Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Kanan|{{Sejarah Apostolat di Indonesia}}|{{Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia}}}} | {{Kanan|{{Sejarah Apostolat di Indonesia}}|{{Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia}}}} | ||
- | |||
- | Dalam | + | Dalam pekerjaan apostolat di Maluku, Ambon -- sebagai pusat -- memainkan peranan penting. Sesudah runtuhnya V.O.C. keadaan Jemaat ini, seperti yang telah kita dengar <ref>lihat uraian tentang "G.P.I. di Indonesia-Timur"</ref>, sangat menyedihkan. Sejak 1809 gedung-gereja dari Jemaat yang berbahasa Belanda di situ dipakai sebagai gudang. Tidak berlebih-lebihan, kalau pendeta Ross dari Betawi menulis <ref>1814</ref>, bahwa keadaan "orang-orang Kristen di Ambon dan di seluruh Indonesia-Timur, yang telah bertahun-tahun lamanya hidup tanpa pengajar ......... sama seperti domba-domba yang sesat dan miskin, yang tidak mempunyai gembala". <ref>**Coolsma, a.w., blz. 675.</ref> Karena itu kedatangan Kam di situ <ref>1815</ref> disambut dengan gembira. |
- | + | Dalam waktu yang singkat ia telah mengunjungi Jemaat-jemaat di seluruh Maluku. Di mana-mana ia berkhotbah, mengajar, memberkati nikah dan melayani sakramen. Beribu-ribu orang yang ia baptis: ia mulai dengan 252 di Ambon <ref>1815</ref>, sesudah itu 295 orang, juga di Ambon <ref>1816</ref> dan "seluruh penduduk dari dua desa" di luar Ambon <ref>1916</ref>, kemudian 1500 orang dalam kunjungannya yang pertama ke pulau-pulau Selatan-Daya <ref>1825</ref>, 900 orang dalam kunjungannya yang kedua <ref>1825</ref>, 610 orang di Haruku <ref>1825</ref> dan 84 orang di Seram <ref>1828</ref>. Dengan jalan itu -- dengan jalan meneruskan tradisi "baptisan massal", yang telah berabad-abad lamanya dipakai di Indonesia-Timur -- ia bukan saja memperbesar jumlah orang Kristen yang hanya "namanya saja Kristen" di situ, tetapi ia juga memperdalam jurang pemisahan antara sakramen baptisan dan sakramen perjamuan. <ref>**Joseph Kam, blz. 40, 60, v., 65 vv., 133 vv.</ref> | |
- | Untuk memudahkan pengaturan pelayanan di pulau-pulau, yang terletak antara Ambon dan Timor, dan pengawasan atas pelayanan di pulau-pulau itu, pada tahun 1826 Kupang ditetapkan sebagai pusat kedua | + | Dengan rupa-rupa jalan ia berusaha melayani Jemaat-jemaat di Maluku: dengan jalan mencetak dan mengirim surat-surat gembala, bahan-bahan katekisasi, khotbah-khotbah, dan lain-lain, kepada mereka. Untuk semuanya itu dibutuhkan biaya yang besar, padahal subsidi yang diberikan oleh Pemerintah tidak cukup. Sebagai jalan keluar -- untuk dapat menutup pengeluaran yang makin lama makin besar -- pada tahun 1821 ia mendirikan suatu Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di Ambon <ref>**Coolsma, a.w., blz. 676.</ref> Ia sadar, bahwa pekerjaan yang bertimbun-timbun itu tidak dapat ia kerjakan sendiri. Atas permintaannya N.Z.G. secara teratur -- pada tahun 1818, pada tahun 1821, pada tahun 1823, pada tahun 1827 dan pada tahun 1830 -- mengirim pendeta-pendeta-sending ke Ambon. Dari situ mereka diteruskan oleh Kam ke berbagai-bagai tempat di Indonesia-Timur. |
+ | |||
+ | Untuk memudahkan pengaturan pelayanan di pulau-pulau, yang terletak antara Ambon dan Timor, dan pengawasan atas pelayanan di pulau-pulau itu, pada tahun 1826 Kupang ditetapkan sebagai pusat kedua <ref>di samping Ambon</ref>. <ref>**Van Boetzelaer II, blz. 342.</ref> | ||
