Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Mungkin adalah berita baru bagi para pembaca bahwa terjemahan bagian Alkitab pertama dalam bahasa non-Eropa yang digunakan untuk penginjilan adalah Injil Matius dalam bahasa Melayu tingkat tinggi, yang terbit sekitar tahun 1629. Versi tersebut diterjemahkan oleh Albert Cornelisson Ruyl atau Ruil. Sayang sekali, tidak ada sumber-sumber yang menceritakan tentang penerjemah tersebut. Namun ada kemungkinan bahwa dia adalah pegawai United East India Company pada waktu itu. Kitab tersebut diterbitkan oleh Jan Jacobsz Palenstsyn, di Enckhuysen, berisi Injil dalam bahasa Belanda dan bahasa Melayu yang diletakkan sejajar/berdampingan. Kolom sebelah kiri adalah Injil dalam bahasa Belanda yang ditulis dengan huruf hitam, sedangkan di sebelah kanan adalah Injil dalam bahasa Melayu yang ditulis dengan huruf roman.
Fakta lain yang menarik dari penerjemahan Alkitab ini adalah biaya penerbitannya yang ditanggung oleh United East India Company, sama seperti semua edisi awal yang diterbitkan dalam bahasa Melayu. Injil-injil lainnya dan Kisah Para Rasul selesai diterjemahkan pada tahun 1651, Injil Lukas dan Injil Yohanes diterjemahkan oleh Jan van Hazel atau Hazel, Direktur United East India Company yang pernah belajar bahasa Melayu ketika ia tinggal di Timur. Versinya disiapkan untuk dicetak oleh Justus Heurnius, seorang menteri Belanda yang kemudian menerjemahkan Kisah Para Rasul. Psalter diterjemahkan tahun 1652, dan Perjanjian Baru, versi terbaru karya Daniel Brouwerius, pada tahun 1668. Semua kitab tersebut berisi teks dalam bahasa Belanda yang diletakkan bersebelahan dengan teks dalam bahasa Melayu. Injil dan Kisah Para Rasul dalam versi tersebut dicetak ulang di Oxford 9 tahun kemudian atas biaya Yang Mulia Robert Boyle, salah seorang anggota Komite East India Company dan direktur Society for the Propagation of The Gospel yang telah menerbitkan kitab Perjanjian Baru versi Massachussetts tahun 1661 dan Alkitab tahun 1663, yang disiapkan oleh John Eliot.
Tahun 1731, versi lain dari Perjanjian Baru dipersiapkan, sebagian besar oleh Melchior Leidekker dengan bantuan orang-orang Melayu asli yang berpendidikan. Alkitab terjemahan ini muncul dua tahun kemudian dan dicetak dengan huruf roman. Tetapi di tahun 1758, berdasarkan petunjuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Alkitab diterbitkan dalam huruf Arab, karena hanya sedikit penduduk Melayu yang dapat membaca huruf selain huruf Arab.
Awal abad 19, the British and Foreign Bible Society telah didirikan, dan beberapa tahun kemudian telah membentuk Auxiliary Bible Society di banyak tempat di dunia. Di Calcuta khususnya, sangat bersemangat; dan pada tahun 1814 lembaga ini mencetak satu edisi yang terdiri dari 3.000 kopi Perjanjian Baru berbahasa Melayu di Serampore.[1]
Dan meneruskannya ke Amboina. Teks ini sama dengan teks pada tahun 1731. Pada tahun 1815 dipesan satu edisi Alkitab yang terdiri dari 5.000 kopi dan cetakan berikutnya dari Perjanjian Baru yang terdiri dari 3.000 lebih.
Pada tahun 1820, the Netherlands Bible Society mempublikasikan satu edisi dari Perjanjian Baru yang sama dalam naskah berbahasa Arab. Ini diikuti oleh Alkitab dalam naskah yang sama pada tahun 1824, British and Foreign Bible society telah mencetak kedua edisi ini baik dalam bahasa Arab dan maupun dalam huruf Romawi tiga tahun lebih awal.
