Sejarah Alkitab Indonesia

sejarah/bahasa sangir.htm

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
Baris 6: Baris 6:
|}
|}
-
'''Dari: [[masa kulturisme injili|Masa Kulturisme Injili]]'''
+
'''Dari: [[Masa Kulturisme Injili]]'''
Selain dari Katekismus Heidelberg, sebuah "buku-bacaan alkitabiah", Pengajaran Keselamatan (karangan Doedes) dan Perjalanan Kristen (karangan Bunyan), diterjemahkan juga Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul dalam bahasa daerah. (**Brilman, a.w., blz. 150. Pekerjaan terjemahan ini dilakukan a.l. oleh Clara Steller, anak perempuan dari pendeta-sending (= utusan-pekerja) Steller. Selain daripada buku-buku di atas, ia juga menerbitkan suatu daftar kata-kata Sangir-Belanda.
Selain dari Katekismus Heidelberg, sebuah "buku-bacaan alkitabiah", Pengajaran Keselamatan (karangan Doedes) dan Perjalanan Kristen (karangan Bunyan), diterjemahkan juga Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul dalam bahasa daerah. (**Brilman, a.w., blz. 150. Pekerjaan terjemahan ini dilakukan a.l. oleh Clara Steller, anak perempuan dari pendeta-sending (= utusan-pekerja) Steller. Selain daripada buku-buku di atas, ia juga menerbitkan suatu daftar kata-kata Sangir-Belanda.
Baris 14: Baris 14:
----
----
-
'''Dari: [[Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di daerah Sulawesi Utara (di luar Minahasa)]]'''
+
'''Dari: [[Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di daerah Sulawesi Utara (di Luar Minahasa)]]'''
Steller bersama rekan-rekannya segera menjalankan upaya untuk membenahi jemaat. Mereka ingin supaya semua anggota memiliki kesalehan hati dan kesucian hidup. Secara negatif, mereka memberantas kepercayaan takhyul, kebiasaan minum minuman keras dan perkawinan poligami yang banyak terdapat di kalangan orang Kristen. Secara positif, mereka secepat mungkin mulai menggunakan bahasa daerah sebagai ganti bahasa Melayu. Beberapa bagian Alkitab mereka terjemahkan ke dalam bahasa daerah (1883, PB dalam logat Siau; 1942, PB dalam bahasa Sangir), begitu pula Katekismus Heidelberg (1871), Perjalanan seorang Musafir karangan J. Bunyan, dan lain-lain. Jumlah kebaktian diperbanyak: pada hari Minggu petang bahan yang telah dikhotbahkan dalam kebaktian pagi dibahas lagi, disusul oleh katekisasi dan Sekolah Minggu.
Steller bersama rekan-rekannya segera menjalankan upaya untuk membenahi jemaat. Mereka ingin supaya semua anggota memiliki kesalehan hati dan kesucian hidup. Secara negatif, mereka memberantas kepercayaan takhyul, kebiasaan minum minuman keras dan perkawinan poligami yang banyak terdapat di kalangan orang Kristen. Secara positif, mereka secepat mungkin mulai menggunakan bahasa daerah sebagai ganti bahasa Melayu. Beberapa bagian Alkitab mereka terjemahkan ke dalam bahasa daerah (1883, PB dalam logat Siau; 1942, PB dalam bahasa Sangir), begitu pula Katekismus Heidelberg (1871), Perjalanan seorang Musafir karangan J. Bunyan, dan lain-lain. Jumlah kebaktian diperbanyak: pada hari Minggu petang bahan yang telah dikhotbahkan dalam kebaktian pagi dibahas lagi, disusul oleh katekisasi dan Sekolah Minggu.

Revisi per 14:30, 5 Mei 2011

Keterangan Tabel
Bahasa
PL
PB
Porsi
Oleh
Sangir
-
Tahun 1942
-
Clara M.J. Steller, K.G.F. Steller, E.T. Steller

Dari: Masa Kulturisme Injili

Selain dari Katekismus Heidelberg, sebuah "buku-bacaan alkitabiah", Pengajaran Keselamatan (karangan Doedes) dan Perjalanan Kristen (karangan Bunyan), diterjemahkan juga Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul dalam bahasa daerah. (**Brilman, a.w., blz. 150. Pekerjaan terjemahan ini dilakukan a.l. oleh Clara Steller, anak perempuan dari pendeta-sending (= utusan-pekerja) Steller. Selain daripada buku-buku di atas, ia juga menerbitkan suatu daftar kata-kata Sangir-Belanda.

Dr. J. L. Ch. Abineno, 1979, 15-16


Dari: Pekabaran Injil dan Gereja-gereja di daerah Sulawesi Utara (di Luar Minahasa)

Steller bersama rekan-rekannya segera menjalankan upaya untuk membenahi jemaat. Mereka ingin supaya semua anggota memiliki kesalehan hati dan kesucian hidup. Secara negatif, mereka memberantas kepercayaan takhyul, kebiasaan minum minuman keras dan perkawinan poligami yang banyak terdapat di kalangan orang Kristen. Secara positif, mereka secepat mungkin mulai menggunakan bahasa daerah sebagai ganti bahasa Melayu. Beberapa bagian Alkitab mereka terjemahkan ke dalam bahasa daerah (1883, PB dalam logat Siau; 1942, PB dalam bahasa Sangir), begitu pula Katekismus Heidelberg (1871), Perjalanan seorang Musafir karangan J. Bunyan, dan lain-lain. Jumlah kebaktian diperbanyak: pada hari Minggu petang bahan yang telah dikhotbahkan dalam kebaktian pagi dibahas lagi, disusul oleh katekisasi dan Sekolah Minggu.

[ Dr. Th. van den End, 2001, 144-145 ]


Dari: Alkitab di Tanah Hindia Belanda

Dialek lain, dikenal sebagai Great Sanghi, memiliki Injil dan Kisah Para Rasul yang diterjemahkan oleh Clara Steller, dan dipublikasikan oleh the Netherlands Bible Society dari tahun 1890-96.

[ Rev. R Kilgour, D.D., 175 ]


Referensi:

  1. Abineno, Dr. J. L. Ch. 1979. Sejarah Apostolat Di Indonesia II/2. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
  2. End, Dr. Th. van den. 2001. Ragi Carita 2. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
  3. Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171-176.