Sejarah Alkitab Indonesia

Nusa Tenggara

Bagikan ke Facebook

Dari Sejarah Alkitab Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari
 

Revisi terkini pada 14:44, 1 Juli 2011

Sejarah Apostolat di Indonesia 1
Sejarah Apostolat di Indonesia 2
Sejarah Alkitab Daerah di Indonesia



Juga Jemaat-jemaat di Rote lama sekali tidak mempunyai pelayan. Hal itu sangat disayangkan oleh Le Bruyn, sebab Rote, menurut dia, "banyak memberikan harapan untuk Kerajaan Kristus". Feodalisme di situ tidak begitu ketat seperti feodalisme di Timor. Hal itu sangat "menguntungkan pekerjaan pekabaran-injil" di Rote. Karena itu ia segera membuka 8 buah sekolah di situ. [1] Dan untuk meyakinkan Ter Linden -- yang diuntukkan bagi Rote -- akan kebenaran pendapatnya, pada tahun 1827 mereka berdua mengadakan suatu "kunjungan-keliling" di pulau itu. Di mana-mana mereka disambut dengan gembira: mulai dari Baa, melalui Dengka, Thi, Oenale, Lole, Talae, Termanu, Korbafo, Landu, dan kembali lagi ke Baa. Ter Linden sangat puas dengan kunjungan itu. Beberapa waktu sesudah itu -- yaitu pada tanggal 13 Juli 1828 -- ia diteguhkan di Thi. Dari situ ia belajar mengenal lebih baik Jemaat-jemaat di situ. Dan ia segera melihat, bahwa kesannya selama perkunjungan mereka tidak benar: "banyak orang Kristen di Rote hanya namanya saja yang Kristen". Khususnya terhadap guru-guru sekolah ia sangat kecewa. Hidup mereka begitu buruk [2], sehingga "orang-orang-tua tidak berani menyuruh anak mereka ke sekolah". Karena itu ia terpaksa memecat mereka dan menutup semua sekolah di Rote.

Pada tahun 1829 Ter Linden pindah ke Kupang sebagai pengganti Le Bruyn. Dari Kupang ia berusaha untuk "dua kali setahun mengunjungi Jemaat-jemaat di Rote", [3] tetapi hal itu hanya beberapa kali saja ia lakukan, karena ia telah meninggal pada tahun 1832. Heijmering, yang menggantikannya, mula-mula tidak dapat melanjutkan kunjungan-kunjungan itu, karena ia terus-menerus sakit. Baru pada tahun 1838 ia dapat pergi ke sana. Dan pada kesempatan itu ia membuka lagi beberapa buah sekolah di Thi, di Termanu, di Ringgow, di Bliba dan di Oepao. [4]

Pada permulaan 1839 Hartig ditempatkan di Rote. Ia mula-mula tinggal di Ringgow, tetapi kemudian ia pindah ke Thi. Selama berada di situ tidak banyak yang ia kerjakan. Pada akhir tahun 1839 ia meresmikan pemakaian sebuah gedung-gereja di Termanu. [5] Sesudah itu ia berusaha mengreorganisir sekolah-sekolah di Rote, a.l. dengan jalan mengintrodusir "pengajaran klasikal".

Untunglah, bahwa pada tahun 1841 -- seperti yang telah kita dengar -- ditempatkan 2 tenaga baru di Rote: Noordhoff di Termanu [6] dan Linemann di Bilba. Waktu timbul wabah dan kelaparan di Rote, ia dan Hartig pergi mencari "perlindungan" di Kupang. [7] Menurut mereka untuk sementara pekerjaan di Rote belum dapat dimulai kembali. Karena itu Linemann dipindahkan ke Menado [8] dan Hartig -- sesudah 2 tahun tinggal di Kupang -- dipindahkan juga dari situ dan ditempatkan di Kema. [9]

Pada tahun 1847 Van Rhijn juga mengunjungi Rote. Sesudah melihat Jemaat-jemaat dan menginspeksi sekolah-sekolah di situ ia mengusulkan untuk membuka kembali pos Baa dan pos Termanu. Selain daripada itu ia meminta, supaya Heijmering sekali-sekali mengadakan kunjungan ke Rote dan mengawasi sekolah-sekolah [10] di situ dan Pelo, yang baru diangkat menjadi pembantu pendeta-sending, ditempatkan di Rote. Tetapi sesudah Van Rhijn berangkat, Rote tidak pernah dikunjungi lagi oleh seorang pendeta-sending. Pada tahun 1851 Pengurus N.Z.G. menulis: "Kita tidak menyesal, kalau kita tidak banyak mendengar hal-hal yang baik tentang pulau-pulau ini [11]. Pekerjaan Sending di situ tidak dirangsang oleh banyak buah yang kelihatan, sehingga -- apabila kita mengundurkan diri dari situ -- kita tidak usah katakan: sangat sayang, bahwa kita tidak akan melihat kelanjutan dari suatu permulaan yang begitu menggairahkan". [12]

Pada tahun 1858 sekolah-sekolah di Rote, seperti juga di Timor, diambil-alih oleh pemerintah. Tentang pekerjaan Jackstein, yang pada tahun 1860 ditempatkan di situ, kita tidak banyak ketahui. Yang pasti ialah, bahwa sekitar 1870 ia tidak ada lagi di Rote. Untuk membantu pekerjaan di pulau itu U.Z.V. mula-mula menempatkan De Bode di situ. Tetapi sesudah De Bode meninggal [13] U.Z.V. menarik diri dari Rote.

