Sejarah Alkitab Indonesia

Gereja Kristen Bugis-Makassar

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 
(10 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 1: Baris 1:
{{kanan|{{Sejarah Gereja di Indonesia}}{{Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia}}}}
{{kanan|{{Sejarah Gereja di Indonesia}}{{Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia}}}}
-
# Mulai pada tahun 1667 kota Makasar seperti daerah Sulawesi Selatan berada dibawah pemerintah VOC. Dengan ini memang Geredja VOC bertempat djuga disitu. Selain di Makasar terdapat djuga djemaat ketjil di Bontain, Bulukumba dan dipulau Salajar. Pekabaran Indjil sedikitpun tidak ada dilakukan terhadap penduduk didaerah itu, meskipun Islam belum lama masuk kesana.Baru pada pertengahan abad ke-20 maka dimulailah usaha penjebaran Indjil didaerah itu. Pelopornja ialah seorang pendeta Geredja Protestan, jakni Toewater jang amat pandai dalam menjelidiki bahasa-bahasa daerah dan sempat menjusun bentuk bahasa Bugis (± 1840). Terutama Dr. Matthes, jang diutus oleh NBG (Lembaga Alkitab Belanda) ke Makasar, telah berusaha menjelidiki bahasa-bahasa Bugis-Makasar serta menterdjemahkan Alkitab kedalam bahasa-bahasa tersebut (1847-'79). Matthes menasihatkan NZG supaja memulai usaha pekabaran Indjil didaerah itu. Sedjak tahun 1851 memang beberapa pekerdja Pekabaran Indjil NZG mentjoba akan menanamkan Geredja Kristen di Makasar, Bontain dan di Bululoumba. Tetapi sesudah 13 tahun usaha tersebut dihentikan oleh karena tak dapat diharapkan suatu hasil apapun.Empat puluh tahun kemudian NZV mentjoba lagi melaksanakan pekabaran Indjil didaerah itu. Hal ini disebabkan antara lain karena pemerintah Belanda memberi izin kepada misi RK. Pada tahun 1895-1905 dua orang utusan mengusahakan pekabaran Indjil didaerah dekat Bontain, jaitu dikampuang Tanetija jang diduduki oleh orang-orang suku Makasar, dan Tanette, jang diduduki oleh orang-orang Bugis. Tetapi pengalaman mereka tak berbeda dengan pengalaman 40 tahun jang lalu. Pada tahun 1905 kedua orang itu dipindahkan oleh NZV kedaerah Halmahera.
+
Mulai pada tahun 1667 kota Makasar seperti daerah Sulawesi Selatan berada di bawah pemerintah VOC. Dengan ini memang Gereja VOC bertempat juga di situ. Selain di Makasar terdapat juga jemaat kecil di Bontain, Bulukumba dan di pulau Salayar. Pekabaran Injil sedikitpun tidak ada dilakukan terhadap penduduk di daerah itu, meskipun Islam belum lama masuk ke sana.
-
# Ichtiar jang ketiga untuk membawa berita Indjil kepada suku-suku itu, dimulai pada tahun 1933.
+
-
## Ds. Binsbergen (Geredja Protestan) membuka pekerdjaan itu dengan menempatkan seorang guru di landjuanging, dan dipulau Salajar. Selandjutnja terdapatlah 4 guru di Makasar, Salajar dan Maros. Sekolah-sekolah jang mereka usahakan menarik perhatian para penduduk.Terutama mengenai pulau Salajar timbul harapan bahwa disitu dapat dikumpulkan suatu djemaat Kristen. Dipulau Salajar terdapatlah golongan Islam mistik, jang tak senang lagi hanja menganut agama Islam sadja, malahan mereka menganut suatu adjaran tentang Tuhan "Isa". Nama agama itu adalah: "Igama Binanga Benteng". Atas usaha seorang pendeta pembantu Geredja Protestan maka sebagian dari mereka itu dapat dibaptiskan, malahan seorang Salajar dididik di Bale Wyoto (Malang) mendjadi pendeta.
+
-
## Selain daripada usaha Geredja Protestan itu, maka Geredja-geredja Gereformeerd dari Semarang, Malang dan Surabaja merasa terpanggil untuk mengerdjakan kota Makasar, mulai dari tahun 1933. Pekerdjaan itu dimulai dengan mendirikan sebuah rumah sakit di Labuang Badji (pelabuhan jang baik) di Makasar Selatan, beserta dengan sebuah gedung Geredja, sekolah dan rumah batjaan.
+
-
## Semasa peperangan dan sesudahnja usaha tersebut berkembang lagi, terutama didaerah Watan Sappeng sebelah utara Makasar jang dikerdjakan oleh seorang guru Indjil jang bernama Denso.
+
-
# Sesudah perang usaha Geredja Protestan dan Geredja Gereformeerd dipersatukan. Sebuah sekolah pengindjil didirikan di Makasar untuk mendidik guru-guru Indjil dan kolportir-kolportir didaerah itu. Dirumah sakit Labuang Badji di Makasar dibuka suatu ruangan batjaan. Terdapat disitu 60 orang Makasar jang sudah dibaptis. Pos-pos jang lain di Sulawesi Selatan terdapat di Watan Soppeng, Lampuiko, Karadiawang, Djallo, Malino dan pulau Salajar, jang masing-masing dikerdjakan oleh para pengindjil. Mereka itu berada dibawah pengawasan serta diberi gadji oleh sebuah komite persatuan dari ketiga badan tersebut jang mendukung usaha Pekabaran Indjil.
+
 +
Baru pada pertengahan abad ke-20 maka dimulailah usaha penyebaran Injil di daerah itu. Pelopornya ialah seorang pendeta Gereja Protestan, yakni Toewater yang amat pandai dalam menyelidiki bahasa-bahasa daerah dan sempat menyusun bentuk bahasa Bugis (± 1840). Terutama Dr. Matthes, yang diutus oleh NBG (Lembaga Alkitab Belanda) ke Makasar, telah berusaha menyelidiki bahasa-bahasa Bugis-Makasar serta menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa tersebut (1847-1879). Matthes menasihatkan NZG supaya memulai usaha pekabaran Injil didaerah itu. Sejak tahun 1851 memang beberapa pekerja Pekabaran Injil NZG mencoba akan menanamkan Gereja Kristen di Makasar, Bontain dan di Bululoumba. Tetapi sesudah 13 tahun usaha tersebut dihentikan oleh karena tak dapat diharapkan suatu hasil apapun.
-
{{Sejarah Gereja di Indonesia|footer}}
+
Empat puluh tahun kemudian NZV mencoba lagi melaksanakan pekabaran Injil di daerah itu. Hal ini disebabkan antara lain karena pemerintah Belanda memberi izin kepada misi RK. Pada tahun 1895-1905 dua orang utusan mengusahakan pekabaran Injil di daerah dekat Bontain, yaitu di kampuang Tanetiya yang diduduki oleh orang-orang suku Makasar, dan Tanette, yang diduduki oleh orang-orang Bugis. Tetapi pengalaman mereka tak berbeda dengan pengalaman 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1905 kedua orang itu dipindahkan oleh NZV ke daerah Halmahera.
 +
 
