Sejarah Alkitab Indonesia

artikel/tinjauan pendahuluan kitab kudus dalam sejarah penyelamatan.htm

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari

Tentang Kitab Kudus Umumnya

  1. Apakah Kitab Kudus itu ?
    Kitab mulai merumuskan: Kitab Kudus adalah Wahyu Allah jang tertulis dan jang meriwajatkan djalan penjelamatan. Wahyu Allah meliputi segala pernjataan, baik jang berupa sabda, maupun jang berupa tanda-tanda dan tindakan-tindakan, jang bertudjuan membawa umat manusia kepada keselamatan abadi.
  2. Apakah Keselamatan Abadi Itu ?
    Jang kita namakan keselamatan abadi adalah tudjuan hidup jang ditentukan Allah bagi umat manusia, ketika Ia memutuskan untuk mentjiptanja. Dan setjara agak samar-samar Allah telah menjatakan tudjuanNja itu malah telah mendjandjikan atau memberikannja kepada manusia pertama djuga. Apa jang ditjeritakan dalam ketiga fasal pertama dari Kitab Kudus tentang hidup manusia pertama dalam firdaus, memberi kesan bahwa hidup itu bahagian semata-mata, dalam hubungan erat-mesra sekali dengan Allah, dan dalam seluruh keadaan firdaous sebagaimana digambarkan dalam tjerita tersebut.Telah didjandjikan oleh Allah kepada Adam, bahwa ia tidak akan mati kalau ia memenuhi sjarat-sjarat tertentu. Bahwa ia tidak akan mati, berarti, bahwa hidup jang ketika itu ada padanja dilandjutkan untuk selama-lamanja, djadi adalah hidup abadi.Njata sekali bahwa jang dimaksudkan bukan hidup tubuh djasmani jang serba kodrat. Hidup abadi itu melebihi keadaan kodrat. sifat atau wudjud hidup itu jang lain tak dapat disimpulkan dari tjeritera firdaus tersebut.Kita tahu bahwa manusia pertama itu tidak memenuhi sjarat-sjarat jang ditentukan baginja, melainkan melanggar ketentuan-ketentuan Allah, dan sebab itu Allah terpaksa menarik kembali djandjiNja, sehingga hidup abadi itu hilang bagi Adam dan seluruh kaum turunannja.
  3. Rentjana Allah Untuk Memulihkan Keadaan Hidup Abadi Bagi Umat Manusia.
    Tudjuan Allah dalam mentjiptakan bangsa manusia seakan-akan telah gagal oleh dosa. Tetapi itu sebenarnja mustahil. Allah tahu mentjapai maksudnja dengan djalan jang lain, manapun djuga. Dan segera ditetapkan Allah rentjanaNja bagaimana mengadakan djalan lain, jaitu suatu djalan untuk membebaskan pula manusia dari dosanja, dan mengadakan kemungkinan untuk akan menganugerahinja hidup abadi kembali.Rentjana Allah itu kita sebut "rentjana penjelamatan". Djalan melaksanakan rentjana itu kita namakan "djalan penjelamatan". Tudjuan disebut "keselamatan abadi".Seluruh penjelenggaraan Allah sepandjang segala abad, untuk mempersiapkan dan achirnja mewudjudkan keselamatan itu kita namakan "Sedjarah penjelamatan".Sedjarah inilah jang diriwajatkan dalam Kitab Kudus, halaman demi halaman.
  4. Apakah Hakekatnja Keselamatan Abadi Itu?
    Apakah inti dan wudjud hidup abadi jang sebenarnja, baru dinjatakan dalam Perdjandjian Baru. Sampai waktu itu dengan samar-samar sadja. Dari Joh. 3:3 kita tahu, bahwa hidup abadi itu diperoleh dengan "lahir baru". Hidup lama jang kodrati itu tetap tinggal, tetapi ditambahi dengan suatu hidup baru, mendjadi senjawa dengannja. Manusia jang "pertjaja" dianugerahi suatu kelahiran baru demikian rupa, sehingga dia diangkat mendjadi "Anak Allah" (Joh. 1:12), dalam arti bahwa ia mendapat dan tetap mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri. Diterangkan bahwa manusia jang lahir baru itu "lahir dari dalam Allah" (Joh. 1:13)" dari air dan Roh (Jo. 3:6), maksudnja dengan menerima Permandian, sampai ia "disebut dan benar-benar adalah anak Allah (1 Jon. 1:1-2; 3:1).Paulus menerangkan pula dalam Rom 8:17: "Kalau anak, maka ahliwaris djuga, jaitu ahliwaris Allah seahliwaris dengan Kristus". Dan bukankah "mendjadi ahliwaris Allah", berarti mendapat bagian dalam kekudusan dan achirnja dalam kemuliaan dan kebahagiaan Ilahi jang abadi.

Wahju Allah dan Djalan Penjelamatan dalam Perdjandjian Lama

  1. Zaman Para Bapak - Bangsa
    Dapat diherankan mengapa Allah begitu lama, jaitu puluhan abad lamanja atau lebih lagi, menunggu sampai Ia mulai melaksanakan rentjana penjelamatan itu. Hal itu memang tetap tinggal misteri Ilahi, jaitu rahasia Allah jang tersembunji bagi kita. Bdl. Ef. 1:9-10; 3:9-11; Kol. 1:25-27.Tetapi kalau kita perhatikan keagungan martabat manusia jang ditebus dan mendjadi anak Allah, seperti telah diuraikan diatas tadi, dan kalau dalam pada itu kita ingat taraf rendah kebudajaan dan ketjerdasan rohani manusia prasedjarah, dan taraf keagamaan dan kesusilaan sampai dizaman Abraham, maka dapat kita bajangkan betapa perlunja manusia harus dididik dahulu, sampai sanggup menilaikan ketinggian dan keluhuran martabat keputeraan Allah tersebut dan hidup tjukup sutji sesuai dengannja.Pendidikan itu mulai diberikan setjara njata dengan wahju Allah kepada Abraham dan dengan mementjilkannja dari lingkungan-lingkungan kaum kafir. Itu baru terdjadi kira-kira 19 abad sebelum Kristus.Allah menjatakan Diri kepada Abraham sebagai Allah jang benar dan Mahaesa, mendjandjikan kepadanja "Kanaan" sebagai tempat kediaman bagi dirinja dan kaum keturunannja. Ia berdjandji kepadanja, bahwa ia akan mendjadi bapak asal suatu bangsa besar; djumlah djiwanja tak terhitung seperti bintang-bintang dilangit, bidji-bidji debu bumi dan butir-butir pasir dipantai laut.Abraham pertjaja dan sebab itu Allah memberkatinja dan Abraham tetap setia dengan sepenuh-penuhnja kepada Allah.Dan Allah mewahjukan kepada Abraham pula, bahwa semua bangsa manusia didunia akan diberkati didalamnja. Baik batjalah Buku "Kedjadian" bab 12 sampai 17.Kata "diberkati" tentu tak lain artinja daripada bahwa semua bangsa akan memperoleh suatu kehidupan jang makmur dan bahagia. Dan bahwa disini dimaksudkan suatu kehidupan rohani dan keselamatan abadi, itu sangat terang dari Gal. 3:6-9 dan Rom. 9:7-8.Djadi dengan terpanggilnja Abraham dan karena ketaatan Abraham, sudah terbukalah sedjarah wahju Allah dan djalan penjelamatan jang adalah djalan penjelamatan bagi kita djuga. Tetapi baik kalau disini sudah kita perhatikan, bahwa djalan penjelamatan sepandjang Perdjandjian Lama tak pernah melewati taraf persiapan dan pendidikan pendahuluan, sedangkan keselamatan abadi baru diwudjudkan dalam Perdjandjian Baru. Namun meski demikian, mungkin bahwa orang-oang saleh dalam Perdjandjian Lama sudah dianugerahi hidup abadi itu djuga, demi kurban Jesus disalib, jang kedjadiannja dalam sedjarah memang hanja satu kali sadja, tetapi bagi Allah hadir dari kekal dengan segala djasanja.Wahju dan djandji-djandji Allah kepada Abraham diulangi lagi kepada puteranja Isaak dan tjutjunja Jakub; dan wahju sebagai penjelenggaraan Allah tetap dilandjutkan untuk memelihara dan melindungi mereka beserta para turunannja setjara istimewa. Mereka tetap setia dalam kepertjajaan dan ketaatannja kepada Allah dan membakti serta beribadat kepadaNja setjara sederhana.
