Sejarah Alkitab Indonesia

Perjanjian Baru Terjemahan Gereja Roma Katolik

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 
Baris 3: Baris 3:
Sementara Gereja-gereja kristiani Protestan mengusahakan satu Alkitab terjemahan baru melalui Lembaga Alkitab Indonesia, pihak Gereja Roma Katolik juga mengupayakan satu terjemahan baru. Terjemahan yang diberi judul Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterdjemahkan menurut naskah-naskah Junani ini diprakarsai dan ditangani sepenuhnya oleh Gereja Roma Katolik. Penerjemahan adalah Pastor J. Bouma, SVD. Edisi Perjanjian Baru ini diterbitkan oleh Penerbit Arnoldus Ende, Flores pada tahun 1964 dan direvisi pada tahun 1968. Penerjemahan bagian Perjanjian Lama dikerjakan oleh Pater Cletus Groenen dan kawan-kawan. Tetapi proyek penerjemahan Perjanjian Lamanya akhirnya dihentikan pada tahun 1968, yaitu pada saat pihak Gereja Roma Katolik sepakat untuk mengusahakan penerjemahannya melalui Lembaga Alkitab Indonesia.
Sementara Gereja-gereja kristiani Protestan mengusahakan satu Alkitab terjemahan baru melalui Lembaga Alkitab Indonesia, pihak Gereja Roma Katolik juga mengupayakan satu terjemahan baru. Terjemahan yang diberi judul Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterdjemahkan menurut naskah-naskah Junani ini diprakarsai dan ditangani sepenuhnya oleh Gereja Roma Katolik. Penerjemahan adalah Pastor J. Bouma, SVD. Edisi Perjanjian Baru ini diterbitkan oleh Penerbit Arnoldus Ende, Flores pada tahun 1964 dan direvisi pada tahun 1968. Penerjemahan bagian Perjanjian Lama dikerjakan oleh Pater Cletus Groenen dan kawan-kawan. Tetapi proyek penerjemahan Perjanjian Lamanya akhirnya dihentikan pada tahun 1968, yaitu pada saat pihak Gereja Roma Katolik sepakat untuk mengusahakan penerjemahannya melalui Lembaga Alkitab Indonesia.
-
Inilah "'''Doa Bapa Kami'''" dalam '''Injil terbitan Arnoldus, Ende''' :
+
Inilah "'''Doa Bapa Kami'''" dalam '''Injil terbitan Arnoldus, Ende''':
-
{|
+
{{poem|Bapa kami jang di Surga,<br /> Dikuduskanlah NamaMu,<br /> Datanglah KeradjaanMu,<br /> djadilah kehendakMu diatas bumi seperti didalam Surga.<br /> Berilah rezeji jang kami perlu hari ini, <br /> Hapuskanlah utang kami<br /> seperti kami telah menghapus utang orang terhadap kami;<br /> djanganlah masukkan kami kedalam pertjobaan, tetapi bebaskanlah<br /> kami dari jang djahat.}}
-
| valign="top" | <font color="#000000">(10)</font>
+
-
|
+
-
<font color="#000000"> "Bapa kami jang di Surga,<br /> Dikuduskanlah NamaMu,<br /> Datanglah KeradjaanMu,<br /> djadilah kehendakMu diatas bumi seperti didalam Surga.<br /> Berilah rezeji jang kami perlu hari ini, <br /> Hapuskanlah utang kami<br /> seperti kami telah menghapus utang orang terhadap kami;<br /> djanganlah masukkan kami kedalam pertjobaan, tetapi bebaskanlah<br /> kami dari jang djahat.</font>
+
-
|}
+
-
(''Injil Jesus Kristus Karangan Mateus'' - Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterjemahkan menurut naskah-naskah Junani, Arnoldus, Ende 1964).
+
:(''Injil Jesus Kristus Karangan Mateus'' - Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterjemahkan menurut naskah-naskah Junani, Arnoldus, Ende 1964).