Mulai saat ini, terasa bahwa teks dalam versi ini memerlukan adanya satu revisi, dan Robert Burn, seorang pendeta Anglikan di Singapura, dengan Claudius H. Thompson dari London Missionary Society mengambil alih tugas ini. The British and Foreign Bible Society pada tahun 1831 menerbitkan hasil kerja mereka pada Perjanjian Baru. Tetapi para misionaris tidak puas dengan revisi ini, dan pada tahun 1853, satu usaha baru dibuat untuk memperbaiki teksnya. Orang utama yang bertugas memperbaiki adalah B.P. Keasberry, dari the London Missionary Society. Perjanjian Baru, dalam bentuk ini dikeluarkan di Singapura, baik dalam huruf Arab maupun dalam huruf Roman. Kemudian H.C. Klinkert, seorang misionaris di Jawa, mulai satu revisi dari Alkitab, yang lengkap pada tahun 1879 dan telah melewati beberapa edisi.
The National Bible Society dari Skotlandia, pada tahun 1877, juga menerbitkan 1000 kopi dari versi independent mengenai Perjanjian Baru yang dipersiapkan oleh B.N.J. Roskott dari Amboina, yang dia anggap "satu-satunya versi yang tidak pernah dipersiapkan dalam dialek Melayu dimana ini tertulis." Tidak nampak adanya edisi lebih lanjut dari terbitan penerjemahan Roskott yang diterbitkan sampai 20.000 kopi dari versi Injil Yohanesnya yang dicetak ulang pada tahun 1931 oleh the Scripture Gift Mission dan the National Bible Society dari Skotlandia.
Pada tahun 1890 satu komite yang terdiri dari Bishop Hose of Singapore, W.H. Shellabear, seorang pemimpin dari Royal Enginers, yang selanjutnya ditahbiskan dan bergabung dengan the American Methodist Episcopal Mission, diatur untuk mempersiapkan satu terjemahan yang baru. Mr. Shellaber (Selanjutnya bergelar Rev. Prof. W.G. Shellabear, D.D. dari Hartford Theological Seminary) dibiayai oleh the British and Foreign Bible Society untuk bertindak sebagai perevisi utama. Versi dari Alkitab bahasa Melayu lengkap pada tahun 1912, dan telah memiliki sirkulasi luas, khususnya dalam kerja penyaluran. Selama beberapa tahun terakhir komite yang lain menyajikan *chas* telah dipertalikan dalam mempersiapkan satu Union Version berdasar terjemahan Klinkert dan Shellabear.
Dalam bahasa Melayu rendahan, yang bentuk bahasanya setara dengan Jawa, Sunda dan kata asing dan idiom-idiom, seorang misionaris dari the Baptist Missionary Society memiliki Injil yang telah dicetak sejak tahun 1835. Teks ini diadaptasi dari bahasa Melayu tinggi oleh orang-orang Kristen di Surabaya dan diedit oleh seorang misionaris dari the London Missionary Society. Ini menarik untuk mencatat bahwa Alkitab ini dicetak di Batavia, atas ekpansi petobat-petobat Surabaya ini. H. C. Klinkert, yang namanya baru saja disebutkan dalam hubungan dengan Alkitab dalam bahasa Melayu tinggi, menyiapkan terjemahan segar dari Perjanjian Baru dalam dialek Melayu rendah pada tahun 1863.
Ada bentuk ketiga terjemahan Melayu yang ditemukan berguna untuk Alkitab. Ini dikenal dengan Melayu Baba, logat bicara di perkampungan pecinan yang dipakai oleh orang Tionghoa. Kitab pertama yang dipublikasikan adalah Injil Matius, yang diterjemahkan oleh Miss M. Macmahon, dari gereja Presbiterian dari Misi Inggris di Singapura. Kitab ini dicetak pada tahun 1891. Beberapa saat kemudian Dr. Shellabear telah menyiapkan terjemahan seluruh Perjanjian Baru. Yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1913, dan telah menjadi sangat laris. Huruf digunakan adalah huruf roman, tetapi orthografi yang digunakan dalam Melayu Peninsula berbeda dengan yang digunakan oleh Belanda, kitab diterbitkan dalam kedua bentuk dialek.
Dalam bahasa Batta atau Batak, bahasa utama di Sumatra, dialek Batak Toba memiliki terjemahan Alkitab yang lengkap, dialek ini dipakai di bagian barat pulau Sumatra dan Perjanjian Baru dan Mazmur tersedia dalam dialek Angkola-Mandailing yang dipakai di daerah selatan. The Netherlads Bible Society mulai menerjemahkan dalam dialek Batak Toba pada tahun 1853. Selanjutnya pada tahun 1867 kitab Kejadian, Keluaran, Injil dan Kisah Para Rasul dipublikasikan. Selanjutnya pada tahun 1877, J.C. Nomensen dari the Rhenish Missionary Society, yang masuk ke daerah ini pada tahun 1861, memulai satu versi yang segar yang dipublikasikan oleh the British and Foreign Bible Society, Perjanjian Baru muncul dalam huruf Batta yang aneh pada tahun 1878, dan huruf Roman pada tahun 1885. Perjanjian Baru dalam huruf Roman dipublikasikan pada tahun 1894.