  2. Terbentuknja Umat Israel
    Kira-kira sekitar tahun 1700, putera-putera Jakub berpindah ke Mesir. Kaum keturunan mereka lalu menetap disitu kira-kira 400 tahun lamanja. Tidak ada berita bahwa Allah sepandjang waktu itu memberikan wahju jang istimewa kepada mereka. Tetapi penjelenggaraan Allah jang istimewa berdjalan terus. Tentu sambil mengingat akan djandji-djandji kepada Abraham. Mereka berkembang pesat mendjadi bangsa besar jang kukuh bersatu. Tentu kepertjajaan mereka akan Allah tidak hilang dan ketjerdasan umum dan kebudajaan agak naik karena pengaruh kebudajaan Mesir. hal ini njata sekali pada pribadi Moses.Perlakuan baik jang mereka nikmati pada permulaan berkat djasa-djasa-djasa Josep, lama-kelamaan diganti dengan perbudakan jang berat dan hina. Achirnja Allah mulai bertindak membebaskan mereka dari perhambaan itu setjara tegas dan adjaib.Dengan itu mulailah tahap jang kedua dari wahju Allah dalam melakukan rentjana penjelamatan, dan segera setjara djauh lebih luas dan pada taraf jang djauh lebih tinggi daripada dalam tahap pertama jaitu zaman para bapak-bangsa. Allah seolah-olah agak njata "hidup" diantara mereka dan memimpin serta memelihara mereka setjara istimewa, dengan tjinta kebapakan jang sangat mesra. Ia berulang-ulang berbitjara kepada mereka dengan perantaraan Moses, menjatakan rentjana-rentjana dan kehendakNja, menegur dan menghibur, menentukan bagi mereka upatjara ibadah jang luhur dan mulai, mengatur hidup kemasjarakatan mereka supaja tenteram dan sentosa, dan sebagai mahkotanja achirnja menetapkan dengan mereka perdjandjianNja, jang membuat mereka mendjadi "Umat Allah jang terpilih" jang dinamakan "Umat Israel".Perdjandjian jang puluhan tahun lamanja digurun pasir bukan sadja didikan bagi mereka jang sangat besar dajagunanja, memperdalam pengertian dan perasaan keagamaannja, memperteguh kepertjajaannja kepada penjelenggaraan Allah dan tidak sedikit meninggalkan tingkatan kesusilaan mereka.Sekitar 1250 Umat Allah jang terpilih dapat masuk tanah sutji jang didjandjikan kepada mereka, dan memang sudah kepada Abraham. Penjelenggaraan Allah jang istimewa tetap nampak. Ia bertindak sebagai "Radja" mereka dengan perantaraan Josue dan kemudian para "hakim".Allah ada serta dengan mereka dalam segala peperangan dengan bangsa-bangsa kafir keliling dan mereka hidup aman sentosa dalam tanah jang "meluapkan susu dan madu itu". Dalam keseluruhannja mereka tetap setia kepada Allah, biarlah sering djuga praktek keagamaan sangat ditjemari oleh adat-istiadat kekafiran sekitar.Sedemikian itu keadaan k.l. dua abad lamanja. Achirnja mereka minta supaja para hakim diganti dengan seorang radja, seperti bangsa-bangsa keliling diperintah dan dipimpin radja-radja jang gagah perkasa dan ahli politik. Radja pertama jang ditentukan Allah, ialah Saul. Ia kemudian diganti David, jang berhasil mempersatukan semua suku-bangsa Israil, mendjadi satu keradjaan jang kuat. Itu terdjadi sekitar tahun 1000. Masa keradjaan David merupakan masa keemasan dalam sedjarah orang Israel, djaja, tenteram dan makmur. Hubungan dengan Allah tetap baik, atas usaha pengaruh David sendiri agama murni danperajaan ibadah mulia dan meriah. Sesudah wafatnja, keradjaan David diwarisi oleh puteranja Salomon. Salomon mula-mula mengikuti djedjak bapaknja jang luhur; dan kebidjaksanaan pemerintahan mandjadi masjhur. Tetapi achirnja ia mendjauhkan diri dari Allah dengan turut memudja dewa-dewa dari isteri-isteri jang kafir dan "murka" Allah menjusul. Sebagai hukuman Allah, keradjaan petjah mendjadi dua. Suku bangsa diutara mentjeraikan diri dari "Juda" dan membentuk keradjaan tersendiri, jang biasa dinamakan "Keradjaan Utara", atau djuga "Keradjaan Israil". Ibukotanja Samaria.Sisa keradjaan David dan Salomon lalu meliputi hanja suku-bangsa "Juda", jang memang lebih besar dari suku-suku Israel jang lain, dan termasuk lagi suku Benjamin.Kedua keradjaan itu sangat tjepat madju ekonominja tetapi dalam pada itu rakjat terbagi atas dua golongan, jang satu terdiri dari kalangan atasan jang terlalu kaja dan rakjat djelata jang ditindas dan miskin. Kemewahan hidup kalangan atasan itu berakibat keruntuhan achlak disegala lapangan, pengabaian agama, dan jang terutama menimbulkan "murka" Allah, jaitu kelaliman kalangan-kalangan atasan terhadap rakjat djelata itu.Keadaan itu meradjalela terlebih dikeradjaan utara, tetapi terdapat dalam keradjaan Juda djuga.
  3. Zaman Para Nabi
    Untuk menginsafkan kedua keradjaan itu, Allah mengutus nabi-nabi kepada mereka, tetapi tanpa berhasil. Hardikan-hardikan dan antjaman-antjaman Allah diabaikan dan nabi-nabi diusir atau dipendjarakan. Achirnja Allah melaksanakan antjaman-antjamanNja. Samaria disergap dan tiga tahun lamanja dikepung orang Asiria, achirnja kalah dan dimusnahkan dari bumi. Itu terdjadi dalam tahun 722 dan dengan itu keradjaan utara telah hilang untuk selama-lamanja. Ribuan orang atasan dibawah sebagai tawanan ke Asiria.Diwaktu jang hampir sama, orang Asiria merebut 50 kota dikeradjaan selatan (Juda) dan ribuan penduduk terkemuka dibawa ke Asiria. Hanja Jerusjalem masih dapat bertahan, tetapi dalam tahun 587 terpaksa menjerah kepada Nabuchodonosor, radja Babilon. Kota dan kenisah dibakar dan sisa penduduk dibawah ke Babilon. Maka mulailah zaman tawanan di Babilon jang masjhur itu.Hal jang terpenting dizaman ini mengenai pelaksanaan rentjana penjelamatan, ialah wahju Allah kepada para nabi. Dengan pewahjuan ini mulailah tahap jang ketiga dalam sedjarah penjelamatan, jang membawa kesadaran dan kegiatan keagamaan kesuatu dataran jang djauh lebih tinggi dari pada jang lalu.Nabi-nabi jang muntjul dizaman ini adalah tiga jang biasa disebut "nabi besar", sebab wahju mereka jang diturunkan kepada kita lebih luas dan berisi dari pada jang lain, jang disebut "nabi ketjil". Ada dizaman ini tiga nabi besar dan 12 ketjil. Jang pertama muntjul ialah nabi Amos didalam keradjaan utara kira-kira dalam tahun 750. Dari nabi-nabi besar: Isaias tampil kemuka dua tiga puluh tahun kemudian dikerdjaan Juda, dan Jeremias dalam tahun 627 disitu pula. Esechiel adalah pemimpin rohani jang utama sepandjang tawanan di Babilon.
  4. Perkembangan Keinsfafan Keagamaan Diwaktu Tawanan
    Hukuman Allah atas umatNja jang tertjinta memang hebat sekali. Tetapi ternjatalah bahwa dimaksudkan sebagai "Paena medicinalis", artinja tindakan didikan jang berfaedah. Dan memang disini berhasil benar. Banjak orang mendjadi insjaf dan bertobat. Bahagian terbesar dari mereka hidup ditengah-tengah kaum kafir, tetapi umumnja hidup atau berkumpul-kumpul berkelompok-kelompok, chususnja djuga untuk melakukan ibadatnja. Demikian muntjullah sistim sinagoge-sinegoge. Oleh karena tak ada kenisah dengan upatjaranja bersama-sama setjara meriah, mereka terpaksa bersembahjang setjara sederhana tetapi hal ini membuat kesalehan mereka lebih mendalam dan bersifat kepribadian jang lebih mesra. Rasa tanggung-djawab perseorangan djuga mulai hidup. Lagi minat mereka terhadap wahju Allah dalam zaman-zaman lampau dengan perintah-perintahnja makin timbul. Hal ini penting sekali guna terbentuknja Kitab Kudus Perdjandjian Lama jang kini kita punjai. Mereka mulai mengumpulkan wahju Allah itu baik dari ingatan orang jang umum, maupun dari tulisan-tulisan kudus jang dapat mereka selamatkan danbawa serta dari tanah-air. Mereka mengutamakan hukum Allah jang terdjentum dalam "kelima buku Moses", jaitu hukum taurat. Ada pula nabi-nabi jang sendiri menuliskan wahju jang disampaikan kepada mereka, ada pula jang pernjataan dan utjapan-utjapannja dikumpulkan dan dibukukan oleh seorang penulis atau murid-murid mereka. Buku-buku para nabi ini masih sangat bernilai bagi kita pribadi, tetapi penting sekali bagi seluruh Perdjandjian Baru, sebab kaja dengan nubuat-nubuat tentang Mesias.
  5. Zaman "Jahudi"
    Mulai kira-kira tahun 540 orang tawanan di Babilon dibiarkan pulang ketanah airnja. berkelompok-kelompok mereka ikut. Kenisah dibangun kembali dalam tahun 515, beberapa tahun kemudian tembok-tembok kota Jerusjalem djuga. Banjak orang dari pedusunan, jang tidak kena tawanan dan tetap memelihara agamanja, diadjak menetap di Jerusjalem. Jerusjalem lalu djadi pusat agama bagi seluruh sisa umat Israil di Palestina, ketjuali Samaria jang tetap menolak.Mereka tetap didjadjah sampai dalam abad kedua seb. Kristus, dan kemudian djuga lagi. Tetapi hal ini tidak merugikan malah menguntungkan bagi agama. Mereka diperlakukan baik dan dengan hormat oleh para pendjadjah, bebas penuh mengenai agama, dan tidak terlibat lagi dalam hal-hal politik, sehingga mereka dapat mentjurahkan seluruh perhatian dan kegiatannja kepada kepentingan-kepentingan agama. Kumpulan buku-buku Kitab Kudus terus-menerus dilengkapi danditambah dengan karangan-karangan baru. Chususnja hukum taurat jang tertjantum dalam kelima buku pertama Kitab Kudus, jang dinamakan pentateuch atau kelima buku Moses lagipun adjaran-adjaran dan tulisan-tulisan para nabi asjik dipeladjari dan diadjarkan kepada rakjat, didalam dan diluar kota Jerusjalem. Muntjul golongan "ahli taurat", jang bertugas membahas dan menjelidiki makna dan maksud pernjataan-pernjataan Allah dan menafsirkannja demikian rupa sehingga segala perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan Allah ditaati oleh seluruh umat dengan seksama. Mereka dan seluruh umat sendiri telah mengalami dan sebab itu insjaf benar, bahwa ketaksetiaan kepada Allah berakibat hukuman dan segala ketaatan mendjaminkan berkat.Hidup kemasjarakatan dan keadilan sosial, jang memuntjak keburukannja padamasa mendjelang tawanan ke Asiria dan Babilonia, diatur kembali dan dibaharui menurut tuntutan taurat dan pengadjaran para nabi. Agama dibersihkan dari pengaruh dan unsur-unsur kekafiran jang masih terdapat diantara rakjat sini sana. Upatjara ibadah jang resmi dalam kenisah disempurnakan dan kesalehan umum serta hidup kesusilaan mulai meningkat kemurniannja dan keluhurannja.Wahju dan penjelenggaraaan Allah waktu itu tidak menondjol, tetapi tetap didjalankan. Kehidupan disegala lapangan dalam umat seolah-olah dengan sendirinja berkembang baik, sehingga tjukup pimpinan jang halus. Wahju Allah sebagai pimpinan jang halus ini kita batja dalam bentuk amsal, nasehat dan pengadjaran dalam buku-buku jang disebut Buku-Buku Kebidjaksaaan, jang diterima masuk Kitab Kudus. Ada jang sangat sederhana isi dan bentuknja bagi rakjat djelata, ada pula jang tinggi sekali mutu isi kerohanian dan tingkat kesasteraannja. Boleh dikatakan bahwa pandangan hidup dan pemikiran keagamaan makin lama makin naik menudjui taraf Perdjandjian Baru.Keadaan dan suasana aman sentosa jang terlukis diatas dapat dinikmati tanpa gangguan sampai abad kedua sebelum Kristus. Dalam permulaan abad itu radja Antiochus IV dari Siria (176-164), seorang Junani jang waktu itu mendjadjah djuga, melarang agama Jahudi, merampasi dan memperkosa kenisah dan mengedjar semua orang jang tidak mau mengingkari agamanja. Ada orang jang mati sebagai martir. Golongan orang-orang jang setia bertambah-tambah besar, achirnja berani memberontak dibawah pimpinan Juda Makabeus, pahlawan jang ulung itu. Mereka menang lalu membentuk keradjaan Israil baru jang meliputi seluruh Palestina. Tetapi kedaulatan itu tidak menguntungkan bagi agama. Imam agung diangkat atau mengangat diri merangkap radja, lalu bersama-sama rekan-rekannja terlalu berpolitik sambil melalikan hal-hal agama dan tugas imamatnja. Mereka ingat sadja mempertahankan kekuasaannja, gila kekuasaan dankekajaan sampai berkorupsi, hidup mewah sekali sambil memeras imam-imam bawahannja dan rakjat djelata. Mereka tergolong pada kaum saduki, jang malah tidak pertjaja akan kebangkitan orang mati dan hidup abadi.Sajang bahwa ahli-ahli taurat dan orang-orang parisi, jang dihormati sebagai golongan jang paling takwa dan saleh, dipengaruhi tjita-tjita politik dan duniawi itu djuga dan runtuh djiwa keagamaannja.