Sesudah G.P.I. mengambil-alih Jemaat-jemaat di Rote, Pennings ditempatkan di situ -- di Baa -- sebagai pendeta-pembantu [14]. Ia hanya 3 tahun bekerja di Rote. Ia digantikan oleh pendeta-pembantu Van Malsen. Perhatian Van Malsen pertama-tama ia curahkan pada Jemaat di Baa. Ia segera membentuk suatu Majelis Gereja di situ. Sesudah itu ia membangun fundamen gedung-gereja dari Jemaat itu. Ia sangat merangsang pendirian sekolah-sekolah swasta di beberapa desa di Rote. Sayang sekali, bahwa ia cepat meninggal [15]. Penggantinya, De Vries [16], hanya tinggal setahun di Baa. Sesudah De Vries Rote lowong lagi sampai 1890. Pada tahun itu Le Grand, yang banyak "berjasa" di Rote, ditempatkan di situ sebagai pendeta-pembantu.

Dalam Jemaat-jemaat di pulau itu [17] ia mendapati kira-kira 7000 anggota. Hampir semua Jemaat menyelenggarakan kebaktian mereka dalam gedung-gedung sekolah. Secara umum hidup anggota-anggota Jemaat masih mengecewakan. Banyak di antara mereka masih memelihara kebiasaan-kebiasaan kafir: supertisi, penyembahan berhala, perzinahan, "belis" -- yang ia sebut "pembelian wanita" -- dan lain-lain. Karena itu ia dan isterinya bertekad untuk -- dengan tenaga -- memperbaiki keadaan Jemaat-jemaat itu. [18]

Pekerjaan yang ia hadapi, banyak dan berat: membangun kembali Jemaat-jemaat di pulau itu, membimbing anggota-anggotanya untuk mendirikan tempat-tempat kebaktian sendiri, menginspeksi sekolah-sekolah, baik sekolah-sekolah negeri, maupun sekolah-sekolah swasta, mempersiapkan tenaga-tenaga pendeta pribumi [19], dan lain-lain. Untuk membantu pekerjaannya di situ ia meminta kepada Balai Alkitab Belanda untuk menerbitkan Injil Lukas, yang diterjemahkan oleh seorang guru dalam salah satu dialek di Rote [20]. Ia sendiri lebih suka memakai bahasa Melayu dalam pelayanannya. Selama 10 tahun di Rote ia banyak sekali berbuat untuk Jemaat-jemaat dan sekolah-sekolah di situ, sekalipun harus di akui, bahwa pengaruh agama kafir belum terbasmi seluruhnya dari hidup anggota-anggota Jemaat.

Waktu ia -- pada tahun 1900 -- meninggalkan Rote, Jemaat-jemaat di situ mempunyai 8159 anggota, di antaranya 108 anggota sidi. [21]

Ia digantikan oleh pendeta-pembantu Akkerman, yang dahulu bekerja di Malang sebagai "pendeta militer".

Catatan

  1. **Di Baa, Termanu, Dengka, Thi, Oenale, Lole, Landu dan Talae.
  2. =immoril
  3. **Dengan kira-kira 9000 anggota. Bnd Brief van R. le Bruyn -- 27 October 1825 (dalam: Maandberichten van het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1827, blz. 48.
  4. **Bnd Coolsma, a.w., blz. 834.
  5. **Didirikan oleh "manek" Amalo, yang baru saja dibaptis oleh Heijmering di Kupang.
  6. tetapi beberapa bulan kemudian ia telah meninggal
  7. **Tentang "malapetaka" ini, bnd Rotty bij Timor (dalam: Maandberichten van het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1844, blz. 106-112.
  8. 1845
  9. **Bnd Algemeene Vergadering (dalam: Maandberichten van het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1845, blz. 139 v.
  10. =19 buah
  11. =Timor dan Rote
  12. **Bnd Timor en Rotty (dalam: Maandberichetn van het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1851, blz. 18.
  13. 1873
  14. 1877
  15. 1883
  16. 1885
  17. =18 buah
  18. **Bnd G.J.H. le Grand, De Zending op Rote (dalam: Maandbericht van het Nederlandsch Zendelinggenootschap), 1901, blz. 17-28.
  19. **Ia mendapat tugas untuk mempersiapkan 4 orang
  20. 1895
  21. **Coolsma, a.w., blz. 836 v.
Bibliografi
Artikel ini diambil dari:
Abineno, Dr. J.L. Ch. 1979. Sejarah Apostolat di Indonesia 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
kembali ke atas