Pada tahun 1832 N.Z.G. mengirim seorang pendeta-sending lagi ke Ambon -- pendeta-sending Gericke -- tetapi sekali ini bukan untuk pekerjaan di salah satu Jemaat atau daerah di luar Ambon, melainkan untuk membantu Kam, yang makin lama telah makin tua. Hanya 7 bulan saja mereka dapat bekerjasama, sebab pada tanggal 18 Juli 1833 Kam, yang jatuh sakit dalam kunjungannya ke pulau-pulau Aru dan Selatan-Daya, meninggal dunia, dalam usia 64 tahun. Sama seperti Kam Gericke juga segera mengadakan kunjungan ke Jemaat-jemaat di sekitar Ambon. Di samping hal-hal yang baik, ia masih dapati banyak penyembahan berhala dan kedangkalan hidup rohani di Jemaat-jemaat itu. | Pada tahun 1832 N.Z.G. mengirim seorang pendeta-sending lagi ke Ambon -- pendeta-sending Gericke -- tetapi sekali ini bukan untuk pekerjaan di salah satu Jemaat atau daerah di luar Ambon, melainkan untuk membantu Kam, yang makin lama telah makin tua. Hanya 7 bulan saja mereka dapat bekerjasama, sebab pada tanggal 18 Juli 1833 Kam, yang jatuh sakit dalam kunjungannya ke pulau-pulau Aru dan Selatan-Daya, meninggal dunia, dalam usia 64 tahun. Sama seperti Kam Gericke juga segera mengadakan kunjungan ke Jemaat-jemaat di sekitar Ambon. Di samping hal-hal yang baik, ia masih dapati banyak penyembahan berhala dan kedangkalan hidup rohani di Jemaat-jemaat itu. | ||
- | Ia banyak memberikan perhatian pada perbaikan pengajaran di sekolah-sekolah. Atas permintaannya N.Z.G. mengirim Roskott, seorang ahli di bidang pendidikan, ke Ambon untuk membantunya. Tetapi sebelum ia tiba di situ Gericke telah meninggal dunia pada tanggal 1 Juli 1834. | + | Ia banyak memberikan perhatian pada perbaikan pengajaran di sekolah-sekolah. Atas permintaannya N.Z.G. mengirim Roskott, seorang ahli di bidang pendidikan, ke Ambon untuk membantunya. Tetapi sebelum ia tiba di situ Gericke telah meninggal dunia pada tanggal 1 Juli 1834. <ref>**Coolsma, a.w., blz. 679.</ref> |
- | Setibanya di Ambon--dalam bulan Maret 1835--Roskott segera mulai dengan pekerjaannya: dengan persetujuan Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di situ, ia dalam tahun itu mendirikan sebuah Sekolah Guru untuk mendidik guru-guru pribumi. Sekolah itu mulai dengan 12 murid. Mula-mula pelajaran diberikan dalam gedung-gereja, yang dibangun oleh Kam, tetapi kemudian | + | Setibanya di Ambon--dalam bulan Maret 1835--Roskott segera mulai dengan pekerjaannya: dengan persetujuan Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di situ, ia dalam tahun itu mendirikan sebuah Sekolah Guru untuk mendidik guru-guru pribumi. Sekolah itu mulai dengan 12 murid. Mula-mula pelajaran diberikan dalam gedung-gereja, yang dibangun oleh Kam, tetapi kemudian <ref>**Berhubung dengan robohnya gedung-gereja itu</ref>. Sekolah itu dipindahkan ke Batu-Merah dan dibangun di suatu bidang tanah yang dibeli sendiri oleh Roskott. Pekerjaan Roskott sangat dihargai, terutama karena pengaruh guru-guru, yang ia didik, sangat menonjol. Pada tahun 1844 telah ditempatkan 10 guru sebagai kepala sekolah: 4 orang di pulau-pulau Aru, 2 orang di Timor, 1 orang di Seram dan 3 orang di Ambon. Pada tahun 1855 dilaporkan, bahwa sampai pada waktu itu telah ditempatkan 82 guru diseluruh Indonesia-Timur: di Ambon dan dipulau-pulau lain <ref>61 orang</ref>, di Banda <ref>3 orang</ref>, di Timor <ref>2 orang</ref>, di pulau-pulau Selatan-Daya <ref>6 orang</ref>, di pulau-pulau Aru <ref>6 orang</ref>, di Ternate <ref>1 orang</ref> dan di Menado <ref>3 orang</ref>. Sesuai dengan tugas mereka--sebagai guru dan pemimpin Jemaat--pendidikan mereka terbagi atas 2 bagian: bagian "bawah" dan bagian "atas". |