  6. Kesimpulan Tindjauan Kita Atas Perdjadjian Lama
    Pada djalan tindjauan kita sudah sampai kita pada achir Perdjadjian Lama. Garis sedjarah jang kita ikuti adalah sedjarah umat manusia, sebagaimana njata kelihatan dalam Kitab Kudus. Tetapi Kitab Kudus sebagai buku sedjarah bukan berminat kepada perkembangan politik, kemasjarakatan atau kebudajaan jang fana, melainkan melulu perkembangan pewahjuan dan penjelenggaraaan Allah guna membawa umat manusia kepada keselamatan sempurna jang abadi. Sedjarah Kitab Kudus adalah sedjarah penjelamatan.Djalan penjelamatan sepandjang Perdjadjian Lama tidak sampai melewati taraf persiapan. Penjelenggaraan Allah itu langsung ditudjukan kepada satu bangsa sadja dari umat manusia. Maksudnja mendidik mereka setjara istimewa, supaja mereka achirnja matang untuk dianugerahi keselamatan abadi dan sanggup mendukung pelaksanaan rentjana penjelamatan selandjutnja, sampai terwudjud pada segala bangsa dunia.Djalan pendidikan telah kita ikuti dalam tindjauan kita. Djalan itu memang pandjang dan hanja lambat-lambat naik, tetapi itu menurut kebidjaksanaan Allah jang tetap satu rahasia bagi kita. Dalam mengikuti djalan itu dapat kita bedakan empat tingkatan jang menondjol, jang dapat dikatakan merupakan empat tahap dalam sedjarah penjelamatan Perdjandjian Lama.Tahap pertama mulai dengan terpanggilnja Abraham, dan berdjalan k.l. dari tahun 1900 sampai 1350 seb. Kristus. Kita namakannja "zaman para bapak bangsa". Tjiri-tjirinja: kepertjajaan teguh dan pengabdian setia kepada Allah jang Mahaesa. Hubungan dengan Allah sangat erat. Ibadat masih sederhana. Kita mendapat kesan-kesan bahwa djalan dizaman itu dalam keseluruhannja datar.Tahap jang kedua meliputi kurun waktu k.l 600 tahun pula, 1350-750, dan dapat disebut zaman umat Israel, dan mulai dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Dengan mendadak menjelenggarakan Allah muntjul kuat dan tehas, lalu pewahjuanNja jang lisan bertambah-tambah luas dan itu pada taraf jang tinggi. Kaum budak turunan Jakub (Israel) diangkat dan dididik mendjadi umat Allah jang tertjinta. Hidup keagamaan, kemasjarakatan dan kesusilaan umumnja diatur oleh Allah sendiri dalam hukum terperintji jang diberikanNja dengan perantaraan Moses dan jang membawa mereka kesuatu tingkat kebudajaan rohani jang sangat tinggi. Puntjak tindakan-tindakan Allah, ialah perdjandjian istimewa jang ditetapkan Allah dengan mereka. Kesetiaan pada perdjandjian itu kemudian menentukan sikap Allah terhadap mereka, pada taraf pendidikan kebapakan jang tahu memberi berkat dan siksa pada waktunja. Tahap ketiga kita sebut zaman para nabi, jang mulai kira-kira dalam tahun 750 dan berdjalan sampai kira-kira tahun 500. Dalam zaman itu Allah menjampaikan wahjuNja dengan perantaraan para nabi-nabi, ada jang disebut nabi besar ada jang disebut nabi-nabi ketjil. Alasan dimuntjulkannja nabi-nabi itu ialah keruntuhan hidup keagamaan dan kesusilaan, chususnja keadilan sosial djuga, baik didalam keradjaan utara maupun dikeradjaan Juda. Peringatan-peringatan, hardikan-hardikan dan antjaman-antjaman hebat jang disampaikan Allah kepada mereka dengan perantaraan para nabi itu baru berhasil sesudah antjaman-antjaman terlaksana dengan kehantjuran kedua keradjaan dan penawaran kalangan-kalangan atasan ke Asiria dan Babilon.Sesudah orang sadar dalam tawanan, dibawah pimpinan nabi Ezekiel, agama mulai hidup kembali dan bertambah-tambah giat dan mendalam. Wahju Allah jang lama dan jang baru (wahju para nabi) asjik dikumpulkan, dibukukan dan dipeladjari, guna mengetahui sjarat-sjarat dan ketentuan-ketentuan Allah dengan teliti dan mengamalkannja dengan sempurna.Tahap keempat, dari k.l. tahun 500 sampai achirnja Perdjandjian Lama dapat kita namakan "zaman Jahudi", sebab ("sisa") umat Israel jang pulang ketanah-airnja, lalu mendjadikan Jerusjalem pusat agamanja, memang sebagai besar orang bangsa Juda. Gerakan jang mulai bertumbuh subur dalam tawanan dilandjutkan dengan lebih bersemangat lagi dan memuntjak oleh usaha Wali-negeri Nehemias dan "imam" Esdras sekitar tahun 450. Agama dan hidup kemasjarakatan dibersihkan dari segala unsur dan pengaruh kekafiran, kesusilaan umum dan chususnja keadilan sosial dipulihkan tepat menurut ketentuan-ketentuan hukum taurat dan "para nabi", kesalehan pribadi dan umum sangat meningkat keluhuran dan kegiatannja. Keadaan pada taraf itu melandjut dalam abad-abad berikut, dan pengertian serta keinsjafan keagamaan mendalam dan bertambah-tambah rohaniah bagi oleh wahju Allah jang disampaikan dalam buku-buku "Kebidjaksanaan".Semangat imam menundjukkan kekuatannja waktu pengedjaran agama oleh pendjadjahan Siria, dan berkobar benar dalam "perang Makabe". Perang itu berhasil merebut kemerdekaan. Hanja sajang pada achir keradjaan "Makabe" itu, didalam kalangan-kalangan atasan kesalehan meluntur dan membeku, kehilangan djiwanja, tjita-tjita rohani dibantut oleh gila kekuasaan, loba kekajaan, kemewaan hidup dan tjita-rasa keduniawian jang lain.Sudah sewadjarnja kalau kita achirnja bertanja dalam hati, apakah tudjuan pendidikan Allah terhadap umat terpilihNja tertjapai.Dengan ringkas dapat didjawab: ternjatalah tidak tertjapai dikalangan-kalangan atasan, jang bertanggungdjawab sebagai pemimpin umat. Mereka hanja matang dalam keburukan dan kesombongan hatinja untuk melaksanakan kurban penebusan dengan membunuh Mesiasnja.Tetapi dikalangan-kalangan rakjat djelata Allah berhasil. Kesalehan "Jahudi", jang bertingkat tinggi dalam abad-abad terachir tetap terpelihara ditengah mereka. Buahnja jang termasuk ialah kesutjian dan kesempurnaan imam seorang gadis sederhana dari rakjat djelata, Perawan Maria, jang lajak mendjadi Ibu Jesus. Kesalehan jang agak sama kita saksikan pula pada satu dua orang jang kebetulan kita temui dalam riwajat masa kekanak-kanakan Jesus, Santu Josep, Zacharias, Elisabeth, Simon, Anna dan Joanes Pemandi dengan murid-muridnja.Bukti-bukti kesalehan itu lagi tampak pada ratusan, malah ribuan orang dari rakjat djelata, jang dengan intuisinja jang masih murni sanggup pertjaja akan kekuasaan dan kekudusan Ilahi Jesus. Mereka merasa tertarik kepadaNja dan gemar mendengarkan pengadjaranNja jang serba rohani dan jang mengandjurkan tjita-tjita dan tuntutan-tuntutan jang tinggi. Hasilnja kemudian nampak, sesudah Pentakosta. Ingatlah Joh 4:37-38;Kis 5:14-16; 8:5; 9:31.Bukti-bukti jang njata pula, ialah murid-murid Jesus jang tidak sedikit mengikut Jesus pada perdjalananNja. Ingatlah djumlah 72 dalam Luk. 10:1-20 dan djumlah 120 dalam Kis. 1:15. Dalam jang paling matang dan tjakap, menurut pendapat Jesus, jaitu para rasul. Betapapun tersembunji kematangan itu bagi kita sepandjang riwajat Indjil, tetapi ketepatan pemilihan dan hasil pendidikan Jesus terhadap mereka sudah njata terbukti oleh sedjarah.