 +
Ikhtiar yang ketiga untuk membawa berita Injil kepada suku-suku itu, dimulai pada tahun 1933.
 +
 
 +
Ds. Binsbergen (Gereja Protestan) membuka pekerjaan itu dengan menempatkan seorang guru di lanjuanging, dan di pulau Salayar. Selanjutnya terdapatlah 4 guru di Makasar, Salayar dan Maros. Sekolah-sekolah yang mereka usahakan menarik perhatian para penduduk.
 +
 
 +
Terutama mengenai pulau Salayar timbul harapan bahwa di situ dapat dikumpulkan suatu jemaat Kristen. Di pulau Salayar terdapatlah golongan Islam mistik, yang tak senang lagi hanya menganut agama Islam saja, malahan mereka menganut suatu ajaran tentang Tuhan "Isa". Nama agama itu adalah: "Igama Binanga Benteng". Atas usaha seorang pendeta pembantu Gereja Protestan maka sebagian dari mereka itu dapat dibaptiskan, malahan seorang Salayar dididik di Bale Wyoto (Malang) menjadi pendeta.
 +
 
 +
Selain daripada usaha Gereja Protestan itu, maka Gereja-gereja Gereformeerd dari Semarang, Malang dan Surabaya merasa terpanggil untuk mengerjakan kota Makasar, mulai dari tahun 1933. Pekerjaan itu dimulai dengan mendirikan sebuah rumah sakit di Labuang Baji (pelabuhan yang baik) di Makasar Selatan, beserta dengan sebuah gedung Gereja, sekolah dan rumah bacaan.
 +
 
 +
Semasa peperangan dan sesudahnya usaha tersebut berkembang lagi, terutama didaerah Watan Sappeng sebelah utara Makasar yang dikerjakan oleh seorang guru Injil yang bernama Denso.
 +
 
 +
Sesudah perang usaha Gereja Protestan dan Gereja Gereformeerd dipersatukan. Sebuah sekolah penginjil didirikan di Makasar untuk mendidik guru-guru Injil dan kolportir-kolportir di daerah itu. Di rumah sakit Labuang Baji di Makasar dibuka suatu ruangan bacaan. Terdapat di situ 60 orang Makasar yang sudah dibaptis. Pos-pos yang lain di Sulawesi Selatan terdapat di Watan Soppeng, Lampuiko, Karadiawang, Jallo, Malino dan pulau Salayar, yang masing-masing dikerjakan oleh para penginjil. Mereka itu berada di bawah pengawasan serta diberi gaji oleh sebuah komite persatuan dari ketiga badan tersebut yang mendukung usaha Pekabaran Injil.
 +
 
 +
 
 +
:Catatan: ''dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA''
 +
<noinclude>{{Sejarah Gereja di Indonesia|footer}}
 +
{{DISPLAYTITLE:Gereja Kristen Bugis-Makassar}}

Revisi terkini pada 14:19, 12 Juli 2011

Sejarah Gereja di Indonesia
Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia



Mulai pada tahun 1667 kota Makasar seperti daerah Sulawesi Selatan berada di bawah pemerintah VOC. Dengan ini memang Gereja VOC bertempat juga di situ. Selain di Makasar terdapat juga jemaat kecil di Bontain, Bulukumba dan di pulau Salayar. Pekabaran Injil sedikitpun tidak ada dilakukan terhadap penduduk di daerah itu, meskipun Islam belum lama masuk ke sana.