- | Bagian bawah yang ditugaskan kepada Picauly, mencakup: menulis indah, berhitung, ilmu bumi | + | Bagian bawah yang ditugaskan kepada Picauly, mencakup: menulis indah, berhitung, ilmu bumi <ref>umum dan alkitabiah</ref>, bahasa Melayu, menyanyi dan musik <ref>= musik suling</ref>. Bagian atas, yang dipimpin sendiri oleh Roskott, mencakup: ajaran tentang iman dan ethika Kristen, kemudian <ref>sejak 1848</ref> juga sejarah Gereja <ref>**Bnd Coolsma, a.w., blz. 680. Bnd juga De kweekschool voor Inlandsche onderwijzers op Batoe-Mejrah nabij Ambon (dalam: Mededeelingen vanwege het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1859, blz. 127-194</ref>. Suatu hal, yang menguntungkan Roskott dan Sekolah yang ia pimpin, ialah bahwa ia mendapat tugas dari gubernur untuk menginspeksi sekolah-sekolah di Ambon dan untuk memakai sekolah di Mardeka sebagai sekolah-praktik. Tugas itu ia tunaikan dengan baik. Berhubung dengan itu ia diangkat <ref>pada tahun 1851</ref> oleh Pemerintah sebagai penilik-sekolah dengan tugas untuk mengunjungi semua sekolah di Ambon dan di pulau-pulau lain, atas biaya Pemerintah. Pengangkatan itu ia terima dengan gembira, sebab dengan jalan itu ia dapat tetap berhubungan dengan guru-guru yang pernah ia didik. |
- | Tetapi hal itu tidak lama berlangsung. Antara pendeta-pendeta-sending dan guru-guru pribumi tidak ada kerjasama yang baik. Guru-guru pribumi tidak mau memberikan pengajaran agama di sekolah-sekolah, sekalipun hal itu adalah tugas mereka. Untuk mengatasi "konfrontasi" yang makin meruncing itu, Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu campur-tangan dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru-guru pribumi. Roskott tidak setuju dengan sikap dan tindakan itu. Ia menganggapnya sebagai serangan | + | Tetapi hal itu tidak lama berlangsung. Antara pendeta-pendeta-sending dan guru-guru pribumi tidak ada kerjasama yang baik. Guru-guru pribumi tidak mau memberikan pengajaran agama di sekolah-sekolah, sekalipun hal itu adalah tugas mereka. Untuk mengatasi "konfrontasi" yang makin meruncing itu, Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu campur-tangan dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru-guru pribumi. Roskott tidak setuju dengan sikap dan tindakan itu. Ia menganggapnya sebagai serangan <ref>= tuduhan</ref> terhadap Sekolah Guru yang ia pimpin. Konflik itu akhirnya menjadi begitu serius, sehingga tidak dapat diatasi. Akibatnya sangat menyedihkan: pada tahun 1864 Sekolah Guru di Ambon ditutup, Roskott dipecat dan Picauly dipensiunkan <ref>**Roskott meninggal pada tahun 1873 di Ambon. Sepuluh tahun kemudian Dr. Smeding menerbitkan Perjanjian Baru yang ia (= Roskott) terjemahkan dalam bahasa Melayu-Ambon</ref>. |
+ | == Catatan == | ||
+ | <references /> | ||
{{Sejarah Apostolat di Indonesia|footer1}} | {{Sejarah Apostolat di Indonesia|footer1}} |
Revisi per 14:17, 1 Juli 2011
Dalam pekerjaan apostolat di Maluku, Ambon -- sebagai pusat -- memainkan peranan penting. Sesudah runtuhnya V.O.C. keadaan Jemaat ini, seperti yang telah kita dengar [1], sangat menyedihkan. Sejak 1809 gedung-gereja dari Jemaat yang berbahasa Belanda di situ dipakai sebagai gudang. Tidak berlebih-lebihan, kalau pendeta Ross dari Betawi menulis [2], bahwa keadaan "orang-orang Kristen di Ambon dan di seluruh Indonesia-Timur, yang telah bertahun-tahun lamanya hidup tanpa pengajar ......... sama seperti domba-domba yang sesat dan miskin, yang tidak mempunyai gembala". [3] Karena itu kedatangan Kam di situ [4] disambut dengan gembira.
