Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Baris 1: | Baris 1: | ||
- | {{ | + | {{{Kanan|{{Mengenal Alkitab Anda}}|{{Sejarah Alkitab di Indonesia}}}}} |
"Tak kenal maka tak sayang!" demikian kata orang. Hal ini juga berlaku dengan terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu / Indonesia. Banyak orang menduga yang disebut Terjemahan Lama adalah terjemahan yang paling lama dan tertua, sedang Terjemahan Baru adalah terjemahan mutakhir dan yang paling baru. Kedua anggapan itu keliru. Marilah kita mempelajari selayang pandang sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia agar kita makin mengenal dan menyayangi terjemahan Alkitab yang kita miliki. | "Tak kenal maka tak sayang!" demikian kata orang. Hal ini juga berlaku dengan terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu / Indonesia. Banyak orang menduga yang disebut Terjemahan Lama adalah terjemahan yang paling lama dan tertua, sedang Terjemahan Baru adalah terjemahan mutakhir dan yang paling baru. Kedua anggapan itu keliru. Marilah kita mempelajari selayang pandang sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia agar kita makin mengenal dan menyayangi terjemahan Alkitab yang kita miliki. | ||
Revisi per 13:34, 20 Mei 2011
"Tak kenal maka tak sayang!" demikian kata orang. Hal ini juga berlaku dengan terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu / Indonesia. Banyak orang menduga yang disebut Terjemahan Lama adalah terjemahan yang paling lama dan tertua, sedang Terjemahan Baru adalah terjemahan mutakhir dan yang paling baru. Kedua anggapan itu keliru. Marilah kita mempelajari selayang pandang sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu/Indonesia agar kita makin mengenal dan menyayangi terjemahan Alkitab yang kita miliki.
A. Matius Terjemahan Ruyl
Pada tahun 1600, enam tahun setelah kapal Belanda yang pertama berangkat ke Indonesia, berlayarlah seorang awam yang bertugas sebagai pedagang Kompeni bernama Albert Conelisz Ruyl ke tanah air kita yang dulu disebut Hindia Belanda. Setelah mempelajari bahasa Melayu, ia mulai menerjemahkan Injil Matius. Memang sejak Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7, bahasa Melayu sudah umum dipakai sebagai bahasa pengantar dan bahasa perdagangan bukan saja di kepulauan Indonesia, tetapi juga di Semenanjung Malaka bahkan sampai ke Filipina. Ruyl selesai menerjemahkan Injil Matius pada tahun 1612, berarti hanya satu tahun setelah Alkitab bahasa Inggris the King James Version diterbitkan. Terjemahan ini kemudian dicetak oleh Jan Jacobiz Palenstein di Enkhuizen, Belanda pada tahun 1629. Terbitan ini merupakan terbitan dwibahasa (diglot), jadi pada satu sisi dicetak teks bahasa Melayu dan didampinggi oleh teks paralelnya dalam bahasa Belanda pada sisi yang lain.
Ternyata terjemahan Injil Matius yang pertama dalam bahasa Melayu ini merupakan tonggak sejarah yang tidak akan terlupakan, karena inilah pertama kalinya suatu bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam satu bahasa yang bukan bahasa Eropa dalam rangka pekabaran Injil. Lembaga Alkitab Inggris (The British and Foreign Bible Society) dan Perserikatan Lembaga-Lembaga Alkitab sedunia (United Bible societies) mencatat peristiwa bersejarah ini sebagai berikut :
"Injil Matius dalam bahasa Melayu yang dicetak pada tahun 1629 merupakan peristiwa yang penting, sebab inilah terjemahan dan terbitan bagian Alkitab yang pertama dalam bahasa non-Eropa untuk kepentingan penginjilan."
Seyogianyalah umat Kristiani mensyukuri berkat ini, karena terjemahan Matius oleh Ruyl yang disiapkan di bumi Nusantara ini telah menjadi awal yang tidak terduga.
Hasil jerih payah Ruyl (1629) yang langka ini sekarang disimpan di Wurttembergische Landesbibliothek di Stuttgart, Jerman, dan di British Museum di London, Inggris. Pada bagian akhir dari terbitan ini dimuat juga Sepuluh Perintah Allah, Nyanyian Zakharia, Nyanyian Malaikat, Nyanyian Maria, Nyanyian Simeon, pengakuan Imam Rasuli, beberapa petikan Mazmur, Doa Bapa Kami, dan beberapa doa lain.
Agar kita dapat mengikuti dan membandingkan perkembangan penerjemahan dari masa ke masa, marilah kita menyimak bagaimana "Doa Bapa Kami" (Matius 6:9-13) diterjemahkan dalam bahasa Melayu/Indonesia sejak 1629 hingga kini :
(1) |
"Bappa kita, jang berdudok kadalam surga : |
(Het H. Euangelium Beschreven Door Mattheum - Euangelium Ulkadus bersuratnja kapada Mattheum - dicetak oleh Jan Jacobsz Palestein di Enkhuizen, 1629 - terjemahan A.C Ruyl).
Terjemahan Ruyl berikutnya adalah Buku Markus yang diterbitkan bersama Buku Matius pada tahun 1638, juga dalam bentuk dwibahasa Belanda dan Melayu. Seorang pegawai Kompeni lainnya bernama Jan Van Hasel menerjemahkan Buku Lukas dan Buku Yohanes ke dalam bahasa Melayu, sedangkan Kisah Rasul-rasul diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Justus Heurnius seorang pendeta di Batavia. Matius dan Markus terjemahan Ruyl, beserta Lukas dan Yohanes terjemahan van Hasel kemudian direvisi oleh Pdt. Heurnius berdasarkan naskah bahasa Yunaninya. Lalu ke-4 Injil itu digabung dengan Kisah Rasul-rasul terjemahannya sendiri dan dicetak di Amsterdam sebagai "4 Injil dan Kisah Rasul-rasul" di Amsterdam pada tahun 1651, juga dalam bentuk dwibahasa Belanda dan Melayu. Buku 4 Injil dan Kisah Rasul-rasul (1651) ini sekarang disimpan antara lain di Perpustakaan Universitas Amsterdam Di Amsterdam, Belanda, dan di Perpustakaan Universitas Cambdrige di Cambridge, Inggris. Perpustakaan Universitas Amsterdam juga menyimpan Matius dan Markus terbitan tahun 1638.
Selain menerjemahankan Buku Lukas, Yohanes dan Kisah Rasul-rasul di atas, Jan Van Hasel dan Justus Heurnius juga menerjemahkan Buku Mazmur yang diterbitkan pada tahun 1652.