Dari Sejarah Alkitab Indonesia
Baris 1: | Baris 1: | ||
+ | {{kanan|{{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas}}|{{Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia}}}} | ||
+ | |||
Sekitar tahun 1800, keadaan gereja di Indonesia memprihatinkan. Jumlah anggota-anggotanya selama dua abad hampir tidak bertambah. Pendeta-pendeta tinggal empat orang saja (1810). Belum ada pendeta bangsa Indonesia berwenang penuh. Kebanyakan orang Kristen selama sepuluh tahun lebih tidak dilayani oleh seorang pendeta dan tidak mempunyai Kitab Suci dalam bahasa yang dapat dipahaminya. Kebanyakan jemaat tidak mempunyai majelis yang dapat memimpin mereka. Pada zaman itu agama Kristen hilang dari beberapa daerah seperti Bolaang Mongodow, Maluku Tenggara dan lain-lainnya. Tampaknya seakan-akan agama itu akan hilang dari seluruh Indonesia. | Sekitar tahun 1800, keadaan gereja di Indonesia memprihatinkan. Jumlah anggota-anggotanya selama dua abad hampir tidak bertambah. Pendeta-pendeta tinggal empat orang saja (1810). Belum ada pendeta bangsa Indonesia berwenang penuh. Kebanyakan orang Kristen selama sepuluh tahun lebih tidak dilayani oleh seorang pendeta dan tidak mempunyai Kitab Suci dalam bahasa yang dapat dipahaminya. Kebanyakan jemaat tidak mempunyai majelis yang dapat memimpin mereka. Pada zaman itu agama Kristen hilang dari beberapa daerah seperti Bolaang Mongodow, Maluku Tenggara dan lain-lainnya. Tampaknya seakan-akan agama itu akan hilang dari seluruh Indonesia. | ||
Satu abad kemudian gambarannya lain sama sekali. Di banyak daerah di Indonesia pekabaran Injil sedang dilakukan dengan giat oleh ratusan orang. Dan, pertama kali dalam sejarah, tenaga-tenaga Indonesia mulai dididik pula. Di mana-mana diusahakan terjemahan Alkitab dan terjemahan tulisan-tulisan lain ke dalam pelbagai bahasa daerah. Dalam abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 diletakkanlah dasar gereja-gereja Indonesia yang ada sekarang. Jadi, juga bagi Indonesia abad ke-19 itu betul-betul menjadi "abad pekabaran Injil". | Satu abad kemudian gambarannya lain sama sekali. Di banyak daerah di Indonesia pekabaran Injil sedang dilakukan dengan giat oleh ratusan orang. Dan, pertama kali dalam sejarah, tenaga-tenaga Indonesia mulai dididik pula. Di mana-mana diusahakan terjemahan Alkitab dan terjemahan tulisan-tulisan lain ke dalam pelbagai bahasa daerah. Dalam abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 diletakkanlah dasar gereja-gereja Indonesia yang ada sekarang. Jadi, juga bagi Indonesia abad ke-19 itu betul-betul menjadi "abad pekabaran Injil". | ||
+ | |||
+ | |||
+ | {{Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas|footer}} |
Revisi per 07:00, 20 Mei 2011
Sekitar tahun 1800, keadaan gereja di Indonesia memprihatinkan. Jumlah anggota-anggotanya selama dua abad hampir tidak bertambah. Pendeta-pendeta tinggal empat orang saja (1810). Belum ada pendeta bangsa Indonesia berwenang penuh. Kebanyakan orang Kristen selama sepuluh tahun lebih tidak dilayani oleh seorang pendeta dan tidak mempunyai Kitab Suci dalam bahasa yang dapat dipahaminya. Kebanyakan jemaat tidak mempunyai majelis yang dapat memimpin mereka. Pada zaman itu agama Kristen hilang dari beberapa daerah seperti Bolaang Mongodow, Maluku Tenggara dan lain-lainnya. Tampaknya seakan-akan agama itu akan hilang dari seluruh Indonesia.
Satu abad kemudian gambarannya lain sama sekali. Di banyak daerah di Indonesia pekabaran Injil sedang dilakukan dengan giat oleh ratusan orang. Dan, pertama kali dalam sejarah, tenaga-tenaga Indonesia mulai dididik pula. Di mana-mana diusahakan terjemahan Alkitab dan terjemahan tulisan-tulisan lain ke dalam pelbagai bahasa daerah. Dalam abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 diletakkanlah dasar gereja-gereja Indonesia yang ada sekarang. Jadi, juga bagi Indonesia abad ke-19 itu betul-betul menjadi "abad pekabaran Injil".
Bibliografi | |
Artikel ini diambil dari: |