Dalam waktu yang singkat ia telah mengunjungi Jemaat-jemaat di seluruh Maluku. Di mana-mana ia berkhotbah, mengajar, memberkati nikah dan melayani sakramen. Beribu-ribu orang yang ia baptis: ia mulai dengan 252 di Ambon [5], sesudah itu 295 orang, juga di Ambon [6] dan "seluruh penduduk dari dua desa" di luar Ambon [7], kemudian 1500 orang dalam kunjungannya yang pertama ke pulau-pulau Selatan-Daya [8], 900 orang dalam kunjungannya yang kedua [9], 610 orang di Haruku [10] dan 84 orang di Seram [11]. Dengan jalan itu -- dengan jalan meneruskan tradisi "baptisan massal", yang telah berabad-abad lamanya dipakai di Indonesia-Timur -- ia bukan saja memperbesar jumlah orang Kristen yang hanya "namanya saja Kristen" di situ, tetapi ia juga memperdalam jurang pemisahan antara sakramen baptisan dan sakramen perjamuan. [12]
Dengan rupa-rupa jalan ia berusaha melayani Jemaat-jemaat di Maluku: dengan jalan mencetak dan mengirim surat-surat gembala, bahan-bahan katekisasi, khotbah-khotbah, dan lain-lain, kepada mereka. Untuk semuanya itu dibutuhkan biaya yang besar, padahal subsidi yang diberikan oleh Pemerintah tidak cukup. Sebagai jalan keluar -- untuk dapat menutup pengeluaran yang makin lama makin besar -- pada tahun 1821 ia mendirikan suatu Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di Ambon [13] Ia sadar, bahwa pekerjaan yang bertimbun-timbun itu tidak dapat ia kerjakan sendiri. Atas permintaannya N.Z.G. secara teratur -- pada tahun 1818, pada tahun 1821, pada tahun 1823, pada tahun 1827 dan pada tahun 1830 -- mengirim pendeta-pendeta-sending ke Ambon. Dari situ mereka diteruskan oleh Kam ke berbagai-bagai tempat di Indonesia-Timur.
Untuk memudahkan pengaturan pelayanan di pulau-pulau, yang terletak antara Ambon dan Timor, dan pengawasan atas pelayanan di pulau-pulau itu, pada tahun 1826 Kupang ditetapkan sebagai pusat kedua [14]. [15]
Pada tahun 1832 N.Z.G. mengirim seorang pendeta-sending lagi ke Ambon -- pendeta-sending Gericke -- tetapi sekali ini bukan untuk pekerjaan di salah satu Jemaat atau daerah di luar Ambon, melainkan untuk membantu Kam, yang makin lama telah makin tua. Hanya 7 bulan saja mereka dapat bekerjasama, sebab pada tanggal 18 Juli 1833 Kam, yang jatuh sakit dalam kunjungannya ke pulau-pulau Aru dan Selatan-Daya, meninggal dunia, dalam usia 64 tahun. Sama seperti Kam Gericke juga segera mengadakan kunjungan ke Jemaat-jemaat di sekitar Ambon. Di samping hal-hal yang baik, ia masih dapati banyak penyembahan berhala dan kedangkalan hidup rohani di Jemaat-jemaat itu.
Ia banyak memberikan perhatian pada perbaikan pengajaran di sekolah-sekolah. Atas permintaannya N.Z.G. mengirim Roskott, seorang ahli di bidang pendidikan, ke Ambon untuk membantunya. Tetapi sebelum ia tiba di situ Gericke telah meninggal dunia pada tanggal 1 Juli 1834. [16]
Setibanya di Ambon--dalam bulan Maret 1835--Roskott segera mulai dengan pekerjaannya: dengan persetujuan Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu di situ, ia dalam tahun itu mendirikan sebuah Sekolah Guru untuk mendidik guru-guru pribumi. Sekolah itu mulai dengan 12 murid. Mula-mula pelajaran diberikan dalam gedung-gereja, yang dibangun oleh Kam, tetapi kemudian [17]. Sekolah itu dipindahkan ke Batu-Merah dan dibangun di suatu bidang tanah yang dibeli sendiri oleh Roskott. Pekerjaan Roskott sangat dihargai, terutama karena pengaruh guru-guru, yang ia didik, sangat menonjol. Pada tahun 1844 telah ditempatkan 10 guru sebagai kepala sekolah: 4 orang di pulau-pulau Aru, 2 orang di Timor, 1 orang di Seram dan 3 orang di Ambon. Pada tahun 1855 dilaporkan, bahwa sampai pada waktu itu telah ditempatkan 82 guru diseluruh Indonesia-Timur: di Ambon dan dipulau-pulau lain [18], di Banda [19], di Timor [20], di pulau-pulau Selatan-Daya [21], di pulau-pulau Aru [22], di Ternate [23] dan di Menado [24]. Sesuai dengan tugas mereka--sebagai guru dan pemimpin Jemaat--pendidikan mereka terbagi atas 2 bagian: bagian "bawah" dan bagian "atas".