Dalam dialek Angkola-Mandailing, penerjemahnya adalah Pendeta A. Schreiber dan C. Leipoldt, keduanya dari the Rhenish Missionary Society. Mereka mulai menerjemahkan Injil Lukas pada tahun 1873. Tiga Injil dipublikasikan dalam huruf Batta, tetapi sekarang lebih disukai dalam huruf Roman, dimana Perjanjian Baru dan Mazmur diterbitkan.
Dialek ketiga Batak yaitu Batak Karo, memiliki Perjanjian Baru yang diterjemahkan oleh Pendeta J.H. Neumann dari the Rhenish Missionary Society pada tahun 1928. Ini dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society. Dia mulai dengan menerbitkan kitab Matius pada tahin 1910.
Bahasa Nias dipakai di pulau Nias, di Batoe dan pulau lain dan Pantai Utara Sumatera. Perjanjian Baru dan Mazmur telah dipublikasikan dalam bahasa ini. Permulaan penerjemahan Alkitab di Nias dibuat oleh Pendeta E. Denniger dari the Rhenish Missionary Society, yang menyiapkan satu versi dari Injil Lukas pada tahun 1874. Ini dipublikasikan oleh the British and Foreign Bible Society. Selanjutnya the Netherlands Bible Society mengambil alih tugas ini. Misionaris lain dari the Rhenish Society, Pendeta H. Sundermann, melengkapi Perjanjian Baru pada tahun 1892. Ini diikuti oleh the Psalter pada tahun 1903.
Bahasa Sunda dipakai di Jawa Barat, berbeda bentuk dengan bahasa Jawa dan Melayu. Alkitab dicetak dalam huruf roman. Penerjemah pertama adalah Pendeta J. Esser, seorang misionaris Belanda yang memproduksi satu versi Injil Matius pada tahun 1854, yang dicetak secara mandiri. Pada tahun 1886, Injil Lukas diterjemahkan oleh Pendeta G.J. Grashuis dari the Netherlands Missionary Union, dipublikasikan oleh the British and Foreign Bible Society. Dalam laporan dari the National Bible Society of Scotland disebutkan bahwa masyarakat Skotlandia menyumbang " *50 pada the Secretary of the Netherlands Missionary Union melalui pencetakan satu Alkitab dalam bahasa ini." Pada tahun 1877 Perjanjian Baru diterjemahkan oleh Pendeta S. Coolsma dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society. Ini diikuti dengan Alkitab pada tahun 1891. Semua ini dalam huruf Roman. Injil Lukas, Injil Yohanes, dan Kisah Para Rasul di terjemahkan dari versi Coolsma ke dalam naskah Arab dan di publikasikan tahun 1871.
Dalam bahasa yang digunakan di pulau Mentawai, yang terletak di pantai barat Sumatra, Injil Markus diterjemahkan oleh Pendeta A. Lett dari the Rhenish Missionary Society, dipublikasikan tahun 1911 oleh the Netherlands Bible Society.
Bahasa Jawa dipakai oleh kurang lebih dua per tiga penduduk Jawa. Bahasa jawa ini memiliki hurufnya sendiri, yang diadaptasi dari huruf Devanagari, dan kebanyakan Kitab Suci dipublikasikan dalam bentuk huruf ini, meskipun sedikit diantaranya diterbitkan dalam huruf Arab. (Biasa dikenal di Jawa sebagai huruf Pegon), dan Perjanjian Baru diterbitkan dalam huruf roman pada tahun 1911. Kitab Suci pertama kali adalah Perjanjian Baru, yang diterjemahkan oleh Gottlob Bruckner, seorang misionaris dari Baptist missionary of Semerang. Versi ini dicetak pada tahun 1829 di Serampore. The British and Foreign Bible Society memberikan penerjemah £ 500 untuk 1.000 kopi. Pada tahun 1841, J.F.C. Gericke, seorang agen dari the Netherlands Bible Society, memulai satu versi yang baru, melengkapi Perjanjian Baru pada tahun 1852 dan Alkitab pada tahun 1854. Ini dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society. Pada tahun 1886 P. Janz dari the Mennonite Missionary Union mulai satu penerjemahan terbaru. Dia menyelesaikan Perjanjian Baru pada tahun 1897 dan Alkitab pada tahun 1906.