aan pemerintahan kolonial, lahirlah bahasa-bahasa nasional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Perkembangan bahasa-bahasa nasional yang pesat ini membuat terjemahan Alkitab yang lama semakin jauh tertinggal. Perubahan situasi politik, sosial, budaya dan keagamaan menurut terjemahan Alkitab yang lebih memadai, yaitu lebih sesuai dengan keadaan yang baru. Sebagai contoh, sebelum kemerdekaan kata "jajahan" berarti "daerah, wilayah" ("...Betlehem, di jajahan Tudea" - Luk. 2:4 Bode/TL), tetapi sekarang "jajahan" mempunyai konotasi negatif "negara yang dijajah oleh penjajah". Perbedaan pemakaian istilah di Indonesia dan di Malaysia juga perlu dipertimbangkan, contohnya "Karena dengan percuma kamu dapat, berikanlah juga dengan percuma" - Mat. 10:8 Bode/TL. Dalam bahasa Malaysia "percuma" sama artinya dengan "cuma-cuma" dalam bahasa Indonesia; sedang dalam bahasa kata "percuma" artinya "sia-sia, tidak berguna". Jadi, ayat tersebut dalam terjemahan Bode masih dimengerti di Malaysia, tetapi di Indonesia justru menimbulkan salah pengertian yang fatal.
aan pemerintahan kolonial, lahirlah bahasa-bahasa nasional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Perkembangan bahasa-bahasa nasional yang pesat ini membuat terjemahan Alkitab yang lama semakin jauh tertinggal. Perubahan situasi politik, sosial, budaya dan keagamaan menurut terjemahan Alkitab yang lebih memadai, yaitu lebih sesuai dengan keadaan yang baru. Sebagai contoh, sebelum kemerdekaan kata "jajahan" berarti "daerah, wilayah" ("...Betlehem, di jajahan Tudea" - Luk. 2:4 Bode/TL), tetapi sekarang "jajahan" mempunyai konotasi negatif "negara yang dijajah oleh penjajah". Perbedaan pemakaian istilah di Indonesia dan di Malaysia juga perlu dipertimbangkan, contohnya "Karena dengan percuma kamu dapat, berikanlah juga dengan percuma" - Mat. 10:8 Bode/TL. Dalam bahasa Malaysia "percuma" sama artinya dengan "cuma-cuma" dalam bahasa Indonesia; sedang dalam bahasa kata "percuma" artinya "sia-sia, tidak berguna". Jadi, ayat tersebut dalam terjemahan Bode masih dimengerti di Malaysia, tetapi di Indonesia justru menimbulkan salah pengertian yang fatal.
Baris 17: Baris 13:
Terjemahan yang baru jelas dibutuhkan, hal itu tidak dapat ditawar. Tetapi sementara terjemahan yang baru diusahakan, bagaimanakah kebutuhan alkitab umat Kristiani yang hidup di negara yang baru merdeka itu dapat dipenuhi? Untuk memenuhi kebutuhan sementara, Lembaga Alkitab Indonesia memutuskan untuk menerbitkan terbitan darurat, yaitu gabungan Perjanjian Lama Klinkert (1879) dan Perjanjian Baru Bode (1938). Alkitab yang dicetak pada tahun 1958 inilah yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Lama. Jadi sebenarnya Terjemahan Lama ini bukanlah terjemahan yang paling lama, paling tua atau paling asli, sebab baik Perjanjian Lama Klinkert (1879) maupun Perjanjian Baru Bode (1938) sudah merupakan usaha perbaikan/revisi yang kesekian kalinya.
Terjemahan yang baru jelas dibutuhkan, hal itu tidak dapat ditawar. Tetapi sementara terjemahan yang baru diusahakan, bagaimanakah kebutuhan alkitab umat Kristiani yang hidup di negara yang baru merdeka itu dapat dipenuhi? Untuk memenuhi kebutuhan sementara, Lembaga Alkitab Indonesia memutuskan untuk menerbitkan terbitan darurat, yaitu gabungan Perjanjian Lama Klinkert (1879) dan Perjanjian Baru Bode (1938). Alkitab yang dicetak pada tahun 1958 inilah yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Lama. Jadi sebenarnya Terjemahan Lama ini bukanlah terjemahan yang paling lama, paling tua atau paling asli, sebab baik Perjanjian Lama Klinkert (1879) maupun Perjanjian Baru Bode (1938) sudah merupakan usaha perbaikan/revisi yang kesekian kalinya.
-
Untuk keterangan selengkapnya, silahkan membaca lampiran surat pengantar pada '''Alkitab Bahasa Indonesia (Terjemahan Lama) terbitan tahun 1958''' dalam ejaan aslinya:
+
Untuk keterangan selengkapnya, silahkan membaca lampiran surat pengantar pada '''Alkitab Bahasa Indonesia (Terjemahan Lama) terbitan tahun 1958''' dalam artikel [[artikel/sejarah_penerjemahan_alkitab_bahasa_melayu_indonesia_peralihan.htm|Terjemahan Alkitab dalam Masa Peralihan]]
-
 