Bagian bawah yang ditugaskan kepada Picauly, mencakup: menulis indah, berhitung, ilmu bumi [25], bahasa Melayu, menyanyi dan musik [26]. Bagian atas, yang dipimpin sendiri oleh Roskott, mencakup: ajaran tentang iman dan ethika Kristen, kemudian [27] juga sejarah Gereja [28]. Suatu hal, yang menguntungkan Roskott dan Sekolah yang ia pimpin, ialah bahwa ia mendapat tugas dari gubernur untuk menginspeksi sekolah-sekolah di Ambon dan untuk memakai sekolah di Mardeka sebagai sekolah-praktik. Tugas itu ia tunaikan dengan baik. Berhubung dengan itu ia diangkat [29] oleh Pemerintah sebagai penilik-sekolah dengan tugas untuk mengunjungi semua sekolah di Ambon dan di pulau-pulau lain, atas biaya Pemerintah. Pengangkatan itu ia terima dengan gembira, sebab dengan jalan itu ia dapat tetap berhubungan dengan guru-guru yang pernah ia didik.
Tetapi hal itu tidak lama berlangsung. Antara pendeta-pendeta-sending dan guru-guru pribumi tidak ada kerjasama yang baik. Guru-guru pribumi tidak mau memberikan pengajaran agama di sekolah-sekolah, sekalipun hal itu adalah tugas mereka. Untuk mengatasi "konfrontasi" yang makin meruncing itu, Perhimpunan Pekabaran-Injil Pembantu campur-tangan dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru-guru pribumi. Roskott tidak setuju dengan sikap dan tindakan itu. Ia menganggapnya sebagai serangan [30] terhadap Sekolah Guru yang ia pimpin. Konflik itu akhirnya menjadi begitu serius, sehingga tidak dapat diatasi. Akibatnya sangat menyedihkan: pada tahun 1864 Sekolah Guru di Ambon ditutup, Roskott dipecat dan Picauly dipensiunkan [31].
Catatan
- ↑ lihat uraian tentang "G.P.I. di Indonesia-Timur"
- ↑ 1814
- ↑ **Coolsma, a.w., blz. 675.
- ↑ 1815
- ↑ 1815
- ↑ 1816
- ↑ 1916
- ↑ 1825
- ↑ 1825
- ↑ 1825
- ↑ 1828
- ↑ **Joseph Kam, blz. 40, 60, v., 65 vv., 133 vv.
- ↑ **Coolsma, a.w., blz. 676.
- ↑ di samping Ambon
- ↑ **Van Boetzelaer II, blz. 342.
- ↑ **Coolsma, a.w., blz. 679.
- ↑ **Berhubung dengan robohnya gedung-gereja itu
- ↑ 61 orang
- ↑ 3 orang
- ↑ 2 orang
- ↑ 6 orang
- ↑ 6 orang
- ↑ 1 orang
- ↑ 3 orang
- ↑ umum dan alkitabiah
- ↑ = musik suling
- ↑ sejak 1848
- ↑ **Bnd Coolsma, a.w., blz. 680. Bnd juga De kweekschool voor Inlandsche onderwijzers op Batoe-Mejrah nabij Ambon (dalam: Mededeelingen vanwege het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1859, blz. 127-194
- ↑ pada tahun 1851
- ↑ = tuduhan
- ↑ **Roskott meninggal pada tahun 1873 di Ambon. Sepuluh tahun kemudian Dr. Smeding menerbitkan Perjanjian Baru yang ia (= Roskott) terjemahkan dalam bahasa Melayu-Ambon
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |