan oleh kelompok-kelompok kecil tertentu saja) tidak usah diragu-ragukan. Lebih-lebih bila terjemahannya sudah dikenal umum.