+
-
<blockquote>'' "Salam sedjahtera. Dengan perasaan sjukur kepada Tuhan, kami menjampaikan kepada Saudara sebuah Alkitab jang berisikan Perdjandjian Lama dan Perdjandjian Baharoe bersama-sama. Sajang sekali Perdjandjian Lama terbitan ini masih terdjemahan dahulu jaitu oleh Dr. H.C. Klinkert pada tahun 1879, dan Perdjandjian Baharu terdjemahan Ds. W.A. Bode, tahun 1938; dan bahagian ini sampai sekarang diterbitkan dalam dua buku oleh karena bahasa jang satu berbeda lebih dari 50 tahun dari pada jang lain. Apakah sebabnja sekarang Alkitab diterbitkan dalam bentuk sedemikian ini ? Alasan jang terutama ialah karena dewasa ini banjak orang sangat rindu memiliki Alkitab seluruhnja, jang memuat baik Perdjandjian Lama jang lazim dipergunakan ialah Perdjandjian Lama terdjemahan Klinkert dan Perdjandjian Baharu Bode, maka untuk memenuhi permintaan banjak orang itu, diterbitkan Alkitab dalam bentuk ini. Alasan jang kedua ialah karena terdjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia "modern" itu belum selesai. Seperti maklum, sedjak tahun 1952 suatu Komisi Penterdjemahan telah mulai menterdjemahkan seluruh Alkitab kedalam Bahasa Indonesia sekarang. Pekerdjaan ini memerlukan waktu kira-kira sepuluh tahun. Mengingat akan alasan-alasan tersebut diatas ini, maka terpaksalah kami menerbitkan Alkitab dalam bentuk jang kurang lazim ini. tidak perlu kami uraikan pandjang lebar disini, bahwa penerbitan Alkitab ini bersifat darurat. Walaupun demikian kami menaruh harap dengan penerbitan ini dapatlah dipenuhi kerinduan mereka jang memerlukan terbitan Alkitab, jang memuat bahagian itu bersama-sama. Edjaan dalam terbitan ini telah disesuaikan dengan edjaan jang lazim sekarang. Kami berharap semoga dengan pertolongan Tuhan pada waktuNja kami akan menerbitkan pula seluruh Alkitab jang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia jang lebih baik dan sempurna. Achirnya kami berdoa kiranja perdjalanan Alkitab dalam bentuk ini djuga akan diberkati oleh Tuhan. Bapa kita dalam Jesus Kristus, serta akan senantiasa diiringi oleh Roh Kudus. LEMBAGA ALKITAB INDONESIA." ''</blockquote>
+
{{Mengenal Alkitab Anda|footer}}
{{Mengenal Alkitab Anda|footer}}
{{DISPLAYTITLE:Perjanjian Baru Terjemahan Gereja Roma Katolik}}
{{DISPLAYTITLE:Perjanjian Baru Terjemahan Gereja Roma Katolik}}

Revisi terkini pada 15:04, 18 Juli 2011

Mengenal Alkitab Anda
Sejarah Alkitab di Indonesia



Sementara Gereja-gereja kristiani Protestan mengusahakan satu Alkitab terjemahan baru melalui Lembaga Alkitab Indonesia, pihak Gereja Roma Katolik juga mengupayakan satu terjemahan baru. Terjemahan yang diberi judul Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterdjemahkan menurut naskah-naskah Junani ini diprakarsai dan ditangani sepenuhnya oleh Gereja Roma Katolik. Penerjemahan adalah Pastor J. Bouma, SVD. Edisi Perjanjian Baru ini diterbitkan oleh Penerbit Arnoldus Ende, Flores pada tahun 1964 dan direvisi pada tahun 1968. Penerjemahan bagian Perjanjian Lama dikerjakan oleh Pater Cletus Groenen dan kawan-kawan. Tetapi proyek penerjemahan Perjanjian Lamanya akhirnya dihentikan pada tahun 1968, yaitu pada saat pihak Gereja Roma Katolik sepakat untuk mengusahakan penerjemahannya melalui Lembaga Alkitab Indonesia.

Inilah "Doa Bapa Kami" dalam Injil terbitan Arnoldus, Ende:

Bapa kami jang di Surga,
Dikuduskanlah NamaMu,
Datanglah KeradjaanMu,
djadilah kehendakMu diatas bumi seperti didalam Surga.
Berilah rezeji jang kami perlu hari ini,
Hapuskanlah utang kami
seperti kami telah menghapus utang orang terhadap kami;
djanganlah masukkan kami kedalam pertjobaan, tetapi bebaskanlah
kami dari jang djahat.

(Injil Jesus Kristus Karangan Mateus - Indjil - Kabar Gembira Jesus Kristus: Kitab Kudus Perdjandjian Baru diterjemahkan menurut naskah-naskah Junani, Arnoldus, Ende 1964).

aan pemerintahan kolonial, lahirlah bahasa-bahasa nasional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Perkembangan bahasa-bahasa nasional yang pesat ini membuat terjemahan Alkitab yang lama semakin jauh tertinggal. Perubahan situasi politik, sosial, budaya dan keagamaan menurut terjemahan Alkitab yang lebih memadai, yaitu lebih sesuai dengan keadaan yang baru. Sebagai contoh, sebelum kemerdekaan kata "jajahan" berarti "daerah, wilayah" ("...Betlehem, di jajahan Tudea" - Luk. 2:4 Bode/TL), tetapi sekarang "jajahan" mempunyai konotasi negatif "negara yang dijajah oleh penjajah". Perbedaan pemakaian istilah di Indonesia dan di Malaysia juga perlu dipertimbangkan, contohnya "Karena dengan percuma kamu dapat, berikanlah juga dengan percuma" - Mat. 10:8 Bode/TL. Dalam bahasa Malaysia "percuma" sama artinya dengan "cuma-cuma" dalam bahasa Indonesia; sedang dalam bahasa kata "percuma" artinya "sia-sia, tidak berguna". Jadi, ayat tersebut dalam terjemahan Bode masih dimengerti di Malaysia, tetapi di Indonesia justru menimbulkan salah pengertian yang fatal.

Terjemahan yang baru jelas dibutuhkan, hal itu tidak dapat ditawar. Tetapi sementara terjemahan yang baru diusahakan, bagaimanakah kebutuhan alkitab umat Kristiani yang hidup di negara yang baru merdeka itu dapat dipenuhi? Untuk memenuhi kebutuhan sementara, Lembaga Alkitab Indonesia memutuskan untuk menerbitkan terbitan darurat, yaitu gabungan Perjanjian Lama Klinkert (1879) dan Perjanjian Baru Bode (1938). Alkitab yang dicetak pada tahun 1958 inilah yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Lama. Jadi sebenarnya Terjemahan Lama ini bukanlah terjemahan yang paling lama, paling tua atau paling asli, sebab baik Perjanjian Lama Klinkert (1879) maupun Perjanjian Baru Bode (1938) sudah merupakan usaha perbaikan/revisi yang kesekian kalinya.

Untuk keterangan selengkapnya, silahkan membaca lampiran surat pengantar pada Alkitab Bahasa Indonesia (Terjemahan Lama) terbitan tahun 1958 dalam artikel Terjemahan Alkitab dalam Masa Peralihan


Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
kembali ke atas