Wahju Allah dalam Perdjandjian Baru

  1. Peralihan Perdjandjian Lama Kepada Jang Baru
    Tidak terdapat perbatasan jang tegas diantara Perdjandjian Lama dan jang Baru. Sedjarah penjelamatan jang mulai dengan terpanggilnja Abraham berdjalan terus sadja dan baru tertjapai tudjuannja dengan sepenuhnja pada kedatangan Jesus diachir zaman. Wahju Allah dari Perdjandjian Lama dilandjutkan begitu sadja dalam Perdjandjian Baru, boleh dikatakan melebur kedalamnja, djadi senjawa denganja.Jesus lahir dalam Perdjandjian Lama, dibesarkan menurut adat-istiadat Jahudi, dan setelah tampil kemuka tetap hidup sebagai seorang Jahudi jang saleh. Jesuspun mendasarkan pengadjaranNja pada wahju jang lama, dan umat muda sesudah Pentakosta tetap hidup sebagai orang Jahudi, berkumpul untuk sembahjang dalam kenisah, memenuhi segala sjarat hukum taurat dan adat-istiadat orang Jahudi, malah masih disunat. Tetapi mereka segera mulai hidup menurut adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil, demikian menjolok, sehingga mereka dipudji orang. Dari semula mereka berkumpul-kumpul dalam rumah-rumah mereka untuk merajakan "Pemetjahan Roti" sebagai pusat ibadatnja. Baru lama-kelamaan mereka memisahkan diri dari "sinagoge", tetapi sesudah terpisah terus membatja Kitab Kudus Perdjandjian Lama didalam kumpulan mereka, dan menggunakan mazmur-mazmur dan unsur-unsur lain dari Perdjandjian Lama untuk membentuk liturginja sendiri.
  2. Hakekat Perdjandjian Baru
    Kalau dikatakan seperti diatas, bahwa peralihan dari Perdjandjian Lama kepada jang Baru tidak menundjukkan perbatasan jang agak tegas, hal ini mengenai garis kesedjarahan dalam perkembangan jang kelihatan.Tetapi pada hakekatnja dan setjara tak tampak Perdjandjian Baru pada suatu ketika tiba-tiba ada, dan segera pada tingkatnja jang tertinggi, jaitu pada saat Putera Allah mendjadi manusia.Inti perbedaan antara Perdjandjian Lama dan jang Baru, ialah bahwa penjelenggaraan penjelamatan tetap persiapan sadja, sedangkan dalam Perdjadjian Baru disamping terus bersifat persiapan djuga, mentjapai tudjuannja, jaitu perwudjudan keselamatan abadi itu.Dalam fasal 1:4 tindjauan ini, telah diterangkan, bahwa perwudjudan itu berarti memperoleh bagian dalam hidup Ilahi sebagai anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaan dan kebahagiaanNja. Perwudjutan itu terdjadi ketika Putera manusia mendjadi manusia. Tetapi ketika itu dan untuk sementara dalam satu orang manusia sadja, jaitu dalam diri Jesus dari Nasaret. Tetapi didalam Dia setjara istimewa, jaitu dengan mendjadi sepribadi dengan Putera Allah, dan dengan sepenuh-penuhnja, supaja dalam kepenuhanNja itu masing-masing manusia akan menerima bagiannja (Joh. 1:16). Putera Allah jang mendjadi manusia ditentukan untuk sebagai "Adam kedua" mendjelmakan umat manusia jang baru bagi Allah, jang anggota-anggotanja masing-masing dapat dianugerahi hidup abadi jang Ilahi itu, dalam kesatuan denganNja.Hal ini tidak segera dapat terlangsung. Ada sjarat-sjarat harus dipenuhi lebih dahulu. Sjarat pokok dan terberat hanja dapat ditepati oleh Jesus sendiri, jaitu mendjauhkan dan menghantjurkan satu-satunja rintangan jang paling mutlak, ialah kekuasaan dosa jang maharadjalela sebagai akibat dosa Adam pertama. Hal itu terlaksana pada achir hidupnja dengan membiarkan dirinja disalibkan sebagai wakil seluruh umat manusia.Sjarat-sjarat lain harus dipenuhi oleh tiap-tiap manusia jang hendak diselamatkan sendiri. Dan supaja ia sanggup memenuhinja, perlu pengertian dan didikan. Pengertian dan didikan itu disampaikan oleh Jesus dengan wahjuNja. Sebab itu tugas Jesus jang pertama dan terpandjang ialah mengadjar orang, menjatakan sifat-sifat dan hakekat Keradjaan Allah jang baru dan menundjukkan djalan jang harus ditempuh untuk dapat masuk. Djadi tertindjau dari sudut itu wahju Jesus adalah landjutan wahju lama pada taraf persiapan sadja. Itu memang benar, tetapi pernjataan, tuntutan dan tjita-tjita wahju Jesus terletak pada suatu tingkatan jang djauh lebih tinggi dan agung. ditindjau dari sudut jang lain, harus tetap diperhatikan, bahwa wahju jang baru mentjapai tudjuan terachir dari djalan penjelamatan, jaitu perwudjudan itu berarti memperoleh bagian dalam hidup Ilahi sebagai anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaan dan kebahagiaanNja. Perwudjudan itu terdjadi ketika Putera manusia mendjadi manusia. Tetapi ketika itu dan untuk sementara dalam satu orang manusia sadja, jaitu dalam diri Jesus dari Nasaret. Tetapi didalam Dia setjara istimewa, jaitu dengan mendjadi sepribadi dengan Putera Allah, dan dengan sepenuh-penuhnja, supaja dalam kepenuhanNja itu masing-masing manusia akan menerima bagiannja (Joh. 1:16). Putera Allah jang mendjadi manusia ditentukan untuk sebagai "Adam kedua" mendjelmakan umat manusia jang baru Allah, jang anggota-anggotanja masing-masing dapat dianugerahi hidup abadi jang Ilahi itu, dalam kesatuan denganNja.Hal ini tidak segera dapat terlangsung. Ada sjarat-sjarat jang harus dipenuhi lebih dahulu. Sjarat pokok dan terberat hanja dapat ditepati oleh Jesus sendiri, jaitu mendjauhkan dan menghantjurkan satu-satunja rintangan jang paling mutlak, ialah kekuasaan dosa jang maharadjalela sebagai akibat dosa adam pertama. Hal itu terlaksana pada achir hidupnja dengan membiarkan dirinja disalibkan sebagai wakil seluruh umat manusia.Sjarat-sjarat lain harus dipenuhi oleh tiap-tiap manusia jang hendak diselamatkan sendiri. Dan supaja sanggup memenuhinja, perlu pengertian dan didikan. Pengertian dan didikan itu disampaikan oleh Jesus dengan wahjuNja. Sebab itu tugas Jesus jang pertama dan terpandjang ialah mengadjar orang, menjatakan sifat-sifat danhakekat Keradjaan Allah jang baru dan menudnjukka djalan jang harus ditempuh untuk dapat masuk. Djadi tertindjau dari sudut itu wahju Jesus adalah landjutan wahju lama pada taraf persiapan sadja. Itu memang benar, tetapi pernjataan, tuntutan dan tjita-tjita wahju Jesus terletak pada suatu tingkatan jang djauh lebih tinggi dan agung. Ditindjau dari sudut jang lain, harus tetap diperhatikan, bahwa wahju jang baru mentjapai tudjuan terachir dari djalan penjelamatan, jaitu perwahjuan keselamatan.
  3. Keagungan Wahju Perdjanjian Baru
    Surat kepada orang Ibrani (Ibr. 1:1-2) membanggakan keagungan wahju Perdjandjian Baru diatas jang Lama dengan menandaskan bahwa "dizaman terachir ini Ia (Allah) telah berbitjara kepada kita dalam Putera", dan dalam ajat-ajat jang berikut menerangkan bahwa Putera itu setara dengan Allah.Putera dalam mendjadi manusia diutus sebagai "Sabda" Allah (Joh. 1:2-14). Itu berarti bahwa Allah hendak menjatakan Dirinja kepada kita dengan dan dalam SabdaNja itu. Sabda itu sendiri berwudjud Allah (Joh. 1:1), dan sebab itu mengetahui segala rahasia Allah seutuh-utuhnja. Dan "Sabda ini telah mendjadi daging" (Joh. 1:14), djuga supaja Ia langsung dapat berbitjara kepada manusia dengan bahasa mereka sendiri, supaja tepat dapat dimengerti, lagipun dengan gaja suara jang mengesankan dan dalam meresap. Dan jang lebih penting lagi inilah, bahwa Ia dalam bentuk manusia, dengan sikap dan tjara hidupNja, dengan segala tingkah-laku dan perbuatanNja, dengan seluruh sifat kepribadiannja, dengan senjata-senjatanja dapat menundjukkan keluhuran dan kesempurnaan Keradjaan Allah jang baru , jaitu kesempurnaan Allah sendiri jang harus kitapun dekati sedapat-dapatnja (Mat. 5:48). Dalam hidupnja sebagai manusia djuga Ia memantjarkan tjahaja kemuliaan BapaNja, dan merupakan gambar jang serasi dari wudjud Allah (Ibr. 1:3; Kol. 1:15; II Kor. 4:4), sehingga Jesus sendiri dapat menandaskan tentangNja: "Siapa melihat Aku, dia melihat Bapa" (Joh. 14:9-10).
  4. Apakah Djalan Jesus Menyampaikan WahjuNja?
    Dalam Mark. 1:14-15 kita batja: Setelah Joanes dipendjarakan Jesus pergi ke Galilea dan memaklumkan disitu Kabar-gembira, SabdaNja: "Sudah genaplah waktunja, Keradjaan Allah sudah dekat, maka bertobatlah dan pertjajalah Kabar-gembira". Jesus lalu berkeliling diseluruh Galilea dan mengadjar didalam sinagoge-sinagoge mereka, memaklumkan Kabar-gembira tentang Keradjaan serta menjembuhkan segala penjakit dan pengidapan orang. (Mat. 4:23). Ada kalanja ratusan ribuan orang mengikutiNja untuk mendengarkan pengadjaranNja jang "penuh kekuasaan", dan dimana sadja orang berkumpul Ia mengadjar. Rakjat djelata merasa tertarik kepadanja. Dengan intuisinja jang masih murni, mereka merasa dan menginsjafi, bahwa Ia berbitjara atas nama Allah dan kuasa Allah hidup didalamNja. Selain dari Galilea Ia mendjeladjah daerah-daerah sekitar Galilea jang masih setengah kafir, mengadjar djuga di Samaria, beberapa kali pergi ke Jerusjalem mengadjar disitu dan tempat-tempat lain di Judea, djuga sampai di Perea. apakah gerangan dari pendengar-pendengar sebanjak itu Jesus sudah bermaksud membentuk suatu umat? Bukan, Ia hanja hendak meletakkan dasar Keradjaan Allah jang baru. Ia hanja hendak menabur, sedangkan murid-muridnja kemudian, sesudah peristiwa pentakosta, memungut panen. (Lih. Joh. 4:35-38).Dari rakjat djelata ada pula jang kerap sekali ataupun selalu (Kis. 1:21-22) mengiringi Jesus pada perdjalanan-perdjalananNja. Mereka biasa disebut "murid-murid Jesus". Djumlah mereka tidak sedikit. Dalam Luk. 10:1-20 kita batja bahwa pada suatu hari Jesus menjuruh 72 murid pergi mengadjar dipedusunan. Dan 120 orang jang menurut Kis. 1:15 pada suatu kesempatan sedang berkumpul di Jerusjalem, tentu sadja semua murid Jesus. Para murid itu sebenarnja sudah merupakan pokok umat, jang akan berkembang sesudah Pentakosta. Tentu semua murid itu kemudian turut serta mengadjar Indjil.Pada permulaan muntjulNja sudah dipilih Jesus dari murid-muridNja 12 orang jang dinamakanNja "utusan" atau "pesuruh". Tentu dalam arti bahwa mereka akan bertugas memaklumkan Kabar-gembira. Mereka itu "meninggalkan kesemuanja" untuk tetap hidup bersama dengan Jesus. Maksud Jesus supaja mereka dididik sertjara istimewa, supaja mereka kemudian tjakap melantjutkan pekerdjaan Jesus, sebagai wakil-wakilNja jang kelihatan, sesudah Jesus naik kesurga.