Versi terjemahan dalam huruf Arab (Pegon) yang paling awal adalah Injil Lukas yang diterjemahkan oleh seorang penduduk pribumi dan dipublikasikan pada tahun 1893 oleh the British and Foreign Bible Society. Tiga tahun kemudian P. Penninga, seorang sub agen dari the British and Foreign Bible Society menyiapkan edisi terbaru dan selanjutnya menambah Injil yang lain dan Kisah Para Rasul.
Di pulau Madura, Injil dan Kisah Para Rasul tersedia, yang diterjemahkan oleh J.P. Esser, seorang Misionaris Belanda, dan dipublikasikan dalam huruf Jawa oleh the Netherlands Bible Society pada tahun 1890. The National Bible Society of Scotland melaporkan telah menyumbang £ 30 bagi Mr. Esser untuk tugasnya. Empat belas tahun kemudian terjemahan baru dari Injil Lukas dan Filipi dalam huruf Roman ditambahkan.
Pada tahun 1910 Injil Lukas diterjemahkan ke dalam bahasa Bali oleh seorang pangeran Bali bernama Goesti Djilantik. Kitab ini dipublikasikan oleh the British and Foreign Bible Society dan disirkulasikan oleh penyalur. Permintaan mengenai versi terjemahan baru meningkat dalam hubungannya dengan pertobatan orang Kristen dan Missionary Alliance di Bali.
Di pulau Roti dan pulau-pulau yang berdekatan dengan Timor, secara praktis menggunakan bahasa yang sama. J. Fanggidaej, kepala sekolah dari satu sekolah pribumi, membuat satu terjemahan dari Injil Lukas yang dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society pada tahun 1895.
D.K. Wielenga dari the Reformed Churches Mission menerjemahkan satu Sejarah Alkitab[2] ke dalam bahasa Sumba. Buku berbahasa Sumba ini dipublikasikan oleh Skotlandia yang melaporkan bahwa sirkulasi 1.500 bagian dalam bahasa Melayu dan Tionghoa di pulau Sumba, selama tahun 1934 oleh penyalur mereka "Franciscus".
Meskipun bahasa Dayak merupakan bahasa utama di wilayah Borneo Belanda (sekarang Kalimantan), ada beberapa dialek yang memiliki porsi sama dari Kitab suci yang dipublikasikan. E. Denninger dari the Rhenish Missionary Society mempublikasikan Injil dengan dialek Sihong dari Borneo Selatan jauh sebelumnya pada tahun 1858, namun tak ada Kitab Suci yang diterjemahkan lagi setelahnya. Dalam dialek Manyan, dialek lain dari Borneo Belanda, satu buku berisi cerita-cerita Alkitab dipublikasikan oleh the Rhenish Missionaries di Banjarmasin pada tahun 1907.
Bahasa Dayak muncul dalam tiga dialek menurut daftar milik the Bible Society; dialek Ngaju dipakai di daerah tenggara Borneo Belanda; dialek Sea Dayak (Dayak Laut) dipakai di daerah Sarawak, dan dialek Land Dayak (Dayak darat) atau Beta dipakai di daerah Sarawak. Perjanjian Baru diterjemahkan oleh J.F. Becker dan A. Hardeland of the Rhenish Missionary Society, dipublikasikan dalam dialek Ngaju pada tahun 1846, buku Sejarah Alkitab diterbitkan empat tahun sebelumnya. Alkitab diterjemahkan oleh Hardeland dan seorang Dayak pribumi yang bernama Timothy Marat dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society pada tahun 1858. Banyak misionaris dari Society for the Propagation of the Gospel mungkin lebih aktif dalam penerjemahan Alkitab baik Dayak Darat dan Dayak Laut; memproduksi versi-versi Injil dari tiga dialek awal, dan seluruh Perjanjian Baru pada dialek berikutnya. Kitab ini dipakai secara ektensif dengan penyalur British and Foreign Bible Society.
Di Siaow dan Tagulandang, kepulauan Sanghi, misionaris Moravian telah bekerja selama setengah abad. W. Canton, ahli sejarah dari the Bible Society memberikan gambaran secara grafis masa awal hari itu, ketika F. Kelling, pionirnya, meskipun mengkapling tanah dari Mohammedan Rajah, membangun satu rumah dan gereja di pantai selatan menghadap gunung berapi Ruang. Di tengah-tengah pertentangan melawan dia, gunung Ruang meletus, menyemburkan api dan orang-orang berkerumun di gereja "melihat kerucut gunung meledak menuju selat. Satu gelombang raksasa bergulung menuju pantai membagi bagian depan gereja dan menyapu pada sisi lain dengan satu rongsokan liar yang terdiri dari peralatan memancing, pondok dan manusia-manusia yang terhanyut!". Pada tahun 1880 seperdelapan populasi dari 80.000 orang telah dibaptis. Para misionaris mempublikasikan pilihan pada tahun 1872. Selanjutnya Injil Lukas diterbitkan oleh the National Bible Society of Scotland dan pada tahun 1883 Perjanjian Baru oleh the British and Foreign Bible Society. Kitab ini diterjemahkan oleh F. Kelling, yang anaknya melihat satu revisi dari bekas tugas ayahnya melalui cetakan pada tahun 1901. Kitab-kitab ini semua dalam bentuk Siaow dari Sanghi. Dialek lain, dikenal sebagai Great Sanghi, memiliki Injil dan Kisah Para Rasul yang diterjemahkan oleh Clara Steller, dan dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society dari tahun 1890-96.
Di Celebes utara, ada beberapa dialek. Dalam dialek Alfuor, dipakai oleh orang Amoerang, Injil Matius dipublikasikan oleh the Netherlands Missionary Society pada tahun 1852, tapi tidak ada kitab lain yang diterbitkan lebih lanjut. Dalam dialek Tontembo'a, dialek Alfuor lain, satu Sejarah Alkitab diterjemahkan oleh N. Adriani dari the Netherlands Bible Society, diterbitkan tahun 1907. N. Adriani juga membuat satu versi dari Injil Lukas dan Kisah Para Rasul dalam dialek Bare'e, yang dipakai di Celebes tengah. Kitab ini dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society pada tahun 1913 and 1926 secara berturut-turut. Perjanjian Baru dalam dialek ini lengkap pada tahun 1933 oleh N. Adriani dan R.C. Kruijt. Mereka dibantu dibantu oleh Ny. Adriani dan S.J. Esser.
Bahasa utama di Celebes adalah bahasa Bugis, dimana B.F. Matthews, seorang agen the Netherlands Bible Society menerjemahkan Injil Matius ke dalam bahasa Bugis pada tahun 1863. Perjanjian Baru diterjemahkan dengan lengkap pada tahun 1888, dan Perjanjian Lama tiga belas tahun kemudian. Penerjemah yang sama juga membuat satu versi dari dialek Boble di Makassar, satu dialek yang dipakai di pulau bagian Selatan. Keduanya menggunakan huruf yang sama. Dia dengan jelas bekerja dalam dua bahasa secara simultan, untuk Makassar, Injil Matius muncul pada tahun 1864, Perjanjian baru tahun 1888, dan Perjanjian Lama pada tahun 1900.
Di Celebes tengah, satu dialek yang disebut Mori memiliki Cerita Perjanjian Baru yang diterjemahkan oleh pendeta J. Kruyt pada tahun 1922; dialek lain adalah Bada, memiliki satu booklet mengenai cerita Alkitab yang disiapkan oleh Jac. Woensdregt pada tahun 1923. Dalam dialek Ta'e yang dipakai di Celebes Barat Daya, satu buku yang berisi cerita Perjanjian Baru diterjemahkan oleh J. Sampe Toding, dipublikasikan pada tahun 1923. Dialek Tombulu, dari bahasa Indonesia yang dipakai di Minahasa, Celebes Utara, memiliki Injil Matius, yang diterjemahkan oleh B. Tular, seorang guru pribumi, dipublikasikan tahun 1933 the Netherlands Bible Society. Di kepulauan Halmahera, beberapa dialek lokal memiliki beberapa inti dari Kitab Suci: dialek Tabaru di bagian Utara memiliki satu Sejarah Alkitab yang diterjemahkan oleh Pendeta J. Fortgens dari the Utrecht Missionary Union; dialek Tobelor memiliki buku yang mirip yang diterjemahkan oleh pendeta A. Hueting dari agen misi yang sama pada tahun 1905; dialek Galela memiliki satu Sejarah Alkitab yang diterjemahkan oleh M.J Van Baarda dari agen misi yang sama ada tahun 1889. Dialek Loda di kepulauan Moluca memiliki Injil Matius yang diterjemahkan oelh J. Metz pada tahun 1913. Semua ini dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society.
