Sejarah Alkitab Indonesia

Sejarah Penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Melayu/Indonesia

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
k (1 revisi)

Revisi per 13:26, 20 Mei 2011

Mengenal Alkitab Anda
Sejarah Alkitab di Indonesia



"Tak kenal maka tak sayang!" demikian kata orang. Hal ini juga berlaku dengan terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu / Indonesia. Banyak orang menduga yang disebut Terjemahan Lama adalah terjemahan yang paling lama dan tertua, sedang Terjemahan Baru adalah terjemahan mutakhir dan yang paling baru. Kedua anggapan itu keliru. Marilah kita mempelajari selayang pandang sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia agar kita makin mengenal dan menyayangi terjemahan Alkitab yang kita miliki.


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
kembali ke atas

H. Perjanjian Baru Bahasa Melayu Baba

Salah satu kelompok pemakai bahasa Melayu di Semenanjung Malaka adalah keturunan Cina yang sudah turun temurun tinggal di sana dan tidak lagi memakai bahasa leluhurnya, bahkan sudah kawin mawin dengan penduduk setempat. Kelompok ini disebut 'baba dan nyonya'. Bahasa percakapan baba dan nyonya di Singapura, Malaka dan Pulau Penang ini dikenal sebagai ragam Melayu Baba. Menyadari kebutuhan penutur bahasa Melayu ragam khusus ini, seorang misionaris Presbiterian yang bernama Nona McMahone menerjemahkan Buku Matius dalam bahasa Melayu Baba. Demikian juga pada tahun 1907, William Girdlestone Shellabear menyetujui permintaan untuk mengusahakan terjemahan Perjanjian Baru kedalam bahasa Melayu Baba. Dalam tugasnya ini Shellabear dibantu oleh Chew Chin Yong, dan Suleiman seorang guru pada Sekolah Guru (Normaalschool) di Malaka. Tiga tahun sebelum itu Shellabear dengan Tan Cheng Poh menerjemahkan cerita "Perjalanan Seorang Musafir" dalam bahasa Melayu Baba. Terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu Baba diterbitkan pada yahun 1913 oleh Penerbit Metodis atas pembiayaan dari Lembaga Alkitab Inggris (BFBS). Dan dari sebuah artikel yang dimuat di Surat Kabar "The Straight Times" pada tanggal 3 Desember 1977 kita mengetahui bahwa terjemahan ini telah dipakai secara luas oleh tiga generasi baba nyonya di singapura, Malaka dan Penang. Kanon terjemahan ini sempat populer di salah satu jemaat peranakan di Jakarta.

Inilah "Doa Bapa Kami" dalam terjemahan bahasa Melayu Baba :
(Perhatikan sistem ejaan yang dipakai dalam terjemahan ini. Yang diajarkan di sekolah-sekolah misi pada masa itu : bri, ttapi, dngan, kpala karena dalam aksara Arab/Jawi ditulis itu; sedangkan di sekolah-sekolah pemerintah dipakai sistem beri, tetapi dengan, kepala. Mula-mula kedua sistem itu sama-sama dipakai, tetapi akhirnya sistem sekolah pemerintah yang menjadi ejaan baku.)

(8)

"Ya Bapa kami yang di shorga,
biar-lah nama-mu di-kuduskan.
Datang-lah kerajaan-mu.
Jadi-lah kahandak-mu,
sperti di shorga bgitu juga di atas bumi.
Bri-lah sama kami ini hari makanan kami yang s-hari-s-hari.
Dan ampunkan-lah hutang-hutang kami,
sperti kami sudah ampunkan orang yang berhutang sama kami.
Jangan-lah bawa kami masok dalam pnchoba'an,
ttapi lpaskan-lah kami deri-pada yang jahat."

(Injil Matius - Kitab Perjanjian Bharu, Methodist Publishing House Singapura kerna British and Foreign Bible Society, 1913 - terjemahan W. G. Shellabear dalam bahasa Melayu Baba).

Minat Shellabear pada bahasa dan kesusastraan Melayu sangat mendalam, selain menerjemahkan Alkitab, ia banyak menulis buku dan puisi dalam bahasa Melayu. Ia juga menulis Sejarah Gerakan Metodis, dan menyadur Injil dalam bentuk syair. Karena alasan kesehatan, ia terpaksa pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1916. Shellabear menjadi dosen di Universitas Drew, kemudian di Kennedy School of Mission. Ia meninggal dunia pada tahun 1947.