  5. Hasil Usaha Jesus Pada Rasul - Rasul
    Rasul-rasul orang sederhana, tanpa didikan sekolah, tetapi luhur hati, bertjita-tjita tinggi, berotak dan berwatak wadjar, seia dan rela berkurban, dan dalam mata Jesus itulah jang merupakan dasar jang djitu untuk berhasil mendidik mereka. Memang dengan sengadja Jesus memilih jang lemah dan rendah, agar djangan seorangpun membanggakandiri dihadapan Allah. (1 Kor. 1:27-29 dgn bdl. pula II Kor. 12:9-10). Dan bahwa pemilihan Jesus tepatnja benar, telah terbukti bagi kita oleh sedjarah Geredja purba.Djuga kepada mereka Jesus tidak menjatakan Diri, maksud kedatanganNja dan hakekat keradjaanNja segera dengan sepenuh-penuhnja.Mereka berminat sungguh-sungguh tetapi pengertian mereka berkembang lambat-lambat sekali. Jang sama dapat dikatakan tentang sifat-sifat kepribadian, kemurnian tjita-tjita dan semangat mereka. Namun demikian Jesus sangat menghargakan mereka dan puas dengan kemadjuan mereka, seperti antara lain njata dalam sikap dan utjapan-utjapan Jesus pada perdjamuan terachir, sebagaimana kita batja dan dapat merasakan dalam Joh. 13;31-17:26.Memang pengertian dan semangat mereka waktu sengsara Jesus sangat mengetjewakan. Dan mendjelang kenaikan kesurga, mereka masih belum insjaf, bahwa Keradjaan Allah jang akan didirikan mereka, semata-mata rohani dan akan meliputi segala bangsa dunia, sebab masih bertanja apakah ketika itu djuga Jesus hendak "memulihkan keradjaan Israil".Tetapi Jesus tidak ketjewa. Dengan tak ragu-ragu Ia mempertjajakan kepada mereka wahju dan kuasaNja dan seluruh pembangunan GeredjaNja, jaitu Keradjaan Allah baru; Ia tahu bahwa segala kekurangan mereka akan dilengkapi oleh Roh Kudus. Amanat Jesus terachir kepada mereka ialah: "KepadaKu diserahkan seluruh kekuasaan disurga dan dibumi, maka pergilah kamu dan buatlah semua bangsa mendjadi murid-muridKu, dengan mempermandikan mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan adjarlah mereka memenuhi segalanja jang telah Kuperintahkan kepadamu, dan Aku akan menjertai kamu tiap-tiap hari sampai pada achir dunia" (Mat. 28:18-20. Bdl. djuga Mark. 16:20 dan Kisah 1:8; 2:4).
  6. Pemeliharaan Wahju Jesus oleh Rasul-Rasul
    Sesudah kenaikan Jesus kesurga rasul-rasul adalah pendukung wahju Jesus jang resmi, untuk memelihara dan melaksanakannja. Dalam pergaulan erat-mesra mereka dengan Jesus, dua tiga tahaun lamanja, tak boleh tidak pengadjaran Jesus sudah meresapi sangat dalam-dalam hati sanubari mereka sehingga tak terlupakan lagi. Utjapan-utjapan Jesus dengan warna dan tekanan suaraNja, dengan tjorak ungkapan-ungkapan dan lagu kalimat-kalimatNja, tentu tetap bergaung dalam telinga dan ingatan mereka. Dan biarpun pada pertama kali terdengar sebutan-sebutan Jesus masih kabur bagi mereka, namun dengan mendengar pernjataan Jesus jang sama atau hampir sama berulang-ulang kali dalam pelbagai hubungan dan disoroti dari banjak seginja, maka lama-kelamaan pengertian bertambah-tambah djelas dan achirnja terang oleh dan sesudah kebangkitan Jesus.Dan jang sama harus dikatakan tentang hal-hal jang telah mereka saksikan dengan mata. Peristiwa-peristiwa hidup Jesus, sikap hidup dan tingkahlakuNja, mukdjizat-mukdjizat, dan chususnja kebaikan hati dan kemesraan tjinta-kasih Jesus terhadap semua orang, tentu terkesan demikian kuat sehingga tak terhapuskan lagi dan setjara terperinstji tetap terbajang dalam ingatan mereka.Djadi kebenaran penjaksian mereka, djuga ditindjau dari sudut ilmu sedjarah tjukup terdjamin dan tak dapat disangsikan. Tetapi bagi kita lebih penting lagi djaminan jang terletak dalam djandji Jesus kepada mereka, jang teruntuk bagi kita djuga, jakni bahwa mereka akan menerima Roh Kudus sebagai pengadjar ganti Jesus, dan bahwa Ia mengingatkan mereka segalanja jang telah dinjatakan Jesus kepada mereka (Joh. 14:26) malah menghantar mereka kepada seluruh kebenaran jang mereka belum sanggup menanggungnja selama pergaulannja dengan Jesus (Joh. 16:12-13)
  7. Rasul - Rasul Dipenuhi Dengan Roh Kudus
    Setelah pada Pentakosta djandji Jesus dipenuhi, dan rasul-rasul baru sadja dipenuhi dengan Roh Kudus, maka segera mereka tampil kemuka, memberi kesaksian tentang Jesus, penuh pengetian dan semangat. Petrus berani menjerukan kepada ribuan orang Jahudi jang berkumpul: "Jesus jang telah kamu pakukan pada salib dan bunuh dengan tangan orang-oang jang tak ber Tuhan, Ia telah dibangkit oleh Allah, dan kami in adalah saksi hal itu. Ia telah dibangkitkan oleh Allah dan dilantik sebagai Tuhan dan Kristus. (Lih. Kis. 2:23-24, 32,33,36). Ribuan orang pertjaja dan dipermandikan.Lalu mereka mengadjar tiap-tiap hari dalam kenisah dan rumah-rumah orang (Kis. {ayat|Ras. 5:42}}). Oleh mahkamah agung mereka dilarang mengadjar lagi dengan mengutjap nama Jesus itu, malah diantjam, dipendjarakan dan disiksakan, tetapi mereka tak atjuh dan mengadjar terus. Dengan tak segan-segan mereka berkata didepan mahkamah agung itu: Pikirkanlah sendiri, apakah boleh kami lebih menurut perintah kamu dari perintah Allah; tak boleh kami diamkan sadja apa jang telah kami saksikan dan dengar (Kis. 4:19-22; 5:29). Dan sesudah mereka pernah didera didepan mahkamah agung, mereka keluar dengan merasa gembira sebab telah dipandang lajak untuk menderita kehinaan demi nama Jesus (Kis. 5:40-41).
  8. Kerugma dan Katechese
    Penjiaran Indjil dalam geredja purba sangat umum disebut "kerugma". Istilah itu mempunjai tjorak jang berarti. Orang Junani menggunakannja untuk pengumuman resmi dari titah-titah pemerintahan tertinggi, sebagaimana dengan meriah dikumandangkan oleh bentara-bentara kepada rakjat. Sedemikian itu para rasul beserta para pembantunja memandang diri hanja sebagai bentara-bentara Kristus jang dengan resmi mengumumkan wahju Allah, dan bukan suatu filsafat buah pemikiran mereka sendiri. Pada hemat kami istilah "kerugma" itu sangat tepat dapat diterdjemahkan dengan "pemakluman". Disamping istilah "kerugma" tersebut digunakan pula istilah "kesaksian", chususnja djuga oleh Rasul Joanes. Artinja pada pokoknja sama; disini bertjorak: memberi kesaksian akan kebenaran Indjil, sebagaimana dinjatakan oleh utjapan-utjapan dan berbuatan-perbuatan Jesus dan dalam peristiwa-peristiwa hidupNja. Dan sesudah oleh pemakluman Indjil ada orang jang pertjaja, pun telah mendjadi murid-murid Jesus dengan menerima Sakramen Permandian, maka perlu lagi, menurut pesan Jesus (Mat. 28:20) mereka diberi peladjaran selandjutnja. Untuk itu dan memang sudah lebih dahulu, jaitu seiring dengan pemakluman Indjil maka para rasul dan pembantunja mengadjar, setjara memberi pendjelasan dan tafsiran akan arti dan maksud pernjataan Jesus serta menarik kesimpulan-kesimpulan daripadanja untuk praktek hidup. Pengadjaran agama jang serupa itu dewasa itu sudah disebut "katechese".