Di antara orang-orang yang bekerja untuk meletakkan Injil dalam usaha menjangkau penduduk dari pulau yang tersebar, penghormatan harus dibuat bagi sekretaris the Bible Society, asisten sekretaris, penyalur dan wanita-wanita Alkitab. The Netherlands Bible Society menemukan banyak penerjemah berbakat di antara mereka yang dikirim bagi tugas ini, B.F. Matthes, yang menerjemahkan dua Alkitab dalam dua bahasa, Bugis dan Makassar; J.F.C. Gericke, yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jawa; S. Coolsma, yang membuat versi dari Perjanjian Baru dalam bahasa Sunda; Clara Steller yang menerjemahkan Injil dan Kisah Para Rasul dalam bahasa bahasa Sanghi Besar, dan banyak lagi. The British and Foreign Bible Society memiliki spesialisasi lebih dalam distribusi Alkitab. Orang-orang seperti Haffenden, Tisdall, Purdy, Williams, Penninga, dan penyalur pribumi, melakukan perjalanan ribuan mil, memikul penderitaan melalui darat dan laut dalam usaha agar Kitab Suci tersedia di kepulauan ini.
Sirkulasi Kitab Suci di the Netherlands Indies merupakan masalah besar. The Netherlands Bible Society berkonsentrasi untuk mensuplai misi Belanda. The British and Foreign Bible Society melakukan segala usaha untuk menjangkau di luar agen ini. Ini mempekerjakan 38 penyalur pada tahun 1933. Ini mulai bekerja pada tahun 1814, dan agennya termasuk Perkampungan Pecinan, Melayu Peninsula, Borneo (Kalimantan), Sumatra, Jawa, Celebes (Sulawesi), kepulauan Belanda dan Portugis dan Papua Nugini. Sungguh mustahil untuk memberikan figur dari sirkulasi di tanah Hindia Belanda itu sendiri. Lebih lanjut, permintaan di Melayu, 21.312 pada tahun 1933, tidak membatasi bagi Melayu Peninsula. Membuat semua penghargaan ini kami menemukan bahwa sirkulasi menajdi menurun selama tiga tahun terakhir, yaitu 1931: 223.606, 1932: 206.577, 1933: 178.277.
Keseluruhan sirkulasi oleh the British and Foreign Bible Society sendiri sampai tahun 1933 (figur dari the Netherlands Bible Society dan the National Bible Society of Scotland tidak tersedia) dalam bahasa-bahasa di tanah Hindia Belanda yang disebutkan dalam bab ini adalah:
Bahasa | Alkitab | PB | Per Bagian | Total |
Melayu | 25,140 | 64,483 | 962,815 | 1,052,438 |
Batta | 6,000 | 42,867 | 55,353 | 104,220 |
Nias | - | - | 1,010 | 1,010 |
Sunda | 99 | 250 | 14,047 | 14,396 |
Jawa | 8,008 | 91,3210 | 1,285,923 | 1,385,252 |
Madura | - | 15 | 4,985 | 5,000 |
Bali | - | - | 8,000 | 8,000 |
Dayak | - | 1,500 | 10,000 | 11,500 |
Sanghi | - | 8,112 | 14,530 | 22,642 |
Makassar | - | - | 5,685 | 5,685 |
Bugis | - | - | 11,096 | 11,096 |
Tabel 1.[3]
Catatan
- ↑ Penjelasan lebih jauh mengenai kemampuan baca dari beragam tingkat populasi dan wilayah administratif dapat ditemukan di halaman 95 Indisch Verslag tahun 1932 di Statistich Faaroversicht van Nederlands Indie over het Faar 1931.
- ↑ Nama "Sejarah Alkitab" terjadi beberapa kali dalam daftar publikasi ini. Buku dengan judul ini berisi cerita dari Alkitab.
- ↑ Untuk lampiran/artikel, pengucapan dari nama yang sebenarnya telah disesuaikan pada penggunaan pada awal halaman survey ini. Ini merupakan ragam dari penggunaan daftar dari the British and Foreign Bible Society, misalnya Amboina nampak sebagai Amboyna; Soerabaja, Soerabaya, Soembanese, Sumbanese, Dayak, Dyak; Sanghi Sangir; Makassar, Macassar.
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari:. |