Baru pada pertengahan abad ke-20 maka dimulailah usaha penyebaran Injil di daerah itu. Pelopornya ialah seorang pendeta Gereja Protestan, yakni Toewater yang amat pandai dalam menyelidiki bahasa-bahasa daerah dan sempat menyusun bentuk bahasa Bugis (± 1840). Terutama Dr. Matthes, yang diutus oleh NBG (Lembaga Alkitab Belanda) ke Makasar, telah berusaha menyelidiki bahasa-bahasa Bugis-Makasar serta menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa tersebut (1847-1879). Matthes menasihatkan NZG supaya memulai usaha pekabaran Injil didaerah itu. Sejak tahun 1851 memang beberapa pekerja Pekabaran Injil NZG mencoba akan menanamkan Gereja Kristen di Makasar, Bontain dan di Bululoumba. Tetapi sesudah 13 tahun usaha tersebut dihentikan oleh karena tak dapat diharapkan suatu hasil apapun.

Empat puluh tahun kemudian NZV mencoba lagi melaksanakan pekabaran Injil di daerah itu. Hal ini disebabkan antara lain karena pemerintah Belanda memberi izin kepada misi RK. Pada tahun 1895-1905 dua orang utusan mengusahakan pekabaran Injil di daerah dekat Bontain, yaitu di kampuang Tanetiya yang diduduki oleh orang-orang suku Makasar, dan Tanette, yang diduduki oleh orang-orang Bugis. Tetapi pengalaman mereka tak berbeda dengan pengalaman 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1905 kedua orang itu dipindahkan oleh NZV ke daerah Halmahera.

Ikhtiar yang ketiga untuk membawa berita Injil kepada suku-suku itu, dimulai pada tahun 1933.

Ds. Binsbergen (Gereja Protestan) membuka pekerjaan itu dengan menempatkan seorang guru di lanjuanging, dan di pulau Salayar. Selanjutnya terdapatlah 4 guru di Makasar, Salayar dan Maros. Sekolah-sekolah yang mereka usahakan menarik perhatian para penduduk.

Terutama mengenai pulau Salayar timbul harapan bahwa di situ dapat dikumpulkan suatu jemaat Kristen. Di pulau Salayar terdapatlah golongan Islam mistik, yang tak senang lagi hanya menganut agama Islam saja, malahan mereka menganut suatu ajaran tentang Tuhan "Isa". Nama agama itu adalah: "Igama Binanga Benteng". Atas usaha seorang pendeta pembantu Gereja Protestan maka sebagian dari mereka itu dapat dibaptiskan, malahan seorang Salayar dididik di Bale Wyoto (Malang) menjadi pendeta.

Selain daripada usaha Gereja Protestan itu, maka Gereja-gereja Gereformeerd dari Semarang, Malang dan Surabaya merasa terpanggil untuk mengerjakan kota Makasar, mulai dari tahun 1933. Pekerjaan itu dimulai dengan mendirikan sebuah rumah sakit di Labuang Baji (pelabuhan yang baik) di Makasar Selatan, beserta dengan sebuah gedung Gereja, sekolah dan rumah bacaan.

Semasa peperangan dan sesudahnya usaha tersebut berkembang lagi, terutama didaerah Watan Sappeng sebelah utara Makasar yang dikerjakan oleh seorang guru Injil yang bernama Denso.

Sesudah perang usaha Gereja Protestan dan Gereja Gereformeerd dipersatukan. Sebuah sekolah penginjil didirikan di Makasar untuk mendidik guru-guru Injil dan kolportir-kolportir di daerah itu. Di rumah sakit Labuang Baji di Makasar dibuka suatu ruangan bacaan. Terdapat di situ 60 orang Makasar yang sudah dibaptis. Pos-pos yang lain di Sulawesi Selatan terdapat di Watan Soppeng, Lampuiko, Karadiawang, Jallo, Malino dan pulau Salayar, yang masing-masing dikerjakan oleh para penginjil. Mereka itu berada di bawah pengawasan serta diberi gaji oleh sebuah komite persatuan dari ketiga badan tersebut yang mendukung usaha Pekabaran Injil.


Catatan: dialihaksarakan ke ejaan baru oleh SABDA
Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Kruger, Dr. Th. Muller. 1966. Sejarah Gereja di Indonesia. Badan Penerbitan Kristen-Djakarta.
kembali ke atas