  9. Perwudjudan Wahju Indjil<
    Udjud terutama tugas rasul-rasul, ialah mewudjudkan tudjuan, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Indjil. Untuk itu Jesus telah menjerahkan kuasaNja sendiri kepada mereka. Kuasa itu misalnja mempermandikan orang dan dengan demikian menerima mereka masuk Keradjaan Allah, memberi mereka penghapusan dosa dan hidup abadi, mendjadikan mereka anak Allah dan anggota-anggota Tubuh-Mistik Kristus. Djuga kuasa untuk memberi pengampunan dosa selandjutnja (Joh. 20:21-23), lagi kuasa mengikat dan melepaskan (Mat. 16:18; 18:17), artinja menetapkan perundungan (hukum) geredja dan meniadakannja kembali, menghukum dan mengampuni.Dalam Joh. 21:15-17 tugas rasul-rasul (chususnja Petrus) disebut Jesus sendiri 'menggembalakan" umat-umat, artinja memimpin, melindungi mereka, menjediakan bagi mereka bekal rohani untuk sehari-hari, chususnja menghidupi mereka dengan "Memetjahkan Roti" itu baginja, dan dengan menumpangkan tangan atas mereka, memberi mereka Roh Kudus dengan kurnia-kurniaNja (charisma-charisma). Tugas rasul-rasul pula, mengurus umat-umat, mengatur tjara ibadat umum, hidup keagamaan, kemasjarakatan dan pribadi menurut tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Indjil, mentahbiskan uskup, imam-imam, dan pengadjar-pengadjar resmi sebagai wakil-wakil dan pengganti mereka sendiri dalam umat-umat.Dengan demikian, dengan usaha para rasul dan para pembantu mereka, tetapi pada hakekatnja oleh rahmat Kristus dan penjelenggaraan Roh Kudus, Keradjaan Allah, umat Allah jang baru itu, setjara lahir, tetapi tak kurang setjara batin, pesat sekali berkembang. Adjaib sekali dan memang merupakan satu misteri benar-benar, bahwa dalam djangka waktu kira-kira 30 tahun, sewaktu rasul-rasul masih hidup, geredja sudah tersebar diseluruh dunia, jang terkenal dewasa itu, kearah Timur sampai di India selamat, di Mesir dan Abesinia, di Afrika utara sepandjang Laut Tengah, kearah Barat sampai di Perantjis dan Spanjol. Dan dimana-mana iman demikian mendalam dan mendjadi kuat, sehingga ratusan, barangkali ribuan rela mati dibunuh untuk mempertahankannja.
  10. Wahju Perdjandjian Baru Dalam Bentuk Tradisi
    Jesus menjampaikan wahjuNja melulu dengan lisan. "Dengan lisan" dalam arti umum, jaitu bukan sadja dengan suara, melainkan djuga dengan tanda-tanda, perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan. Dengan tjara sekedar sama rasul-rasul menjampaikan dan menjerahkan wahju itu pula kepada umat-umat. Menjerahkannja kepada umat-umat sehingga mendapat suatu bentuk jang agak pasti didalamnja. Pada dasarnja dalam pemakluman umum dan pengadjaran sehari-hari, jaitu dalam "kerugma" dan "katechese". Pemilihan bahan dari seluruh wahju, susunan dan bahasa jang digunakan didalamnja lama-kelamaan mendapat suatu ketetapan, jang berasal dari rasul-rasul, lalu merambat dari umat keumat dan achirnja diturunkan turun temurun.Dapat dikatakan pula, bahwa dengan demikian wahju atau Indjil mendapat hidup dalam kepertjajaan umum. Tetapi Idjil atau kepertjajaan jang hidup itu mendapat bentuk jang lebih pasti dan njata lagi dalam praktek hidup umat-umat, jaitu dalam tatatjara ibadah umum (liturgi), dalam upatjara sakramen-sakramen, chususnja dalam upatjara perajaan Ekaristi (pemetjahan Roti), dalam tatasusila dan kesalehan umum dan pribadi, dalam hidup kemasjarakatan, berdasarkan hukum tjinta-kasih, dan achirnja djuga dalam susunan dan peraturan-peraturan pemimpin umat-umat, jang pada pokoknja berasal dari Jesus djuga.Sebagai kesimpulan dapat kita rumusan, bahwa didalam geredja purba, Indjil mendapat bentuknja jang pasti dalam riwajat lisan dan hukum serta adat-istiadat keagamaan, jang hidup dan merata dalam segala umat. Bentuk itu bisa disebut "tradisi". Dengan istilah jang digunakan dalam segala bahasa dunia itu, dimaksudkan riwajat lisan dan adat-istiadat jang resmi.Dalam tradisi itu Indjil dipelihara dan disebarkan dalam Geredja purba dan selandjutnja, dibawah pengawasan rasul-rasul serta pengganti mereka kemudian, dan dengan penjelenggaraaan Roh Kudus, sehingga kebenarannja terdjamin.
  11. Wahju Perdjandjian Baru Dalam Bentuk Tulisan
    Lama kelamaan muntjul orang jang merasa terdorong untuk menuliskan pernjataan-pernjataan dan adjaran-adjaran Jesus, baik jang berupa utjapan maupun peristiwa-peristiwa hidupNja. Dan segala karja jang terbit dewasa itu ada jang dikenal dan diterima sebagai berisi wahju sedjati dan sebab itu dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus.Jang pertama ditulis, ialah "karangan-Indjil" Rasul Mateus asli dalam bahasa Aramea, jang diduga dikarang antara tahun 40 dan 50. Karja itu tak lama kemudian diterdjemahkan dalam bahasa Junani dan "Mt." jang kini kita batja sebagai "Indjil pertama" disangka merupakan suatu pengolahan dari pada jang asli, ditambahkan dengan bahan-bahan dari sumber-sumber lain. Karangan ini nampaknja ditulis sebagai buku peladjaran agama.Kedua jang menulis, menurut urutan waktu, ialah Rasul Paulus. Suratnja jang pertama (I Tes.) ditulis dalam tahun 51 atau 52; II. Tes. dalam tahun jang sama. Surat-surat besar, I dan II Kor., Gal., Rom. ditulis antara 56 dan 58. jang berikut, jaitu Kol. Pilemon, Ef. dan barangkali Pil. ditulis sewaktu tahanan Paulus jang pertama di Roma, 61-63. I Tim. dan Tit. ditulis Paulus sesudah dibebaskan dari tahanan itu, dan II Tim. dalam tawanan kedua di Roma, tak lama sebelum wafatnja Paulus sebagai martir disitu. Tentang surat "Ibr." tidak ada kepastian.Surat-surat Paulus itu merupakan pengadjaran tertulis bagi umat-umat atau orang-orang pribadi tertentu, karena terasa baik atau perlu untuk memberi peringatan-peringatan, memberi hati, nasehat-nasehat, pendjelasan atau adjakan, atau dibutuhkan karena keadaan genting atau kekatjauan dalam umat."Indjil kedua (MK.) diduga tertulis antara 60-63, dan menurut "riwajat lisan" atau permintaan umat Roma."Indjil ketiga" (LK.) diduga tertulis sesudah 63, sebab banjak para ahli beranggapan, bahwa karangan Lk. sangat diperngaruhi karangan Mk. Rupa-rupanja ia terdorong untuk menulis sebab merasa perlu suatu tulisan jang agak lengkap untuk membuktikan dan mendjelaskan kebenaran jang biasa diadjarkan setjara lisan, dan chususnja bagi orang Junani dan Romawi jang agak lebih tjerdas."Indjil keempat" (Jo.) ada kechususannja jang menjolok. rupanja hendak mengemukakan adjaran-adjaran Jesus jang lebih mendalam ataupun setjara lebih mendalam, sebagai buah hasil perenungan-perenungannja sendiri. Menurut riwajat lisan ia menuliskan sebab diminta oleh "uskup-uskup dan sahabat-sabahat", sebagai ringkasan pengadjaran jang biasa, dan ditulis pada achir hidupnja di Efesus."Wahju Joanes" rupanja sebagian langsung diilham oleh Roh Kudus dan ditulis antara 95-96 dalam pembuangan Joanes dipulau Patmos.Surat-surat jang biasa disebut "surat-surat katolik", jaitu I,II,III Jo. I,II Petr. Jak. dan Judas ditulis antara 60 dan 100. Surat-surat ini pun seperti surat-surat Paulus ditulis berasal kebutuhan-kebutuhan istimewa dalam umat-umat atau wilajah-wilajah tertentu.
  12. Kitab Kudus Tertulis Atas Penjelenggaraan Roh Kudus
    Dalam fasal terachir, karangan-karangan jang disebut disitu kita tindjau sebagai karja-karja serba manusiawi dan ditulis atas dorongan para penulis sendiri. Tetapi sebagai termasuk Kitab Kudus karangan-karangan itu sebenarnja ditulis atas dorongan Roh Kudus dan Iapun jang menentukan tudjuannja masing-masing.Roh Kudus adalah penjelenggaraan utama Geredja, dan chususnja dari geredja purba, dizaman rasul-rasul setjara istimewa dan njata menondjol.Tetapi sesudah zaman itu, Geredja dimaksudkan demikian kukuh dan lengkap berdiri, sehingga ia selandjutnja sanggup memperkembangkan dirinja sendiri atas dasar Geredja purba itu, memang tetap dibawah pimpinan Roh Kudus, tetapi tidak setjara njata menondjol lagi.Tetapi Geredja jang diserahkan oleh para rasul kepada para pengganti mereka tidak tjukup kukuh dan tidak lengkap tanpa Indjil tertulis, maka kita mengerti mengapa diselenggarakan oleh Roh Kudus supaja dikerdjakan. Bentuk "tradisi" memang tjukup selama masih dapat diawasi oleh para rasul, tetapi sesudah itu mudah berubah-ubah bentuk dan achirnja djuga isinja, chususnja kalau terpaksa disiarkan dan diturunkan dari mulut kemulut dan dengan djalan adat-istiadat. Makin djauh dari pusat mengenai tempat dan waktu, makin mudah berubah. Hal itu terkenal lazim dan sebab itu gampang menimbulkan kesangsian, keragu-raguan, malah sampai kesesatan djuga. Tetapi dalam bentuk tulisan, jang terdjamin pula ketulenan dan ketulusannja, wahju Allah lebih membangunkan kepertjajaan dan kejakinan jang kukuh. Pun bagi para pemimpin Geredja ia merupakan perbendaharaan kebenaran Ilahi jang mahakaja dan pedoman jang pasti, untuk merumuskan adjaran-adjarannja setepat-tepatnja dan menentukan tjara pemimpinnja sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan jang berubah-ubah menurut perkembangan kebudajaan umum atau keperluan jang tidak sama pada segala tempat.Ada lain faedah lagi, jang tentu dikehendaki Roh Kudus pula. Dalam bentuk buku wahju Allah mudah dapat disampaikan kepada semua orang masing-masing. Dengan itu tiap-tiap manusia dapat mengenai seluruh wahju Allah seutuh-utuhnja dan dalam segala seluk-beluknja. Ia dapat merasakan Allah sendiri langsung berbitjara dan menjatakan diri, kehendak dan tjita-tjitaNja, kepada dia. Dan ia berkesempatan untuk merenungi pernjataan sesuka hatinja, menjelidikinja dalam segala segi-seginja, sehingga pengertianja meluas dan mendalam, hubungannja dengan Allah dipererat dan hidup keagamaan diperdalam dan dipergiat.
  13. Kitab Kudus Diilhami Oleh Roh Kudus
    Tentu Indjil tertulis itu harus terdjamin kebenarannja dengan sepasti-pastinja. Itupun oleh penjelenggaraan Roh Kudus.Menurut keputusan resmi (dogma) Geredja Kudus dalam Konsili Vatikan I harus kita pertjaja, bahwa Kitab Kudus ditulis dengan ilham Roh Kudus demikian rupa, sehingga Allah sendiri mendjadi pengarangnja, dan demikian diserahkan kepada Geredja.Apakah artinja istilah "ilham" itu disini?Istilah jang sama artinja atau ungkapan jang serasi dengannja, sudah terdapat dalam Kitab Kudus sendiri. Misalnja dalam II Tim. 3:16; II Petr. I:20; Mark. 12;37; Ibr. 1:1-2; wahju 1:11-19, dll.bila dikatakan "dengan ilham Roh Kudus", hal itu berarti bahwa ada manusia jang diilhami untuk dan dalam menulis karangan-karangan Kitab Kudus. Dan kalau dikatakan, bahwa Allah sendiri adalah pengarang Kitab Kudus, maka itu sekurang-kurangnja dalam arti bahwa baik isi maupun bentuk hakiki berasal dari padanja.Kalau demikian apakah peranan penulis manusia itu? Ada jang berkata bahwa Roh Kudus menggunakan si penulis sebagai alat. Tanggapan ini tidak salah tepat pun tidak. Salah kalau dibajangkan, seperti telah banjak terdjadi, seolah-olah Roh Kudus membisikan (mendiktekan) dalam batin penulis apa jang harus ditulisnja, kira-kira kalimat demi kalimat. Kalau demikian, maka penulis berpangkat djurutulis sadja. Tetapi tanggapan itu benar dalam arti bahwa Roh Kudus menggunakan seluruh kepribadian dan pembawaan penulis itu, jaitu pengetahuannja, tjara, pikirannja, daja chajalnja, daja rasa hati sanubarinja, sifat-sifat wataknja, daja tjipta, bahasa dan gaja bahasanja.Memang untuk menjatakan diri kepada manusia Allah terpaksa menggunakan bahasa manusia. Dari mana memungut bahasa itu? Dapat dibajangkan, bahwa untuk itu Ia memilih seorang pribadi tertentu jang pandai, dengan bakat, pembawaan dan sifat-sifat wataknja mengerdjakan sebuah karangan, jang isi dan bentuknja tjotjok dengan apa jang dikehendaki Allah sendiri. Dalam mengerdjakan, ia dibimbing dan dipengaruhi oleh Roh Kudus. Tetapi bila kita harus perdjaja bahwa Allah (Roh Kudus) adalah pengarang Kitab Kudus, baik isi maupun bentuknja, dan diterangkan pula, bahwa penulis manusia bukan djuru tulis sadja, melainkan harus disebut pengarang djuga dalam arti jang lazim, atau arti jang lebih luas lagi, maka harus dikatakan, bahwa Kitab Kudus terdjelma oleh kerdjasama antara Allah dan manusia jang erat sekali, setjara saling meresapi sehingga bekerdja senjawa. Dalam itu Allah tetap pengarang utama, jang mempengaruhi penulis-penulis. Tjara kerdja sama itu sukar dibajangkan. Memang merupakan "misteri", artinja suatu rahasia agama.Meski demikian kita boleh membajangkannja sekedar dengan membandingkan dengan kerdja-sama antara Allah dan manusia dilapangan-lapangan jang lain. Ada jang membandingkannja dengan tjara kerdjasama antara Roh Kudus dan manusia pada taraf ataskodrat dalam batin manusia sendiri. Tentu tidak mungkin manusia dengan tenaga serba kodrati dapat berbuat apa-apa untuk mendjelmakan dan memperkembangkan hidup ataskodratnja. Tetapi bila ia mempunjai hidup atas kodrati itu, hidup ini dapat berkembang dengan usaha manusia sendiri. Mempunjai hidup berarti, bahwa Roh Kudus tinggal dan tetap bekerdja dalam manusia itu, dan dilapangan ataskodrati itu bersama dengan kehendak dan tenaga manusia itu sendiri. Dalam kerdjasama itu perbuatan-perbuatan manusia jang baik mendjadi bersifat ataskodrat, dan sebagai buah hasil kerdjasama dengan Roh Kudus tetap merupakan anugerah Allah, dan demikian dapat menambahkan bagian kita dalam hidup Ilahi dan warisan kita dalam kehidupan kekal. Ada pula jang membandingkan tjara ilham Roh Kudus dengan "Inkarnasi", jaitu dengan pendjelmaan Sabda Allah mendjadi manusia. Oleh "inkarnasi" itu Putera Allah manusia Jesus dari Nasaret itu mendjadi satu pribadi. Dalam kesatuan pribadi itu kerdja sama antara Allah (Putera Allah), dan manusia Jesus itu mendjadi demikian erat dan satu, sehingga segala perbuatan pribadi "Kristus" itu dapat disebut perbuatan Allah dan djuga perbuatan Jesus sebagai manusia, dan misalnja Ibu Jesus boleh disebut Bunda Allah dan dapat dikatakan, bahwa Allah telah bersengsara dan wafat bagi kita umat manusia.Barangkali berguna lagi perbadingan dilapangan kodrati jang berikut ini. Bila lahir manusia baru, tak seorangpun jang menjaksikan bahwa anak jang lahir itu semata-mata tjiptaan Allah. Tetapi pendjelmaan anak itu tidak pula djadi tanpa kehendak ibu-bapanja, jang rela mendjalankan dajatjipta kodrati jang diletakkan Allah dalam mereka. Djadi disini pula suatu djenis kerdjasama antara Allah dan manusia, dimana Allah njatalah pentjipta utama, tetapi menggunakan manusia sebagai alatNja jang bebas. Dengan demikian buah hasil kerdjasama itu satu. Demikian mengenai Roh Kudus buah hasil pentjiptaan adalah satu, dan bentuk karangan-karangan adalah tjiptaan Allah djuga, meskipun menundjukkan sifat-sifat serba manusiawi, malah dengan segala kekurangannja djuga, seperti anak-anakpun mempunjai sifat-sifat orang tuanja, meskipun dia tjiptaan Allah djuga.
  14. Tentang Perbedaan - Perbedaan Dalam Pemberitaan Hal - Hal Jang Sama
    Sebab Roh Kudus menggunakan segala sifat dan pembawaan para pengarang manusia, seperti dipaparkan dalam fasal jang lalu, dengan sendirinja terdapat banjak perbedaan antara karangan masing-masing, djuga dimana mereka memberikan peristiwa-peristiwa, kedjadian-kedjadian atau utjapan-utjapan Jesus jang isinja atau intinja sama.Seperti telah dikatakan dalam fasal jang lalu, Roh Kudus djuga menggunakan pengetahuan para pengarang. Djarang sekali Ia langsung mengilhamkan apa jang ditulis. Ia membiarkan pengarang-pengarang memilih bahannja sendiri dari jang banjak jang tersedia bagi mereka. Lihatlah Joh. 20:30; 21:35. Pemilihan bergantung pula pada sumber-sumber mereka dan tudjuan mereka jang chusus. Mateus menulis sebagai penjaksi mata dan maksudnja menulis suatu buku peladjaran. Hal itu menentukan pemilihan bahan dan bentuk karangannja. Markus mentjeritakan apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dan bentuk karangannja tjeritera-tjeritera sadja. Lukas mentjari sumber-sumbernja dalam tradisi, diantaranja jang berbentuk tulisan, dan ia sebagai ahli pengarang menjelidiki keberatan sumber-sumbernja dengan teliti, menjusun bagus dan memilih menurut seleranja, suka menondjolkan sifat-sifat Jesus jang tertentu dan adjarnja-adjaran jang penting bagi orang beriman bekas penjembah dewa-dewa. Joanes adalah penjaksi mata semata-mata dan menulis semuanja menurut pengertian pada achir hidupnja, sebagai hasil perenungannja terus menerus. Paulus diberi wahju jang chusus langsung dari Kristus jang kelihatan kepadanja dalam kemuliaanNja, dan sebagian terbesar dari bahannja diambilnja dari tradisi. Tidak seorang pengarang bermaksud menulis riwajat hidup Jesus jang agak lengkap. Mereka mengutamakan adjaran-adjaran Jesus, dan diapun tidak diberikan lengkap. Tentang peristiwa-peristiwa dan kedjadian-kedjadian, jang satu memberitakan dengan ringkas, jang lain setjara lebar dan terperintji, jang satu menindjaukan dari sudut ini, jang lain berminat kepada segi-segi jang lain; dan jang mengambil bahan dari tradisi, tidak selalu menemukan tjerita-tjerita dalam bentuk dan bahan jang sama. Segala perbedaan jang berpokok pada hal-hal itu tak pernah mengenai hakekat berita-berita sebagai wahju, melaikan hanja bentuk jang tidak hakiki dan tiap-tiap bentuk dibiarkan oleh Roh Kudus dan terasa tjukup teliti dan tepat olehNja. Maka perbedaan-perbedaan dapat dianggap sebagai sengadja dikehendaki olehNja, supaja kebenaran-kebenaran disoroti dalam bganjak segi-seginja sehingga keseluruhan Indjil lebih djelas dan utuh.Jang sama dapat dikatakan tentang utjapan-utjapan Jesus, jang isinja atau intinja sama, tetapi tidak selalu diberikan dengan perkataan jang sama dan tidak sama lengkap. Untuk mengerti terdjadjinja perbedaan-perbedaan itu dapat dikemukakan bahwa Jesus tentu banjak sekali mengulangi adjaran-adjaran dan utjapan-utjapanNja, tetapi tidak selalu dengan perkataan jang sama, dan satu kali lebih lengkap dari pada kesempatan jang lain. Tetapi meskipun dapat kita bajangkan, bahwa Rasul-rasul seperti Petrus, Joanes dan Mateus, demikian berminat terhadap utjapan-utjapan Jesus, sehingga banjak sekali djuga bunji, tekanan dan irama perkataannja sangat kuat terkesan dan berlekat dalam ingatan mereka, namun jang diutamakan mereka ialah isi, makna dan maksud adjaran-adjaran Jesus. Dan pengertian akan itu makin lama makin bertumbuh luas dan djelas, sehingga mereka dalam pengadjarannja memilih bentuk jang tjotjok dengan maksud asli Jesus, tetapi bebas terambil dari perbendaharaan bahasa mereka masing-masing, sesuai dengan ketjakapan mereka dan dajatanggap para pendengar. Tambahan pula, bahwa bahasa Aramea jang digunakan Jesus, harus diterdjemahkan bagi orang-orang jang bukan Jahudi, dan tentu tidak segala penterdjemah memilih ungkapan-ungkapan jang sama. Dari sebab itu kita mengerti bahwa dalam tradisi resmi terdapat perbedaan-perbedaan tersebut.Dengan ringkas dapat ditandaskan, bahwa dalam karangan-karangan Perdjandjian Baru, kepribadian Jesus dan kebenaran jang diadjarkannja, selalu tepat jang sama dan perbedaan-perbedaan mengenai bentuk jang tidak hakiki sadja.
  15. Tidak Terdapat Kechilafan Dalam Kitab Kudus
    Kalau Allah pengarang segala karangan Kitab Kudus dan seluruh isi dan bentuk hakiki diilhami oleh Roh Kudus, tentu sadja terdjaminlah kebenaran segala utjapan jang mengandung suatu adjaran. Itu bukan dilapangan agama dan kesusilaan, melainkan djuga mengenai hal-hal jang fana, bila benar-benar Allah hendak menjatakan atau menandaskan apa dilapangan itu. Tetapi dalil jang terachir ini telah menimbulkan kesulitan-kesulitan dan persoalan-persoalan, sebab ditemukan didalam Kitab Kudus utjapan-utjapan jang bertentangan dengan pendapat-pendapat ilmiah jang pasti, misalnja dibidang ilmu-alam dan sedjarah. Mengenai ilmu alam atau keadaan alam, umpamanja tentang bentuk bumi, gerakan-gerakan djagat raja, pokok-pokok matjam-matjam penjakit dan lain-lain. Bagaimana bisa Roh Kudus mengilhamkan, bahwa bumi pusat djagat raja dan matahari mengedari bumi dan penjakit-penjakit disebut oleh roh djahat? Djawaban tepat ialah: bahwa Roh Kudus dengan ilmiahNja hanja hendak mengadjarkan apa jang penting atau berfaedah untuk hidup abadi, bukan ilmu pengetahuan jang fana. Ia membiarkan sadja pengarang menggunakan bahasa populer dengan anggapan-anggapan dan bajangan serta tjara berpikir jang lazim dewasa itu, biarpun tidak tjotjok dengan kenjataan jang sebenarnnja. Seperti kitapun masih berkata "matahari terbit", "matahari terbenam". Aneh sekali seandainja Roh Kudus hendak membetulkan tjara ungkapan dan tanggapan penulis-penulis dengan mengilhamkan bahwa bumi sebenarnja berbentuk bulat, berputar keliling porosnja dan mengedari matahari dan lain-lain sebagainja. Ungkapan-ungkapan populer jang dimaskudkan diatas tadi termasuk bahasa dan gaja bahasa sadja, bukan isi wahju sendiri. Hanja bahasa itu, bukan bahasa ilmu pengetahuan modern dapat dimengerti oleh para pembatja dewasa itu.Kesulitan-kesulitan dilapangan sedjarah berbelit-belit. Terdapat tjerita-tjerita jang sebagian saling bertentangan dan jang berlainan dengan pendapat ilmu sedjarah jang tjukup pasti. Dan memang Kitab Kudus, terlebih Perdjandjian Lama, sebagian besar merupakan buku sedjarah. Tetapi harus ditjamkan teguh-teguh bahwa Kitab Kudus hanja mau meriwajatkan sedjarah penjelamatan, jaitu tindakan-tindakan penjelenggaraan Allah guna mengantar dan membawa umat manusia kepada tudjuan hidupnja, ialah keselamatan abadi. Sedjarah serba fana hanja diindahkan sekedar sangkutpautnja dengan sedjarah sutji tersebut, dan sekedar digunakan sebagai bentuk pernjataan wahju. Kebenaran seluruh tjerita-tjerita jang bersangkutan, urutan waktu dalam susunannja, angka-angka penanggalan dan sebagainja dewasa itu tidak dipedulikan orang dan sebab itu tidakpun oleh pengarang Kitab Kudus.Ada pula tjerita-tjerita pendek dan pandjang, jang memberi kesan-kesan seolah-olah dia bersedjarah, tetapi sebenarnja buah chajalan seorang pudjangga, jang menggunakannja untuk mengemukakan, mendjelaskan, ataupun meresapkan suatu adjaran jang penting, tuntutan-tuntutan kesusilaan atau tjita-tjita jang tertentu. Tjontohnja jang tepat ialah buku Job. Tetapi ada banjak jang lain lagi dan termasuk djuga perumpamaan-perumpamaan, dan alegori-alegori Perdjandjian Baru.Terdapat pula banjak ungkapan jang njata terlalu berlebih-lebihan, kedjadian-kedjadian, angka-angka umur manusia, ukuran-ukuran badan manusia dan benda, dan lain-lain hal, jang lebih gandjil lagi. Dia terambil dari dongengan orang dan termasuk gaja bahasa sadja.Segala persoalan jang mungkin timbul, sukar dipetjahkan begitu sadja dan sering membutuhkan pembaharuan jang luas dan mendalam. Sjukurlah bahwa jang demikian sudah banjak dilaksanakan para sardjana, dan hasil pekerdjaan mereka dapat kita batja dalam buku-buku mereka. Pendapat-pendapat mereka sekedar ruangan buku ini mengizinkan disadjikan dalam kata pengantar pada tiap-tiap karangan dan dalam tjatatan-tjatatan dikaki halaman-halaman.Dan tentang hal-hal jang penting, sekedar ada kesempatan, kita tjari tafsiran jang resmi atau setengah-resmi dalam keputusan-keputusan dan pengumuman-pengumuman umum dari djabatan pengadjaran Geredja Kudus jang bersangkutan.
  16. Terpeliharanja Kitab Kudus
    Sepandjang Sedjarah Geredja Roh Kudus tetap pemimpin Geredja Kudus, biarpun tidak seperti menjolok didalam Geredja purba. Tidak mungkin Ia membiarkan Kitab Kudus jang diselenggarakanNja guna mendjadi dasar pengadjaran dan pemimpin Geredja untuk selama-lamanja, tidak tetap terpelihara utuh dan murni, salah ditafsirkan atau disalahgunakan sehingga dapat mendjadi pokok kesesatan. Untuk itu djabatan Geredja jang resmi tetap dipimpin oleh Roh Kudus.Kalau dikatakan, bahwa Kitab Kudus bebas dari kechilafan, hal ini memang mengenai naskah-naskah asli sadja. Tetapi naskah-naskah asli itu belum satupun ditemukan. Jang diturunkan kedapa kita, ialah salinan-salinan dan terdjemahan-terdjemahan dari naskah-naskah asli itu. Salinan-salinan dari abad kedua sampai abad kelima sudah ratusan jang ditemukan. Tetapi hanja beberapa jang lengkap. Dari kebanjakan karangan tersimpan sebagian sadja.Salinan-salinan itu umumnja tidak dikerdjakan dengan ketelitian jang kita idamkan, tetapi perbedaan antaranja djarang mengenai isi, melainkan mengenai bentuk bahasanja. Dengan membandingkan segala salinan satu dengan jang lain, para ahli telah berhasil hampir-hampir memulihkan jang asli. Dalam pekerdjaan itu digunakan djuga terdjemahan dalam pelbagai bahasa jang dikerdjakan dalam abad-abad pertama sedjarah Geredja.Seperti telah kita lihat, karangan-karangan Kitab Kudus dikerdjakan oleh penulis-penulis jang berlain-lainan sifat dan kedudukannja, tidak pada waktu jang sama, dan langsung bagi umat-umat tertentu, serta mula-mula disimpan dan dibatja dalam umat-umat itu sadja. Mula-mula tidak begitu djelas, mana dari karangan-karangan jang dibatja itu benar-benar diilham oleh Roh Kudus. Ada misalnja karangan-karangan jang termasuk kanon kita, seperti Jak. II Petr. Ibr. dan Wahju Joanes, jang tidak segera diterima oleh semua umat. Alasannja, sebab lama hanja dikenal dan dibatja dalam satu dua umat, tidak diketahui siapa pengarangnja atau djuga disalah tafsirkan dan disalahgunakan seperti Ibr. oleh mazhab-mazhab tertentu jang memisahkan diri dari Geredja induk.Hanja lama-kelamaan karangan-karangan dikumpulkan mendjadi satu buku. Gubahan keempat karangan Indjil dan segubahan surat-surat Paulus, meskipun belum lengkap, sudah ada sekitar tahun 100. Kanon lengkap jang sekarang kita punja sudah agak resmi di Geredja Timur dalam tahun 367, atas usaha Atanasius, dan di Geredja Barat untuk Afrika Utara dan Roma diresmikan kira-kira duapuluh tahun kemudian.Daftar itu kemudian diterima oleh seluruh Geredja di Timur dan Barat, djuga oleh mazhab jang telah memisahkan diri.Baru Luter jang menolak beberapa buku dan karangan, dan kebanjakan aliran protestan mengikuti sikapnja. Terhadap mereka Konsili Trete mengambil keputusan, bahwa seluruh "kanon" jang dibenarkan sedjak 400 harus diterima sebagai benar-benar masuk Kitab Kudus dan diilham oleh Roh Kudus. Keputusan itu diulangi lagi pada Konsili Vatikan I.Tentang terdjemahan-terdjemahan Kitab Kudus dalam bahasa-bahasa daerah tidak dapat dikatakan bahwa dikerdjakan dengan ilham Roh Kudus. Tetapi kebenaran isinja djukup terdjamin bila terdjemahan itu diperiksa dan dibenarkan oleh djabatan pengadjaran resmi, biasanja oleh Wali-geredja setempat, dengan memberinja tjap "imprimatur".

Catt :
Istilah 'riwajat-lisan" disini dan selandjutnja berarti "tradisi" jang tertjantum atau terkandung dalam buku-buku jang bersifat buku sedjarah dari zaman purba Geredja, jang tidak resmi dan kadang-kadang kurang teliti. Sengadja digunakan dalam arti itu, untuk membedakan dari "tradisi resmi" jang merupakan penduduk wahju dan sumber Indjil tertulis, sebagaimana telah dibitjarakan dalam fasal 10 tadi.